Di Laut Xiu Luo terdapat Empat Raja Dewa dengan Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' sebagai pemimpin. Dalam hati Luo Fan, Raja Dewa An Xun adalah adik seperguruan yang memiliki jiwa kesatriaan luar biasa. Namun kini, adiknya justru dibunuh di sekitar mereka.
Frustrasi, penyesalan, kemarahan.
Seketika, kekacauan emosi membanjiri dasar hati Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan'. Aura pembunuhan di relung hatinya pun meledak.
"Jiang Lan——" Dentuman kemarahan bergemuruh dalam hati Luo Fan. Penggaris Darah 'Pemutus Nyawa' di tangannya memancarkan kilatan merah darah yang menyilaukan. Senjata itu segera terbang ke kaki Luo Fan yang langsung menginjakkannya, bersiap memburu Jiang Lan.
Namun Qin Yu takkan membiarkan Raja Dewa Xiu Luo menyerang Jiang Lan.
Luo Fan dari diam membeku seketika kecepatan mencapai ambang batas, dengan gesit menyapu keluar. Tapi cuma gesit menyapu sekitar 2-3 meter. Luo Fan langsung merasa seperti menabrak batu raksasa yang sangat keras.
“Braak!”
Luo Fan menubruk dengan keras dinding ruang yang terbentuk seketika oleh Qin Yu, kepalanya terasa sedikit pusing. Tapi saat ia hendak membuka dinding ruang itu untuk melesat maju, dia menyadari—
Depan belakang atas bawah kiri kanan, semua arah tertutup dinding energi ruang. Dirinya bagai terkurung dalam sangkar, hanya bisa bergerak 1-2 langkah kecil.
“Qin Yu, pasti Qin Yu!”
Luo Fan langsung teringat Qin Yu. Yang bisa mengurungnya, kecuali Qin Yu tak mungkin ada lagi. Saat ini Luo Fan persis seperti singa yang mengamuk terkurung.
Luo Fan tidak bisa menahan kemarahan lalu memutar kepala memandangi Qin Yu berbaju hitam yang melayang di udara tak jauh darinya. Qin Yu saat itu memegang Tombak Sisa Salju di tangannya, memandangi Luo Fan dengan dingin tanpa bergerak sedikitpun.
"Luo Fan, jangan lupa perjanjian awal kita." Suara Qin Yu bergema dalam benak Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan'. "Jika kau nekat menyerang, itu sama saja memaksaku untuk melawan."
Luo Fan menarik napas panjang, pandangan dinginnya menatap tajam Qin Yu cukup lama.
"Penghalang ruang..." gumam Luo Fan sambil memandang Qin Yu, perlahan hatinya mulai tenang. Berdasarkan pengetahuannya, ruang seharusnya sudah membeku saat ini. Secara logika, mustahil menggunakan kekuatan ruang untuk membelenggu orang lain.
Tapi Qin Yu berhasil melakukannya.
Bahkan energi ruang yang mengikatnya sama sekali tidak bisa dirasakan oleh Luo Fan. Sebagai seorang Raja Dewa yang menguasai 'hukum ruang', ketidakmampuan merasakan kekuatan ruang tersebut terdengar ironis, namun itulah kenyataannya.
“Hukum ruang ini berbeda dengan hukum alam semesta milikku.” Qin Yu tersenyum tipis dalam hatinya.
Dia memiliki keyakinan yang cukup.
Luo Fan melihat Tombak Sisa Salju di tangan Qin Yu. Senjata legendaris ini telah berulang kali menunjukkan kekuatan yang mengejutkan. Baik saat di Istana Maharaja Utara maupun dalam pertempuran sengit melawan para Maharaja di Laut Selatan, kekuatan mematikan Tombak Sisa Salju telah terbukti tanpa keraguan.
“Kekuatan serangannya mungkin melebihi milikku, ditambah kemampuan mengendalikan 'kekuatan ruang spesial' untuk membelengguku dalam kondisi seperti ini. Terutama, dia masih bisa melakukan lompatan ruang.” Luo Fan merasakan jantungnya berdenyut keras.
Akal sehatnya mengatakan mustahil melepaskan diri dari belenggu Qin Yu.
“An Xun, maafkan aku.” Bisik Luo Fan dalam hati.
