Di Gunung Mahadewa yang megah ini, kondisi Raja-Raja Dewa saat ini terlihat agak menggelikan. Enam belas Raja Dewa membentuk formasi besar berdiri di depan jalur relief. Ada pula beberapa Raja Dewa yang lebih lemah langsung menyembunyikan diri di dalam jalur relief, khawatir Luo Fan akan datang membunuh mereka.
Sementara Jiang Lan, Zuo Qiulin, Yi Feng, dan hampir sepuluh Dewa kuat lainnya berkumpul bersama. Mereka tidak gentar jika Luo Fan menyerang. Terhadap kelompok Jiang Lan, Luo Fan tidak memiliki kemampuan membunuh sekejap. Apalagi... Qin Yu yang berada di belakang Jiang Lan, Yi Feng, dan lainnya, adalah orang yang paling ditakuti dalam hati Luo Fan.
Menghadapi Delapan Raja Suci, Luo Fan bisa mengandalkan kecepatan untuk melarikan diri.
Tapi, menghadapi Qin Yu bagaimana?
Lebih baik menyinggung Delapan Raja Suci daripada dengan mudah menyinggung Qin Yu. Inilah rencana yang telah lama dirancang Luo Fan dalam hatinya. Bukan karena takut pada Qin Yu, melainkan karena terhadap Qin Yu, dia tidak memiliki keyakinan yang cukup di dasar hatinya.
“Hal yang tidak yakin bisa mengatasi tidak boleh dilakukan, kecuali sudah mencapai tahap putus asa harus bertarung mati-matian!”
Cahaya hijau samar-samar menerangi seluruh Gunung Mahadewa.
Delapan Raja Suci beserta Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' sama-sama menggunakan kesadaran spiritual untuk mengamati sumber cahaya hijau. Namun saat mengikuti arah cahaya, mereka menemukan sumbernya ternyata adalah 'lempengan batu mengambang'. Hanya saja kesadaran spiritual mereka tak bisa menyentuh lempengan batu itu, sehingga tak tahu perubahan apa yang terjadi.
“Tuan-tuan, bagaimana jika kita hentikan dulu pertarungan ini?” Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' menoleh memandang Delapan Raja Suci.
Delapan Raja Suci saling memandang, mata mereka memancarkan kemarahan.
“Seandainya Luo Fan tidak memiliki Penggaris Darah 'Pemutus Nyawa', kecepatannya pasti tidak akan melampaui kita, juga tak bisa kabur dengan kecepatan!” Zhou Huo, Jiang Fan, dan lainnya merasa sangat tidak puas.
Delapan Raja Suci serentak bertindak, tetapi tak sanggup menangkap Luo Fan.
Serangan gabungan memang kuat, tapi kemampuan 'waktu diam membeku' Luo Fan yang dipadu dengan pusaka Hong Meng kelas satu dan pusaka pertahanan di tubuhnya, cukup untuk menjamin nyawanya.
"Begitu Luo Fan ini benar-benar mengerahkan sekuat tenaga..." Dasar hati Jiang Fan bergetar.
Membunuh Luo Fan dalam sekejap adalah mustahil. Jika Luo Fan nekat bertempur habis-habisan melawan Delapan Raja Suci, hari ini meski berhasil membunuhnya, diperkirakan tiga hingga empat Raja Suci akan tewas.
Tiga hingga empat korban, dan siapa yang mati sepenuhnya ditentukan oleh Luo Fan!
Delapan Raja Suci tak rela mati. Mereka enggan bertarung mati-matian dengan Luo Fan.
"Luo Fan, cepatlah bicara apa maksudmu!" seru Zhou Huo dengan lantang, sementara Delapan Raja Suci dengan kompak menghentikan serangan.
Senyuman tipis menguar di sudut bibir Luo Fan.
Persis sama dengan rencana.
“Urusan kami tidak perlu terburu-buru dibahas. Saat ini lempengan batu yang mengambang itu tampaknya mengalami perubahan aneh. Mari kita periksa dulu lempengan batu mengambang itu, setelah itu baru bahas urusan kita, bagaimana?" Luo Fan berkata sambil menggoyang-goyangkan Penggaris Darah di tangannya dengan santai, seolah siap bertindak kapan saja.
Delapan Raja Suci dalam hati mengumpat.
Dewa Xiu Luo yang telah memahami 'Waktu Diam Membeku' sudah cukup menakutkan. Che Houyuan malah memberikan Penggaris Darah 'Pemutus Nyawa' yang memiliki kekuatan serangan dahsyat kepada Dewa Xiu Luo. Bukankah ini seperti memberi sayap pada harimau?
