"Sudah sepuluh tahun sejak kemunculan Cap Langit Biru, tapi 'Kuali Induk Pusaka' sama sekali tidak menunjukkan aktivitas. Tak seorang pun tahu kapan 'Houtu Yin' akan muncul."
Di gazebo tengah danau dalam, Qin Yu duduk bersila sendirian dalam keheningan.
Jiwa Qin Yu telah menyatu sempurna dengan alam semesta baru. Saat ini kecepatan evolusi alam semesta baru semakin meningkat. Alam semesta ini terbagi dalam tiga lapisan - lapisan pertama yang paling kompleks yaitu alam semesta dunia mortal sudah lama sempurna, sedangkan lapisan ruang dunia dewa-iblis-siluman yang setara tingkat energinya kini memasuki fase akhir.
"Ciiit～～～"
Energi primordial Hong Meng yang tak terhitung jumlahnya membanjiri masuk, ruang demi ruang di lapisan kedua alam semesta baru terus disempurnakan.
"Diperkirakan dalam satu dua tahun lagi, lapisan kedua alam semesta baru ini akan sepenuhnya rampung." Mata Qin Yu terbuka, senyum tipis mengembang di wajahnya. Di dasar hatinya, terpendam harapan besar akan penyempurnaan lapisan kedua alam semesta baru ini.
Dia sangat ingin mengetahui, begitu lantai kedua ini sempurna, kekuatannya akan mencapai sejauh apa.
"Kuali Induk Pusaka di Gunung Mahadewa ini sama sekali tak bergerak, kapan Houtu Yin akan muncul?" Qin Yu menggerakkan hatinya, kekuatan ruang alam semesta baru segera menyusuri jalur relief memasuki Gunung Mahadewa.
……
Jurang Gunung Mahadewa.
Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan Yi Feng masih berdekatan. Saat ini hampir semua Raja Dewa di jurang itu terus waspada, semua orang tahu Houtu Yin mungkin muncul kapan saja.
Dibandingkan dengan penantian Cap Langit Biru sebelumnya, jumlah Raja Dewa di jurang ini jauh berkurang. Hilanglah Dewa Xiu Luo Luo Fan, dan delapan Raja Dewa yang dibunuhnya. Namun bertambah satu Raja Dewa...
Jiang Lan tak sengaja melirik wanita berambut panjang merah darah di kejauhan.
"Saudara Jiang Lan," Yi Feng di samping bertanya melalui telepati, "Menurut identifikasi Qin Yu, apakah wanita berambut panjang merah darah ini adalah ahli misterius yang bisa menggunakan 'waktu diam membeku'? Benarkah kau tidak mengenali wanita berambut panjang merah darah itu?"
Setelah kelahiran Qin Shuang, Jiang Lan dan yang lain kembali ke Gunung Mahadewa. Di sini, Qin Yu langsung mengidentifikasi wanita berambut merah itu sebagai Ratu Laut Darah. Saat ditanya apakah mengenalinya, Jiang Lan waktu itu menjawab 'tidak kenal'.
Namun seiring waktu, Jiang Lan mulai meragukan jawabannya sendiri.
Alis Jiang Lan berkerut halus, menunjukkan keragu-raguan.
"Tidak yakin." Jawab Jiang Lan singkat.
"Tidak yakin? Kenal ya kenal, tidak kenal ya tidak. Mengapa jawabannya tidak pasti?" suara Yi Feng terdengar kesal, "Saudara Jiang Lan, katakan saja secara terbuka."
Jiang Lan berkomunikasi melalui telepati: "Saudara Yi Feng, mengenai Ratu Laut Darah ini, jika dilihat dari penampakan fisik dan aura yang dipancarkannya, sepertinya aku belum pernah bertemu dengannya. Tapi dalam beberapa tahun terakhir aku sering memperhatikan gerak-geriknya. Dari senyuman samarnya hingga gerakan sederhana yang dilakukannya, semua itu sangat mirip dengan seorang teman lamaku."
"Teman lama?" Yi Feng menatap Jiang Lan.
"Temanku itu bernama Xue Yun, seorang gadis pendiam yang sangat polos. Dulu dia bergabung dengan Raja Dewa Xiaoyao membentuk aliansi untuk bersama-sama bertarung memperebutkan pusaka spiritual di Gunung Mahadewa." Jiang Lan menjelaskan secara detail.
"Bekerja sama dengan Raja Dewa Xiaoyao? Maksudmu Mahadewa Xiaoyao?" Yi Feng terkejut.