Pada akhirnya, Luo Fan memilih diam. Tindakannya takkan berguna, malah akan membuat Qin Yu sepenuhnya berlawanan dengan Laut Xiu Luo. Hal seperti ini sama sekali tak diinginkannya.
Sebagai seorang Pemimpin, pertama-tama harus mempertimbangkan mereka yang masih hidup.
"Qin Yu, aku tidak akan bertindak. Hanya, jika Jiang Lan sekali lagi menyerang anggota Laut Xiu Luo kami, maka kami akan bertarung Tak Kenal Lelah!" Dewa Xiu Luo Luo Fan berbicara melalui telepati.
Qin Yu mengangguk sambil tersenyum.
"Tenang, Paman Lan takkan lagi membunuh anggota Laut Xiu Luo-mu," janji Qin Yu melalui komunikasi telepati.
Kemudian, pandangan dingin Qin Yu beralih dari sisi Dewa Xiu Luo, langsung mengarah ke Jiang Lan. Saat ini sudut bibir Jiang Lan sudah ada noda darah, namun cedera tidak parah.
Qin Yu yang terus mengamati pertempuran dengan kekuatan ruang memahami sepenuhnya dalam hati: Ini adalah luka yang ditinggalkan Paman Lan saat menggunakan 'Pedang Luoyu' serta 'percepatan waktu dan waktu diam membeku' untuk menahan kilau pedang berwarna-warni dan dua sinar pedang itu - sungguh daya hancur kekuatan fundamental sangat dahsyat.
"Benar-benar spektakuler."
Qin Yu tersenyum mengamati serangan Jiang Lan. Penguasaan Jiang Lan terhadap aliran waktu benar-benar mencapai tingkat yang luar biasa. Di setiap gerakan tubuhnya, kecepatan waktu berubah secara alami tanpa jeda.
Ruang-waktu berubah-ubah, kecepatan Jiang Lan juga terlihat aneh.
"Delapan Raja Suci akan kesulitan mengejar Paman Lan. Meski Dewa Xiu Luo juga memahami 'waktu diam membeku', namun dalam hal 'percepatan waktu' masih kalah dari Paman Lan." Qin Yu menilai dalam hati.
Percepatan waktu—semakin tinggi kelipatan percepatannya, semakin tinggi prestasi dalam bidang ini. Ketika kelipatan percepatan mencapai ambang batas, itulah puncaknya. Langkah selanjutnya adalah menguasai waktu diam.
Adapun cara memanfaatkan 'percepatan waktu', itu bergantung pada pengalaman.
Misalnya, sama-sama mampu mempercepat hingga jutaan kali lipat.
Namun sebagian orang hanya bisa melakukan percepatan kaku satu juta kali, sedangkan Paman Lan mahir memvariasikan tingkat percepatan waktu secara luwes untuk mencapai efek yang berbeda.
Inilah yang disebut pengalaman tempur, atau 'bakat bertarung'!
Jiang Fan, Zhou Huo, Duanmu Yun dan Delapan Raja Suci lainnya merasakan perasaan kompleks di dada mereka saat ini. Mereka tak menyangka, di antara Delapan Keluarga Dewa ternyata muncul seorang ahli tingkat lanjut yang mampu menyaingi Dewa Xiu Luo.
Waktu diam membeku.
Kesaktian ini adalah sesuatu yang mereka idam-idamkan. Namun kini justru dimiliki oleh Jiang Lan.
"Adik Kedua!" Hati Jiang Fan bagai terguncang rasa asam, manis, pahit, dan pedas berkecamuk.
……
Di ketinggian yang diselimuti kabut Mini, puluhan kilatan cahaya terus melesat gesit. Lintasan terbang Jiang Lan begitu cepat dan luwes. Meski banyak Raja Dewa biasa ketakutan padanya, saat melihat luka di tangan Jiang Lan akibat serangan kekuatan fundamental, mereka yang serakah itu tetap terbang mengitari, siap bertindak kapan saja.
"Syuut!"
"Syuut!"
Tiba-tiba Jiang Lan mengukir jejak yang hampir sempurna, terbang langsung ke arah Huangfu Lei. Wajah Huangfu Lei berubah pucat, seketika ia menggunakan semua taktik dengan gila-gilaan untuk menyerang Jiang Lan. Sekali hentakan ia menebas delapan sinar pedang sambil dengan gesit menghindar.
