Di udara Planet Zixuan, awan berkabut bergerak lamban.
Qin Yu, Jiang Lan, Jiang Li, Zuo Qiulin, Yi Feng, Hei Yu dan yang lain berdiri berjauhan dengan ekspresi dingin, memandang dua puluh Raja Dewa yang terjebak dalam alam semesta baru ini.
“Ngapain melongo? Sampai sekarang kalian masih tak sadar keadaan?” Hou Fei menggembar-gemborkan sambil memanggul Xuan Qing Yi Qi Gun. Sorot matanya di antara alisnya memancarkan kesombongan kemenangan.
Di sepanjang sejarah alam dewa, pernahkah ada yang berani menunjuk hidung para Delapan Raja Suci, Dewa Xiu Luo, Ratu Laut Darah, dan sekumpulan ahli kelas kakap sambil menghina? Padahal semua ahli ini sama sekali tidak bisa melawan.
"Tempat... tempat apa ini sebenarnya?" Zhou Xian yang pertama kali berteriak.
Mata Zhou Xian dipenuhi curiga, kemarahan, dan ketidakrelaan. Ia bergumam geram: "Bagaimana mungkin ada tempat seperti ini? Mengapa di sini hukum ruang dan waktu sama sekali tak berlaku?"
"Alam semesta yang megah ini memiliki ruang tak terhingga. Tapi tidak ada satu pun ruang yang seharusnya seperti ini, tidak seharusnya begini!" Huangfu Yu mengerutkan alisnya dalam-dalam, wajahnya pahit.
Begitu hukum ruang dan waktu tak bisa digunakan, bukankah para Maharaja Suci ini hanya akan jadi mainan yang bisa dihancurkan lebur?
Wajah Jiang Fan, Shen Tu Yan, Duanmu Rufeng dan yang lain tampak suram. Bahkan Luo Fan si Raja Dewa Xiu Luo yang selalu tenang dan percaya diri, kini matanya memancarkan ketidakpercayaan yang tak tersembunyikan disertai kekhawatiran mendalam.
“Dua puluh Raja Dewa ini dalam hati mereka penuh dengan kegelisahan, dipenuhi kekhawatiran, dan dipenuhi ketidakpercayaan!
Ketika 'hukum ruang' yang menjadi andalan utama mereka serta sebagian 'hukum waktu' tiba-tiba tidak berfungsi sama sekali di suatu tempat tanpa alasan yang jelas, bagaimana mungkin mereka tidak panik?
Saat ini kondisi mental dua puluh Raja Dewa tersebut berada dalam kekacauan terparah.
"Lier, sebenarnya apa yang terjadi?" Jiang Fan tiba-tiba langsung bertanya pada Jiang Li.
Jiang Li tertegun hendak menjawab, namun Hou Fei langsung naik pitam, menunjuk Jiang Fan dan memaki: "Bajingan tua, bagaimana kau berbicara pada Kakak Lierku ini?"
"Fei Fei, kemarilah. Biarkan para Raja Dewa itu tenang sebentar. Sekarang mungkin mereka semua sedang kalang kabut," kata Qin Yu dengan senyuman tipis.
Hou Fei mengangguk, lalu menuding ke arah dua puluh Raja Dewa: "Hmph, kalian semua, apa sampai sekarang masih belum memahami posisi kalian? Renungkan baik-baik. Setelah semuanya jelas, sikap seperti apa yang pantas kalian tunjukkan saat berbicara dengan kami."
Segera, Hou Fei pun terbang ke sisi Qin Yu.
Memandang sekeliling kabut berarak-arak, udara pun segar dan nyaman.
Hanya saja dua puluh Raja Dewa itu menyadari, kelompok mereka telah terkepung dalam lingkaran berjangkauan seratus meter. Mereka sama sekali tak bisa keluar dari area ini. Saat terbang sampai di batas, akan terasa dinding transparan menghalangi.
"Penjara ruang, teknik hukum ruang yang paling biasa." Jiang Fan menghela napas.