"Benar, hanya setelah itu Raja Dewa Xiaoyao beruntung, mendapatkan Pusaka Mahadewa, dan menjadi Mahadewa baru. Sedangkan Xue Yun, tetap hanya Raja Dewa biasa. Dia juga menghilang dengan menyembunyikan identitas." Jiang Lan mengerutkan alis sambil memandang Ratu Laut Darah di kejauhan, "Tapi Xue Yun di masa lalu, kekuatannya benar-benar biasa. Aura dan tatapannya juga tidak sekejam 'Ratu Laut Darah' ini. Aku tidak percaya Xue Yun yang dulu seputih kertas bisa mengalami perubahan drastis seperti ini."
"Hanya beberapa gerakannya yang mirip dengan Xue Yun di masa lalu. Karena itu aku curiga dia adalah Xue Yun. Tapi ini cuma kecurigaan saja." Jiang Lan berkomunikasi melalui telepati.
Yi Feng menganggukkan kepala.
"Saudara Jiang Lan, Zuǒ Qiūlín Raja Dewa." Yi Feng tiba-tiba berkomunikasi melalui telepati kepada keduanya. Zuǒ Qiūlín juga membuka mata dan memandangi Yi Feng.
Yi Feng tersenyum melanjutkan komunikasi telepati: "Aku memikirkan suatu hal. Saat ini Raja Dewa Xiu Luo sudah tidak berada di Gunung Mahadewa. Jika bicara soal kekuatan murni, menurutku, dengan tiga orang kami bersatu, seharusnya bisa dianggap sebagai kekuatan yang cukup signifikan. Harusnya ada peluang untuk mendapatkan Houtu Yin."
Mata Zuo Qiulin berbinar.
Zuo Qiulin dan Jiang Lan, bahkan tanpa memiliki pusaka Hongmeng kelas satu, kekuatannya sudah hampir menyamai Maharaja Suci. Kini Jiang Lan memiliki 'Pedang Luoyu', sedangkan Zuo Qiulin memiliki tongkat 'Wan Liu'. Kekuatan keduanya jelas melampaui Maharaja Suci biasa. Adapun Yi Feng, juga memiliki pusaka Hongmeng kelas satu 'Kekuasaan'.
Gabungan kekuatan ketiganya, sama sekali tidak lebih lemah dari gabungan tiga Maharaja Suci.
"Benar, ada harapan." Kilatan antusias langka muncul di mata Zuo Qiulin, "Karena Dewa Xiu Luo tidak hadir, Delapan Raja Suci saat ini tidak bersatu. Jiang Fan, Zhou Huo, Shen Tu Yan membentuk satu kelompok. Duanmu Yun, Tang Lan, Mu Qin membentuk kelompok lain. Dua sisanya berada di pihak berbeda. Delapan Raja Suci tidak kompak... Sedangkan Ratu Laut Darah tidak memiliki pusaka Hong Meng kelas satu dengan kekuatan serangan besar. Asalkan kita berhati-hati, masih ada peluang."
Jiang Lan terdiam sejenak sambil merenung.
"Kalau begitu, mari kita susun rencana matang." Di dasar hati Jiang Lan juga terselip harapan akan Houtu Yin. Segera ketiga dewa ini mulai bernegosiasi, merancang strategi untuk memperebutkan Houtu Yin.
……
Jiang Fan, Shen Tu Yan, dan Zhou Huo duduk dengan tenang.
Tak lama lagi, Jiang Fan akan memandang ke arah 'Kuali Induk Pusaka' di tengah jurang. 'Houtu Yin' yang akan segera muncul dari Kuali Induk Pusaka itu telah lama dinantikan di relung hati Jiang Fan.
"Dapatkan Houtu Yin terlebih dahulu, lalu andalkan Mahadewa Hukuman Guntur untuk memperoleh 'Wanmin Yin'. Jika sukses, kesempatan Jiang Fan untuk menjadi Mahadewa akan sangat besar."
Jiang Fan sekali lagi secara inersia melirik ke arah Kuali Induk Pusaka. Tepat saat hendak menarik pandangannya seperti biasa, tiba-tiba ia tertegun karena menyadari Kuali Induk Pusaka samar-samar mulai memancarkan kilatan cahaya.
"Eh?"
Mata Jiang Fan seketika berkilauan.
"Shen Tu, Zhou Huo, cepat! Houtu Yin akan segera muncul!" Jiang Fan segera tersadar dan langsung berkomunikasi melalui telepati. Ia sama sekali tidak membuat suara, khawatir menarik perhatian Raja-Raja Dewa lain. Jiang Fan bahkan berharap para Raja Dewa lain terlambat menyadarinya.
Namun, para Raja Dewa semuanya berada dalam kondisi siaga tinggi.
Perubahan halus pada intensitas cahaya di sekeliling, hampir secara serentak membuat semua Raja Dewa berputar haluan untuk melihat.