Delapan sinar pedang - ini adalah serangan terkuatnya dan ambang batas Huangfu Lei. Jaringan pedang ini seperti jaring yang menghadang mati Jiang Lan. Hampir semua Raja Dewa di sekeliling memandangi Jiang Lan, mengamati bagaimana ia akan menghadapi serangan ini. Di mata para Raja Dewa itu, bahkan jika Jiang Lan tidak cedera, setidaknya kecepatannya akan berkurang.
"Huu!"
Jiang Lan tersenyum tipis, seolah tak melihat delapan sinar pedang itu. Seluruh tubuhnya seperti memasuki ruang paralel lain, dengan mudah berpindah di antara jejaring pedang itu sama sekali tidak cedera.
Memasuki ruang dimensi lain?
Tentu saja tidak.
Semua Raja Dewa di medan pertempuran bukanlah orang biasa, mereka semua bisa melihat bahwa itu adalah penerapan 'percepatan waktu' yang hampir sempurna hingga puncak. Namun cara Jiang Lan melewati delapan sinar pedang itu justru membuat jarak antara dia dengan Huangfu Lei semakin jauh.
"Luar biasa." Huangfu Lei memandang Jiang Lan yang terbang menjauh, tak bisa menahan kekaguman dalam hatinya.
"Liu Xiang, lebih baik kita mundur. Jiang Lan ini sulit dihadapi." Huangfu Lei berkomunikasi secara telepati dengan Huangfu Liuxiang. Dari pertarungan kali ini, dia menyadari kesenjangan yang hampir tak terjembatani dengan Jiang Lan.
"Tidak."
Pandangan Huangfu Liuxiang terus menatap tajam Jiang Lan, "Kakak, kekuatan Jiang Lan memang kuat, tapi tidakkah kau lihat setiap kali dia menahan serangan kekuatan fundamental, lukanya semakin parah?"
Huangfu Liuxiang masih belum melepaskan harapan.
“Liu Xiang, jangan dipikirkan lagi. Kau tidak lihat Qin Yu terus berada di samping? Menurutku, jika Jiang Lan tidak sanggup bertahan, mungkin Qin Yu akan membantu Jiang Lan.” Huangfu Lei membujuk.
“Qin Yu?”
Huangfu Liuxiang penuh keyakinan, “Kakak, tidakkah kau lihat Qin Yu sedang mengimbangi Dewa Xiu Luo? Qin Yu mustahil bertindak. Begitu dia bergerak, Dewa Xiu Luo pasti juga akan bertindak. Jadi tak perlu mempertimbangkan situasi Qin Yu. Apalagi, dia masih memiliki ikatan dengan kita. Meski bertindak, seharusnya dia tidak akan melakukan pembunuhan terhadap kita.”
Huangfu Lei antara ingin tertawa dan menangis.
Kau sudah mau membunuh pamannya, masih berharap dia akan mengampunimu? Jika kata-kata ini terdengar oleh Qin Yu, pasti akan mengejek tak habis pikir.
“Syuut!”
Deru ledakan udara dari penerbangan cepat terus bergema, namun tiba-tiba terhenti. Suara itu lenyap seketika.
Semua orang paham: Jiang Lan lagi-lagi Menggunakan ‘Waktu Diam Membeku’.
“Braak!”
Kilau pedang yang mengerikan terasa menusuk tulang, dari atas ke bawah, melintasi seorang pria tua berjubah hijau. Seolah tak terjadi apa-apa, Jiang Lan melanjutkan penerbangannya ke depan.
“Braak!”
Efek waktu diam membeku berakhir. Pria berjubah hijau yang sebelumnya tak bergerak tiba-tiba menggeliat. Dari ubun-ubun hingga pangkal paha, tubuhnya terbelah vertikal. Isi perut — darah, organ dalam, usus besar dan kecil — berhamburan keluar. Dua belahan jasad itu terjatuh dari langit.
Kesadaran spiritual pria itu telah tercerai-berai oleh tebasan maut itu.
Seorang Raja Dewa lagi gugur.
Banyak Raja Dewa lain gentar menyaksikan adegan ini. Kekuatan Jiang Lan yang luar biasa, ditambah pusaka Hong Meng kelas satu di tangannya, membuat bahkan Delapan Raja Suci tak sanggup mengejar kecepatannya.