Bagaimana mungkin dua puluh Raja Dewa ini tak menyadari? Penjara ruang hanyalah jurus yang dulu sering digunakan Raja-Raja Dewa untuk menghancurkan para Dewa biasa. Selama belum sepenuhnya memahami 'hukum ruang', mustahil bisa keluar.
Kini, dua puluh Raja Dewa itu pun terperangkap dalam 'penjara ruang'.
Seandainya sebelumnya ada yang mengatakan pada mereka bahwa akan terperangkap dalam 'penjara ruang', pasti mereka tak akan percaya... Tapi kenyataan ini sungguh terjadi.
"Penjara ruang, ini...ini benar-benar..." Zhou Xian saat ini dalam kondisi antara ingin tertawa dan menangis.
“Mereka bisa menggunakan penjara ruang, itu membuktikan satu hal!” Dewa Xiu Luo tetap tenang, "Di tempat hantu ini, hukum ruang bisa digunakan. Tapi mengapa kita tidak bisa menggunakannya?"
Sekelompok raja dewa di sekitar mengangguk setuju.
Musuh bisa menggunakan 'hukum ruang', mengapa kita tidak bisa?
"Mungkinkah Qin Yu memiliki kesaktian spesial yang menghalangi kita menggunakan hukum ruang dan hukum waktu? Ini sepertinya tidak mungkin." Putai Hong mengerutkan alis.
Kelompok raja dewa ini benar-benar masuk ke jalan buntu.
Mereka masih mengira lawan bisa menggunakan 'hukum ruang' karena Qin Yu menggunakan kesaktian khusus.
"Haha, Kakak, bagaimana cara menyelesaikan masalah raja-raja dewa ini? Sederhana, langsung bunuh saja, bukan lebih tegas?" Suara tertawa terbahak Hou Fei terdengar dari kejauhan.
Seketika diskusi dua puluh raja dewa itu terhenti tiba-tiba.
"Mereka... sedang berdiskusi cara mengeksekusi kita?" Raja Dewa Jiang Xing mulai khawatir.
Para Raja Dewa terdiam serentak.
"Penjara dimensi ini terisolasi sempurna dari dunia luar. Suara sama sekali tidak bisa menembusnya," kata Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' dengan dingin. "Si Hou Fei sengaja memproyeksikan suaranya ke sini agar kita mendengar."
Hubungan antara Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' dan Hou Fei sebenarnya adalah hubungan guru dan murid.
Tidak lama setelah Hou Fei memasuki Dewa, Sun Lian membawanya pergi. Kemudian Raja Dewa Xiu Luo mulai memberikan bimbingan. Sebenarnya Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' tidak khawatir dengan tindakan Qin Yu terhadapnya.
"Hou Fei ini berani menakut-nakuti kita?!" bentak Zhou Xian dengan geram.
Jiang Fan bersuara rendah: "Bukan. Dia bukan menakut-nakuti. Mungkin saat ini Qin Yu dan kawan-kawan benar-benar sedang berunding cara mengeksekusi kita semua. Di tempat ini, kita tak punya pondasi dasar untuk melawan."
Seketika seluruh Raja Dewa terdiam membisu.
Mereka secara serempak melihat ke arah jauh. Di kejauhan, Qin Yu, Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan rombongan sedang berdiskusi. Para Raja Dewa itu ingin mendengar, namun mereka tak bisa menangkap suaranya.
"Yang Putai Hong itu dibunuh. Eh Kakak, bagaimana dengan Duanmu Rufeng ini?" Suara tambahan Hou Fei menggema dalam ruang penjara.
Kedua puluh Raja Dewa merasakan jantung mereka terasa kejang-kejang dengan ganas.
Wajah Putai Hong langsung berubah dengan keras.
"Jangan khawatir, Saudara Putai. Hou Fei sengaja mempermainkan kita," Huangfu Yu segera menghibur. Putai Hong tersenyum getir: "Aku tahu itu, Saudara Huangfu. Tapi bisa saja ucapan Hou Fei itu benar-benar materi diskusi mereka. Ah..."
Desahan panjang Putai Hong membuat Raja-Raja Dewa terdiam sejenak.