“Houtu Yin akan muncul?” Mata Ratu Laut Darah yang berdiri di sudut jurang langsung berkilauan. Sang Ratu yang menyembunyikan kekuatan sebenarnya saat memasuki Gunung Mahadewa ini sama sekali tak terdeteksi oleh para Raja Suci, termasuk Delapan Raja Suci yang tak menyadari kekuatan mengejutkannya.
Ratu Laut Darah menjilat bibirnya, melirik beberapa Raja Suci di kejauhan: "Hmph, setelah 6.000 triliun tahun tak bertemu, ternyata hampir tak ada yang mengenaliku. Tampaknya perubahan wujudku benar-benar drastis. Tapi lebih baik begini, tanpa menarik perhatian kalian, aku bisa lebih mudah mendapatkan Houtu Yin secara tak terduga."
Dengan ketidakhadiran Dewa Xiu Luo, Ratu Laut Darah sendiri dipenuhi keyakinan.
"Ciiit～～～"
Motif pada keempat sisi Kuali Induk Pusaka mulai memancarkan kilatan cahaya samar, sementara bagian atas kuali menyala begitu menyilaukan. Semua Raja Dewa berdiri, pandangan tertancap pada Kuali Induk Pusaka tersebut.
"Bzz～～～"
Tiba-tiba Kuali Induk Pusaka bergetar hebat, kilatan cahaya di atasnya meningkat drastis. Hampir semua Raja Dewa di lokasi 'swoosh' terbang langsung ke Kuali Induk Pusaka hampir bersamaan.
"Pembekuan ruang!"
Dari Delapan Raja Suci, lima di antaranya hampir bersamaan Menggunakan teknik pembekuan ruang. Siapa pun yang mendapatkan Houtu Yin takkan bisa langsung melakukan lompatan ruang masuk ke jalur relief.
"Syuut!"
Kuali Induk Pusaka bergetar keras, memancarkan kilatan cahaya abu-abu kehitaman dengan kecepatan yang mengerikan.
Kilatan aneh ini tiba-tiba berbelok membentuk busur kecil, lalu menyusup ke dalam bebatuan dasar jurang, masuk ke kedalaman perut Gunung Mahadewa.
Terkejut dan tercengang!
Puluhan Raja Dewa yang semula terbang mandek di udara. Mereka juga berusaha menggunakan kesadaran spiritual untuk menembus masuk ke Gunung Mahadewa, namun batu karang gunung ini sangat spesial. Kesadaran spiritual puluhan Raja Dewa itu sama sekali tidak bisa menembus batuan tersebut.
Banyak Raja Dewa mengembangkan kesadaran spiritual mereka, memperhatikan setiap sudut. Meski tidak bisa memasuki perut Gunung Mahadewa, mereka bisa menunggu dengan tenang hingga Houtu Yin terbang keluar kembali.
Tapi...
Setelah menunggu cukup lama, Houtu Yin tak menunjukkan tanda-tanda bergerak, seolah mulai menyukai bersembunyi di dalam batu Gunung Mahadewa.
"Lenyap!"
Raja Dewa dari Klan Putai, 'Putai Tu', mengeluarkan seruan pendek. Seketika ia mengaktifkan teknik pelenyapan khusus klannya. Klan yang paling ahli dalam teknik pelenyapan ini justru gagal.
Putai Tu mencoba beberapa kali, namun sama sekali tidak bisa menyusup masuk.
"Sepertinya, satu-satunya metode adalah menggali Gunung Mahadewa dengan senjata." Jiang Fan mengernyitkan alis, namun saat membayangkan volume raksasa gunung itu, "Seberapa keras sebenarnya material batu Gunung Mahadewa ini?" Ia memandangi batu di daratan.
Tiba-tiba—
"Braak!" Suara ledakan dahsyat menggema saat seorang Raja Dewa mengayunkan kapak raksasa di tangannya untuk menebas batu karang. Batu-batu pecah beterbangan membentuk lubang kecil sedalam setengah meter.
Jelas terlihat, bukan hanya Jiang Fan yang punya niat menggali Gunung Mahadewa. Para Raja Dewa lain juga memiliki ide serupa, bahkan beberapa sudah mulai bertindak.
"Dengan delapan puluh persen kekuatan serangan, cuma bisa membuat lubang sekecil ini." Sang Raja Dewa menghela napas kecewa.
Jiang Fan kini telah memahami tingkat kekerasan material Gunung Mahadewa. Melihat pegunungan raksasa yang hampir tak terhitung luasnya, ia bertanya, "Dengan kecepatan penggalian seperti ini, sampai kapan kita bisa membuka seluruh Gunung Mahadewa?"
Apalagi...
Gunung Mahadewa turun dari langit. Tidak sampai terdesak, para Raja Dewa pun tak berani merusak seluruh Gunung Mahadewa.