"Raja Dewa yang tewas ini sepertinya berasal dari kalangan pertapa," ujar Qin Yu sambil menatap mayat pria berjubah hijau itu.
Qin Yu dalam hatinya memahami tujuan Jiang Lan melakukan semua ini sekarang—melakukan pembunuhan untuk menakut-nakuti lawan. Jika musuh terus memburunya, Jiang Lan akan terus membunuh, satu per satu, sampai mereka gemetar ketakutan dan kehilangan kepercayaan diri!
Sebenarnya target yang dibunuh Jiang Lan dipilih dengan selektif.
Sejak kelahiran Dewa hingga 1,2 triliun tahun saat ini, Jiang Lan termasuk pihak Delapan Keluarga Dewa. Mayoritas musuhnya berasal dari kalangan calon dewa. Tentu ada juga beberapa anggota Delapan Keluarga Dewa yang bermusuhan dengannya.
"Braak!"
Jiang Lan kembali memblokir dua kilatan pedang pelangi dengan 'Pedang Luoyu' dan teknik 'waktu diam membeku'. Namun, tubuhnya tetap terasa seperti ditembus petir, darah menyembur dari tenggorokan dan mengalir di sudut bibirnya.
Pandangan Jiang Lan menyapu sekeliling.
Tiba-tiba pandangan Jiang Lan terkunci pada Huangfu Liuxiang yang berada tak jauh darinya. Sejak Jiang Lan mulai bertindak hingga saat ini, Huangfu Liuxiang terus berkeliaran di sekitar area tersebut, selalu dalam persiapan untuk bertindak kejam.
"Huangfu Liuxiang, aku telah mengampunimu dua kali."
Suara telepati Jiang Lan bergema dalam benak Huangfu Liuxiang. Perempuan itu tertegun sejenak, lalu menyaksikan Jiang Lan berubah menjadi kilatan cahaya yang tiba-tiba menyergap ke arahnya.
Sebenarnya, sejak awal hingga kini, Jiang Lan memiliki dua kesempatan untuk membunuh Huangfu Liuxiang. Namun karena Huangfu Liuxiang termasuk dalam Delapan Keluarga Dewa, Jiang Lan sengaja memilih jalur penerbangan lain dan mengampuni nyawanya.
Tapi Jiang Lan menyadari——
Meski dia mengampuni Raja-Raja Dewa dari Delapan Keluarga Dewa, kecuali beberapa seperti Duanmu Yu dan Jiang Xing, sebagian besar justru terus mengincar kesempatan untuk membunuhnya.
Jiang Lan akhirnya berlaku kejam, tak lagi memperdulikan bahwa lawannya berasal dari pihak Delapan Keluarga Dewa.
"Ah!"
Huangfu Liuxiang terkejut, segera melambaikan tangannya. Beberapa pita hijau melesat ke arah Jiang Lan. Kilau dingin muncul di mata Jiang Lan, bibirnya bergerak halus.
Waktu diam membeku!
Pita hijau yang sedang terbang itu berhenti di udara, sementara Huangfu Liuxiang membeku tak bergerak.
"Liuxiang!" Huangfu Lei yang sudah mundur ke jarak jauh sama sekali tak sempat menolong. Ia hanya bisa menyaksikan Jiang Lan melesat bagai kilat melewati Huangfu Liuxiang. Setelah beberapa saat, 'waktu diam' menghilang, tubuh Huangfu Liuxiang pun terjatuh lemas dari langit.
Shen Tu Yin, Duanmu Rufeng, Putai Tu, Tang Xiang, dan lainnya dari Delapan Keluarga Dewa gemetar dalam hati.
Jiang Lan, akhirnya mengambil tindakan kejam terhadap Raja-Raja Dewa dari pihak Delapan Keluarga.
“Paman Lan.” Melihat kejadian ini, Qin Yu justru tersenyum sambil mengangguk. Ia telah memahami efektivitas jurus kejam yang digunakan Jiang Lan ini. Tidak hanya pihak calon dewa, bahkan beberapa Raja Dewa yang hidup menyendiri maupun Raja-Raja Dewa dari Delapan Keluarga Dewa pun tak berani mendekat.