"Baik, kami akan ikuti saranmu. Mari periksa dulu perubahan apa yang terjadi pada lempengan batu mengambang itu. Setelah itu, baru selesaikan urusan antara Delapan Raja Suci denganmu." Zhou Huo berkata dingin.
Luo Fan tersenyum tipis, lalu sekali kibas lengan bajunya, seluruh tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya terbang menuju puncak Gunung Mahadewa. Delapan Raja Suci saling memandang, semuanya mengangguk diam-diam, kemudian secara serempak ikut terbang ke puncak Gunung Mahadewa.
“Kita juga harus pergi melihat.” Yi Feng yang terus menonton juga tersenyum sambil berkata.
Zuo Qiulin, Jiang Lan, dan Raja Dewa lain yang cukup kuat mengangguk. Sekelompok orang ini berubah menjadi kilatan cahaya yang melesat ke puncak Gunung Mahadewa. Sementara enam belas Raja Dewa di pintu masuk jalur relief tak berani meninggalkan posisi, khawatir Luo Fan akan kabur.
Di hamparan rumput tepi danau Purple Mystic Mansion, Kota Kabut, sekelompok orang Qin Yu sedang melihat segala kejadian di Gunung Mahadewa yang ditampilkan melalui layar air.
"Delapan Raja Dewa... Dalam waktu singkat, delapan Raja Dewa tewas. Dewa Xiu Luo ini benar-benar..." Hei Yu masih terkesima, mengingat jelas adegan pembunuhan yang dilakukan Dewa Xiu Luo tadi.
Hanya sekejap, delapan Raja Dewa runtuh.
"Ini baru permulaan." Qin Yu berkata dengan senyuman tipis.
Qin Yu melihat dengan jelas, kematian delapan Raja Dewa berturut-turut tadi nyaris tidak berpengaruh pada Raja Dewa lainnya. Khususnya Delapan Raja Suci, hampir tidak menunjukkan reaksi. Raja Dewa level rendah yang nekat mencoba mengakses 'Pusaka Mahadewa'—kalau mati siapa yang bisa disalahkan?
"Lempengan batu yang mengambang?" Kekuatan ruang Qin Yu menyelimuti Gunung Mahadewa, sehingga dia secara alami mendengar percakapan Luo Fan dan yang lain.
Hanya Induk Kuali Pusaka Spiritual dan lempengan batu mengambang ini yang tidak bisa disentuh sepenuhnya oleh kekuatan ruang Qin Yu. Tentang apa yang tertulis di lempengan batu mengambang itu, Qin Yu pun tidak tahu.
Di layar air, adegan berubah-ubah. Banyak Raja Dewa telah terbang ke puncak Gunung Mahadewa, memandangi 'lempengan batu mengambang' di tengah puncak yang memancarkan cahaya hijau tak berujung. Namun Qin Yu hanya bisa mereplikasi bentuk lempengan batu tersebut—tentang isi tulisannya, dia tidak bisa memastikan.
“Lihat ekspresi tertegun Luo Fan, Jiang Fan dan yang lain, isi lempengan batu yang mengambang pasti sudah berubah.” Qin Yu berspekulasi dalam hati.
Dulu, di lempengan batu itu terukir tujuh aturan. Lalu sekarang? Konten apa yang bisa membuat Luo Fan dan lainnya terkejut?
“Kakak, apa yang tertulis di lempengan batu itu?” Hei Yu bertanya.
Qin Yu menggelengkan kepala: “Aku juga tidak tahu.”
“Ayah, kamu juga tidak bisa melihatnya?” Alis kecil Qin Si mengkerut.
Qin Yu mengelus kepala putranya sambil tersenyum: “Xiao Si, ayah bukanlah mahakuasa. Pencipta Gunung Mahadewa ini kekuatannya jauh melebihi ayah.”
Memikirkan sang pencipta Gunung Mahadewa, Qin Yu teringat pada Lin Meng. Kekuatan Lin Meng belum sepenuhnya dipahaminya. Namun sedikit yang telah dirasakannya saja sudah membuatnya gemetar.
Pandangan Qin Yu beralih ke layar air.
“Apa sebenarnya yang tertulis di lempengan batu yang mengambang itu?” Qin Yu mengerutkan kening, lalu mulai menyimak dengan saksama percakapan Luo Fan, Delapan Raja Suci, dan yang lain. Hanya melalui dialog merekalah bisa dinilai apa sebenarnya isi lempengan batu tersebut.