"Huu!""Huu!""Huu!""Huu!"……
Para Raja Dewa mulai terbang menyebar ke segala penjuru.
Yi Feng memandangi Jiang Lan, "Saudara Jiang Lan, kini Houtu Yin tersembunyi di dalam Gunung Mahadewa ini. Batu-batuan gunung ini keanehannya luar biasa, kesadaran spiritual tak bisa menembusnya. Tak ada yang tahu dari mana Houtu Yin akan muncul. Bagaimana jika kita bertiga berpisah, menunggu di tiga lokasi berbeda dengan tenang? Siapa tahu keberuntungan berpihak sehingga bisa mendapatkan Houtu Yin. Begitu mendapatkannya, mungkin masih sempat untuk melarikan diri."
Ucapan Yi Feng sebenarnya mewakili pemikiran banyak Raja Dewa.
Jika semua berkumpul di jurang, saat Houtu Yin muncul nanti, yang akan mendapatkannya pasti mereka yang memiliki kekuatan yang kuat.
Gunung Mahadewa ini memiliki luas wilayah ratusan ribu li. Ketinggiannya hampir satu juta li. Di tengah gunung mengambang raksasa ini, karena adanya 'pembekuan ruang' yang membuat lompatan ruang tak mungkin dilakukan, hanya mengandalkan terbang pun membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Saudara Yi Feng, tak perlu terburu-buru." Jiang Lan berkata dengan senyuman tipis, "Apa yang menjadi hak kita takkan lari. Bukan hak kita, sekuat tenaga pun takkan didapat."
"Selain itu, jika kita bertiga berpisah untuk menunggu Houtu Yin di lokasi berbeda seperti strategi menunggu mangsa dengan pasif, meski beruntung mendapatkannya, besar kemungkinan akan dihadang. Lebih baik tetap bersama. Begitu mendapatkan, dengan tiga orang bekerja sama, umumnya takkan bisa direbut orang." Jiang Lan menatap Yi Feng.
Yi Feng tersenyum tipis lalu tak berkata-kata lagi. Zuo Qiulin di sampingnya melirik Jiang Lan, akhirnya diam.
Hanya sedikit Raja Dewa yang bisa bersikap tak peduli terhadap Houtu Yin seperti Jiang Lan. Para Raja Dewa itu terbang ke berbagai sudut Gunung Mahadewa, kesadaran spiritual mereka terus-menerus memperhatikan dengan saksama.
“Shen Tu、Zhou Huo, kalian berdua jangan terlalu jauh dariku. Begitu salah satu dari kita bertiga mendapatkan Houtu Yin, dua lainnya harus segera memberikan dukungan.” Jiang Fan melayang di udara sambil menyebarkan kesadaran spiritualnya seluas-luasnya.
Shen Tu Yan dan Zhou Huo berada dalam jarak hampir 10.000 li dari Jiang Fan. Keduanya dengan cermat dan hati-hati mengamati sekeliling.
……
Di tengah pencarian saksama dan penantian para Raja Dewa, waktu berjalan terasa sangat lambat.
Sepanjang waktu minum teh, terasa panjang seperti 100 tahun.
“Yi Feng, lihatlah para Raja Dewa itu, satu per satu mereka...” Jiang Lan tertawa sambil menunjuk ke arah beberapa Raja Dewa di kejauhan.
“Syuut!”
Tiba-tiba, kilatan cahaya kelabu kehitaman muncul dari tanah di sebelah kaki Jiang Lan, melesat dengan gesit ke arahnya. Dengan refleks alami, Jiang Lan langsung meraih kilatan cahaya itu.
“Brak!” Tangannya bergetar. Jiang Lan melihat ke telapak tangannya.
Tampak sebuah stempel abu-abu kehitaman terbaring di tangan Jiang Lan. Di permukaan stempel itu terdapat tiga tulisan spesial yang sama sekali tidak dikenali Jiang Lan. Namun entah mengapa, tiga kata secara alami muncul dalam benaknya—Houtu Yin.
"Houtu Yin?"
Jiang Lan tertegun. Yi Feng dan Zuo Qiulin di sampingnya juga memperhatikan. Keduanya pun ikut terdiam.
"Apa yang dilihat? Cepat pergi!" Jiang Lan tiba-tiba tersadar, segera berkomunikasi melalui telepati. Yi Feng dan Zuo Qiulin yang juga sudah sadar, ketiganya langsung melesat seperti tiga kilatan cahaya menuju kaki gunung.
Sementara para Raja Dewa lain yang mendeteksi 'Houtu Yin' dengan kesadaran spiritual, saat ini sedang mengerubungi ketiganya dengan gila-gilaan dari segala penjuru Gunung Mahadewa.