Desahan panjang itu memancarkan rasa tak berdaya dan ketidakrelaan yang tak terbatas. Tapi apa yang bisa dilakukan? Kecuali kepanikan awal saat pertama kali menyadari hukum ruang dan hukum waktu tidak dapat digunakan. Kini, dua puluh Raja Dewa telah memahami betul keadaan mereka.
Mereka adalah mangsa yang mudah.
Sedangkan Qin Yu dan kawanannya adalah pisau yang tajam.
Membunuh atau menyiksa, sepenuhnya merupakan keputusan Qin Yu dan kelompoknya.
Para Raja Dewa tak sadar mulai mengarahkan pandangan ke arah kelompok Qin Yu, bahkan ada yang mencoba membaca gerakan bibir mereka untuk menebak pembicaraan yang sedang berlangsung.
Bagaimanapun juga...
Saat ini, kelompok Qin Yu-lah yang menentukan hidup-mati mereka!
Perasaan nyawa dikendalikan orang lain sungguh menyiksa. Namun seberapa pun menderitanya, mereka tak bisa mengubah fakta ini. Di dasar hati mereka bergelayut pertanyaan yang tak terjawab: "Tempat apa sebenarnya ini? Mengapa ada tempat seperti ini?"
Tempat seperti ini seharusnya tidak eksis dalam pemahaman para Raja Dewa.
Tapi tempat ini memang ada, keberadaan memiliki logikanya sendiri. Keberadaan tempat ini juga menyebabkan para Raja Dewa akan membiarkan diri mereka dibantai oleh Qin Yu.
"Qin Yu ini telah menciptakan begitu banyak keajaiban," Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' memandang jauh ke arah Qin Yu yang sedang mengobrol santai, bergumam dalam hati.
Menggunakan 'pembekuan ruang', bisa melakukan lompatan ruang dalam kondisi ruang beku, langsung memasuki Gunung Mahadewa... Berbagai hal ini telah membuat Qin Yu menciptakan satu demi satu keajaiban. Kini, Qin Yu bahkan membawa mereka ke tempat seperti ini.
Dan sekarang...
Qin Yu sang pencipta keajaiban ini, bahkan menguasai hidup-mati mereka.
Di antara awan putih, sekelompok orang yang dipimpin Qin Yu sedang bernegosiasi tentang bagaimana mengeksekusi para Raja Dewa itu.
"Kakak、Paman Lan, kalian tidak perlu repot-repot. Jika kalian tidak tega membunuh, biar aku yang melakukannya. Dewa Xiu Luo adalah guruku, tentu tidak bisa dibunuh. Sun Lian adalah senior dari suku kera kami, juga tak boleh dibunuh. Jiang Fan itu... meskipun sifatnya buruk, tapi masih memiliki ikatan ayah-anak dengan Kakak Lier, jadi cuma diampuni nyawanya. Sisanya, semua akan kubantai!" kata Hou Fei di samping, sinar jahat berkobar di matanya.
Saat ini, Hou Fei yang membayangkan dirinya akan membantai begitu banyak Raja Dewa sekaligus, merasa kegembiraan membanjiri hatinya karena kehormatan tersebut.
"Fei Fei, jangan berisik di situ," hardik Jiang Lan.
Jiang Lan mulai kesal. Hou Fei terus-menerus membisikkan ajakan untuk membunuh kepada Qin Yu. Dari ucapan Hou Fei, seolah-olah mayoritas besar Raja Dewa harus dibasmi semuanya.
"Baik, Paman Lan." Hou Fei menyeringai, lalu diam-diam tak bersuara lagi di samping.
“Jiang Lan, kau juga jangan bersikap seperti Nyonya. Menurutku ucapan Hou Fei sangat masuk akal. Hmph, sekumpulan Raja Dewa itu menyerbu ke sini satu per satu, apakah mereka pernah menunjukkan belas kasihan pada kita? Jika mereka bisa memperlakukan kita seperti ini, mengapa kita tidak boleh membunuh mereka?” Suara parau Zuo Qiulin bergema, sementara pandangan dinginnya tertuju pada Jiang Lan.
Begitu Zuo Qiulin mengucapkan kata-kata itu, Jiang Lan pun diam-diam.
