Ratu Laut Darah 'Xue Yun' mengangkat alisnya saat mendengar pertanyaan ini, wajahnya yang biasanya dingin tiba-tiba menampakkan senyum tipis. Ia menatap Qin Yu sambil berkata: “Qin Yu, jika kau benar-benar ingin tahu jawabannya, bantu aku merebut Wanmin Yin, dan aku akan memberitahumu.”
Qin Yu mendengarnya, hampir saja melontarkan umpatan kepada sang ratu laut darah ini.
Tapi untuk pertanyaan sederhana saja, sang ratu masih bersikap sembunyi-sembunyi.
Qin Yu tersenyum tipis: “Ratu Laut Darah, anggap saja aku tidak pernah bertanya.”
“Paman Lan, mari kita pulang.” Qin Yu segera menoleh ke Jiang Lan di sampingnya. Jiang Lan mengangguk halus, lalu keduanya berubah menjadi dua kilatan cahaya yang melesat menuju Kota Kabut di kejauhan.
Ratu Laut Darah menyaksikan sosok Qin Yu dan Jiang Lan menghilang ke dalam bayangan samar Kota Kabut yang tersembunyi dalam kabut, sambil tersenyum sinis dua kali.
"Menghibur, menghibur."
Ratu Laut Darah langsung menggerakkan postur tubuhnya dan menghilang ke dalam kabut.
Tak terhitung kilat sebesar lengan manusia menembus langit dan bumi, di tengahnya terdapat kota mengambang - Kota Hukuman Guntur.
Kota Hukuman Guntur tetap sama seperti ratus juta tahun lalu, hanya saja sekarang dari empat Raja Dewa-nya, tiga telah mati, hanya tersisa Zhou Huo, Maharaja Barat Laut.
Di dalam Kota Hukuman Guntur, terdapat pekarangan sunyi tempat Mahadewa Hukuman Guntur bermukim.
Zhou Huo berkutat dalam keraguan di depan pintu gerbang yang tertutup untuk waktu yang lama, akhirnya baru berani mengulurkan tangan untuk mengetuk. Saat jarinya baru menyentuh kayu, pintu itu berbunyi "kreek" dan terbuka sendiri.
"Huor, masuklah." Suara bergema Mahadewa Hukuman Guntur terdengar tetap tegas seperti dulu.
"Baik, Ayahanda." Zhou Huo menjawab patuh, lalu melangkah masuk ke pekarangan. Saat ini Mahadewa Hukuman Guntur sedang berdiri dengan tangan di belakang punggung, membelakangi Zhou Huo. Siluet tubuhnya tetap tegak bak tiang penyangga!
Melihat Mahadewa Hukuman Guntur, segala kegelisahan dan perasaan teraniaya Zhou Huo langsung membanjir. Ia segera membungkuk dalam-dalam sambil berkata lirih: "Ayahanda, Zhou Ran juga telah tiada. Mohon Ayahanda tegakkan keadilan!"
Zhou Huo benar-benar tak berdaya lagi.
Menghadapi Qin Yu, Zhou Huo sama sekali tak punya solusi. Delapan Raja Suci memang hebat, bahkan mampu mengintimidasi Dewa Xiu Luo sekalipun. Tapi melawan Qin Yu? Mungkin melukainya saja sudah mustahil.
Belum lagi kali ini, Jiang Lan secara tak terduga mengalami peningkatan kekuatan drastis hingga menjadi ahli setara Dewa Xiu Luo.
"Saat ini, Kota Kabut memiliki dua ahli tingkat lanjut—Qin Yu dan Jiang Lan. Bahkan jika Delapan Raja Suci datang bersama, mereka takkan mampu melukai mereka. Harus diakui, Kota Kabut kini bisa dibilang sebagai kekuatan nomor satu mutlak di dunia Dewa!"
"Untuk membalas dendam, satu-satunya harapan adalah ayahku sendiri—Mahadewa Hukuman Guntur!"
"Huo'er, jangan terburu-buru."
Mahadewa Hukuman Guntur berkata dengan nada dingin, suaranya seolah tak menyimpan amarah. Ia berbalik, mata tajam bagai elang pemangsa menatap Zhou Huo: "Saat kedatangan Gunung Mahadewa ini, ayah juga dibatasi banyak aturan. Untuk sementara, lebih baik kita bersabar."