……
Luo Fan, Zhou Huo, Jiang Fan dan Delapan Raja Suci lainnya, Zuo Qiulin, Yi Feng, Jiang Lan beserta sepuluh orang lainnya, ditambah An Xun, Sun Lian, Liu Lian—tiga Raja Dewa dari Laut Xiu Luo. Seluruh kelompok ini mendongak memandang lempengan batu yang melayang.
Di permukaan batu muncul beberapa baris tulisan emas——
"Pusaka Mahadewa yang dihamilkan oleh Kuali Induk Pusaka kali ini bernama 'Fu Shi Yin'."
"Fu Shi Yin terbagi menjadi tiga bagian: Cang Tian Yin, Hou Tu Yin, dan Wan Min Yin. Kekuatan Cang Tian Yin dan Hou Tu Yin setara. Di antara ketiganya, Wan Min Yin mengandung prinsip hukum waktu terbanyak sehingga paling mematikan! Bila seseorang berhasil memperoleh ketiga segel ini dan menyatukannya menjadi Fu Shi Yin, maka dialah yang akan menjadi Mahadewa baru!"
Beberapa baris kata sederhana, namun membuat Luo Fan dan yang lainnya merasa tercerahkan dalam hati.
"Cap Langit, Cap Bumi, Cap Rakyat..." Luo Fan berbisik pelan, kilatan cahaya berkedip di matanya. Mengetahui kekuatan relatif ketiga cap ini, rencananya pun bisa diubah.
Sementara Jiang Fan diam-diam bergembira di dalam hati saat ini.
"Persis seperti dugaanku! Yang terkuat dan paling penting memang bagian terakhir - Cap Rakyat! Dengan Mahadewa Hukuman Guntur turun tangan, Cap Rakyat ini pasti adalah milikku!"
Hati Jiang Fan dipenuhi keyakinan diri.
Bahkan seorang Dewa Xiu Luo saja bisa membuat Delapan Raja Suci begitu kewalahan. Jika Mahadewa Hukuman Guntur bertindak, siapa yang mampu menahan? Cap Rakyat pasti menjadi milik Jiang Fan.
"Haha..."
Tiba-tiba suara tawa terbahak yang lepas menggema di seluruh Gunung Mahadewa, bahkan 16 dewa di bawah yang menjaga jalur relief pun mengembangkan kesadaran spiritual mereka untuk mengamati apa yang sebenarnya terjadi.
"Zhou Huo, Jiang Fan, permintaan kalian berdelapan padaku juga sudah kumengerti. Tapi memintaku melepas Segel Bumi dan Segel Rakyat, itu mustahil. Namun jika benar-benar bertarung mati-matian, aku Luo Fan sadar diri, takkan bisa lolos. Tapi setidaknya separuh dari Delapan Raja Suci pasti tewas. Ini kalian akui?" Luo Fan tersenyum memandang Delapan Raja Suci.
Jiang Fan, Zhou Huo dan lainnya diam. Jiang Fan hanya mengangguk halus menyetujui.
Ini tak perlu diragukan!
"Bagaimana jika mulai hari ini hingga terpilihnya Mahadewa baru, aku takkan menginjakkan kaki di Gunung Mahadewa. Sebagai gantinya, kalian harus membebaskanku keluar dengan selamat hari ini. Menurut kalian?" Luo Fan tersenyum memandang Delapan Raja Suci.
Delapan Raja Suci tertegun.
Seketika, Delapan Raja Suci memahami maksud Luo Fan.
Luo Fan yang telah mengambil Stempel Langit Biru ini berjanji tidak akan menginjakkan kaki di Gunung Mahadewa sampai Mahadewa baru terpilih. Meski tidak memasuki gunung tersebut, ia masih bisa menunggu mangsa dengan pasif di luar jalur relief.
"Menunggu mangsa pun tak semudah itu. Luo Fan bukan Qin Yu yang bisa menggunakan 'pembekuan ruang'. Begitu aku keluar dari jalur relief dan langsung menggunakan lompatan ruang, masih ada harapan untuk lolos." Jiang Fan berbisik dalam hati.
Para Raja Suci lainnya mempertimbangkan usulan Luo Fan ini.
Sementara Luo Fan tetap tersenyum memandangi Delapan Raja Suci, menunggu jawaban mereka dengan tenang.