"Ayah—" Dengarkan kata-kata itu, Zhou Huo merasa menderita.
Mahadewa Hukuman Guntur memandang dengan sorot dingin: "Huo'er, jangan terlalu bersedih. Yang mati biarlah pergi, yang masih hidup harus terus bernafas. Kau masih punya putra, Zhou Xian dan generasi muda keluarga kita masih banyak anggota keluarganya."
Zhou Huo menyembunyikan perasaannya dan berdiri dengan hormat di samping.
"Saat ini Gunung Mahadewa telah turun, baik aku maupun Mahadewa lainnya tak boleh sembarangan menyerang. Biarkan Qin Yu hidup bebas selama puluhan tahun ini..." Mata elang Mahadewa Hukuman Guntur menyala dingin, "Saat Mahadewa baru terpilih, itulah saat Pedang Dosa Asli-ku mengadili kejahatannya."
Meski berstatus Mahadewa, di dasar hati beliau masih tersimpan beberapa ikatan batin.
Putra ketiga Zhou Yan, yaitu Zhou Wulian. Merupakan putra yang sangat dicintai Mahadewa Hukuman Guntur. Kematian Zhou Wulian membuat Mahadewa ini membenci Qin Yu sampai ke tulang sumsum.
Hanya ucapan Mahadewa Piao Yu yang masih menggema di telinga——"Adik seperguruan, sesuai aturan, sejak Gunung Mahadewa turun hingga terpilihnya Mahadewa baru, kau hanya punya satu kesempatan bertindak. Dan kesempatan itu sudah kau janjikan untuk Jiang Fan. Kini Gunung Mahadewa telah turun, jika kau sekarang menyerang Qin Yu... itu melanggar aturan. Maka, aku harus bertindak atas nama Guru untuk menjalankan Hukum Langit dan langsung memusnahkanmu!"
Musnahkan!
Langsung musnahkan!
Mahadewa Hukuman Guntur gemetar hanya membayangkannya. Mahadewa Piao Yu tak pernah bercanda dalam tutur kata, hal ini sangat ia pahami. Ia yakin, begitu dirinya benar-benar menyerang Qin Yu, mungkin sebelum sempat membunuhnya, Mahadewa Piao Yu sudah lebih dulu membunuh dirinya.
Apakah Mahadewa Piao Yu memiliki kemampuan untuk membunuhnya? Tentang hal ini, Mahadewa Hukuman Guntur sama sekali tak meragukannya!
“Hanya bisa menunggu, menunggu sampai Mahadewa baru terpilih.” Mata Mahadewa Hukuman Guntur menyempit, tahi lalat merah di tengah dahinya berpendar menyeramkan, “Pada hari terpilihnya Mahadewa baru, itulah saat Qin Yu menemui ajalnya!”
Sebenarnya Mahadewa Hukuman Guntur masih punya satu kesempatan untuk menyerang Qin Yu, yaitu saat Jiang Fan memintanya bertindak. Jika saat Jiang Fan meminta bantuannya, kebetulan Qin Yu sedang berusaha merebut harta karun, dia punya alasan terang-terangan untuk membunuh Qin Yu.
Hanya saja...
Jika Qin Yu tidak pergi merebut harta karun, melainkan tetap tenang di Kota Kabut, Mahadewa Hukuman Guntur tidak punya alasan untuk membunuhnya.
……
Di Kota Kabut, dalam Purple Mystic Mansion.
Di atas permukaan danau dalam yang membentang megah seluas radius ratus li, berjejer gazebo-gazebo yang terhubung oleh jalur berkelok-kelok, membentang melintasi seluruh area danau.
Qin Yu dan Jiang Li berjalan perlahan di sepanjang jalur itu, memandangi air danau yang bergelora. Sudah satu dua tahun sejak Pertempuran Perebutan Houtu Yin berlalu. Selama satu dua tahun ini, Qin Yu menjalani hari-harinya dengan nyaman.
"Suamiku, mengapa dalam beberapa bulan terakhir aku tidak melihat Xiao Hei?" tanya Jiang Li dengan ekspresi sedikit curiga.
Di Purple Mystic Mansion, Qin Yu sering bersama Xiao Hei dan Hou Fei. Sementara Jiang Li biasa menghabiskan waktu dengan Bai Ling dan Zi Xia. Secara alami, Jiang Li juga kerap bertemu Hou Fei dan Hei Yu.
Namun belakangan ini, Jiang Li sama sekali tidak melihat Hei Yu.
"Oh, kau maksud Xiao Hei ya," ujar Qin Yu sambil teringat kejadian beberapa bulan yang lalu.
Saat itu, Qin Yu sedang mengobrol santai dengan Hei Yu dan Hou Fei, membahas para Raja Dewa dari berbagai wilayah di alam Dewa. Tiba-tiba ucapan Hei Yu terhenti mendadak. Ketika Qin Yu dan Hou Fei memandanginya dengan curiga, Hei Yu tertegun sejenak sebelum segera berkata kepada mereka: "Kakak, monyet, aku merasa baru saja memahami sesuatu dari pembicaraan tadi. Aku hendak segera bertapa."
Begitu selesai bicara, Hei Yu pun tak membuang waktu. Postur tubuhnya langsung bergerak dan menghilang dari hadapan Qin Yu dan Hou Fei.
……
"Li'er, kurasa Xiao Hei baru saja memperoleh pencerahan batin sehingga dia bertapa. Siapa tahu kali ini dia mampu mencapai tingkat Raja Dewa," ujar Qin Yu sambil tersenyum.
Jiang Li mengangguk setuju.
"Eh, Xiao Shuang datang," seru Jiang Li tiba-tiba ketika melihat di kejauhan, di sebuah gazebo, Qin Shuang sedang melompat-lompat sambil berteriak riang: "Ayah, Ibu, Ayah, Ibu---" Teriakan Qin Shuang penuh keceriaan sambil berlari kencang.
Jiang Li melihat putra mereka, tak bisa menahan senyum yang menyipitkan matanya. Segera ia berjalan gembira mendekat.
Qin Yu juga tersenyum sambil mendekat, tapi baru dua langkah, wajahnya tiba-tiba berubah.
"Li'er!" teriak Qin Yu dengan keras.
Jiang Li kaget memutar tubuhnya memandangi Qin Yu, mata penuh kebingungan. Qin Yu mengangkat alisnya, senyumnya aneh: "Li'er, sepertinya aku juga harus bertapa sepuluh hingga lima belas hari."
"Bertapa? Suamiku, kau mau bertapa?" Jiang Li sama sekali tak paham.
"Lantai kedua alam semesta baru akan segera disempurnakan." Qin Yu tersenyum.
Wajah Jiang Li langsung bersinar kegembiraan: "Ah, itu bagus sekali! Kalau lantai kedua selesai, berapa besar peningkatan kekuatanmu?" Tampaknya ia tak terlalu paham detailnya.
"Nanti kuberi tahu sepulangku. Aku harus ke alam semesta baru dulu." Qin Yu pamit.
"Hm." Jiang Li menggendong Qin Shuang yang sudah berlari mendekat, lalu mengangguk pada Qin Yu.
“Ayah, kau mau pergi?” Mata hitam legam Qin Shuang memandang Qin Yu dengan curiga.
Qin Yu tersenyum sambil mengelus kepala Qin Shuang: "Setelah sepuluh hingga lima belas hari, Ayah pasti kembali." Ia lalu menoleh ke Jiang Li, dan seketika menghilang di atas permukaan danau dalam.
Di sebuah ruang pada lantai kedua alam semesta baru.
Qin Yu muncul tiba-tiba di tengahnya, memandang bintang-bintang di alam semesta tak bertepi di sekeliling. Di luar angkasa ini, Qin Yu langsung menutup mata dan duduk bersila, menyendiri di kehampaan raya. Di pikirannya terpeta model perkembangan berbagai wilayah alam semesta baru yang terus berevolusi.
Saat ini, lantai kedua alam semesta baru hampir rampung.
Hampir seluruh ruang di lantai kedua alam semesta baru telah sempurna. Hanya beberapa ruang angkasa yang masih terus runtuh, bergetar, dan berkonsentrasi. Perlahan-lahan mencapai stabilitas, akhirnya membentuk ruang kosmos yang mantap.
“Bzz～～～”
Ketika keping-keping ruang saling menyatu, akhirnya seluruh ruang alam semesta di lantai kedua membentuk satu kesatuan organik. Akhirnya, lantai kedua alam semesta ini mencapai kesempurnaan besar.