Seandainya ada satu orang di alam Dewa yang membuat Jiang Lan merasa takut, mungkin hanya 'Zuo Qiulin' sang kakak kandung Zuo Qiumei ini.
“Qin Yu, jika kau tak ingin membunuh, biar aku yang melakukannya untukmu. Jiang Li, kau juga jangan terlalu banyak berpikir. Jiang Fan itu dulu pun tidak mengindahkan ikatan ayah-anak denganmu. Aku akan sekalian menyelesaikan masalahnya untukmu.” Aura pembunuh mulai terpancar dari tubuh Zuo Qiulin.
Sebagai 'Raja Dewa Kematian', Zuo Qiulin sama sekali tidak berhati-hati dalam membunuh.
Qin Yu tersenyum dingin: “Baiklah, Senior Zuo Qiulin. Kau tak perlu membujuk lagi. Dalam hati, aku sudah memiliki solusi tentang bagaimana menghukum mereka.”
Sambil berkata, Qin Yu sekaligus mengibaskan lengannya.
"Huu!" ‘Penjara Ruang’ itu langsung menghilang. 20 Raja Dewa merasakan aliran udara, seketika para Raja Dewa itu tidak bisa menahan rasa khawatir dalam hati, pandangan mereka terkumpul pada kelompok Qin Yu.
Mereka tahu... kelompok Qin Yu mungkin sudah memiliki keputusan untuk menghukum mereka.
"Kakak, kau sudah memutuskan? Berapa banyak yang akan dibunuh?" Hou Fei segera bertanya.
Wajah para Raja Dewa itu langsung pucat mendengar perkataan Hou Fei, kemudian menatap tajam Qin Yu. Mereka sangat ingin tahu keputusan Qin Yu.
Qin Yu tidak menjawab. Ia terbang ke arah 20 Raja Dewa. Hou Fei, Hei Yu, Jiang Lan, Zuo Qiulin, Yi Feng, Jiang Li, dan yang lain mengikuti. Mereka berhenti di jarak 10 meter di depan para Raja Dewa.
"Qin Yu, kami Delapan Raja Suci diangkat oleh Langit dan Bumi. Anda tidak bisa membunuh kami!" Zhou Xian menghardik, meski hatinya gemetar.
“Anugerah Langit dan Bumi？”
Qin Yu tersenyum tipis, "Zhou Xian, masih kau ingat pertemuan pertama kita?"
Zhou Xian tertegun sebentar.
"Aku ingat saat pertama kali bertemu, kau menghancurkan sebuah kota hanya dengan lambaian tangan. Masih jelas terbayang di ingatanku tatapan bocah lelaki penjual tanggulu yang sekarat itu - tatapan penuh harap yang takkan pernah kulupakan seumur hidup. Ketika kutetapkanmu membunuh begitu banyak orang tanpa takut Hukuman Langit, kau justru menjawab 'Aku lebih memahami Langit daripada kau'."
Qin Yu menghela desahan panjang.
"Terus kenapa? Membunuh beberapa Orang Biasa itu masalah besar?" Pandangan Zhou Xian tetap kejam, sikapnya penuh keyakinan seolah membenarkan diri.
"Kau pikir dirimu paham Langit? Tapi di duniaku..." Suara Qin Yu membeku hingga ke titik paling sunyi, "Akulah Langit. Saat ini kuumumkan: Kau layak menerima Hukuman Langit dan Ganjarannya!"
Zhou Xian tersenyum, memandang dingin ke arah Qin Yu: "Kau memang punya kemampuan untuk membunuhku, tapi apakah Hukuman Langit bisa kau tentukan? Apalagi keluargaku menguasai kekuatan petir, yang mengendalikan kemampuan hukuman langit—"
"Braak!"
Sebuah petir hitam pekat menebaskan dari udara, menghantam tubuh Zhou Xian dengan keras. Seluruh tubuhnya langsung kejang-kejang, tapi dia masih tak percaya mendongak ke langit: "Tidak, mustahil, petir pasti berada di bawah kendaliku."
"Mati kau."
Ekspresi Qin Yu tetap datar. Petir berwarna emas, hijau... berbagai warna bercampur dan menyambar Zhou Xian dari langit. Dalam sekejap, tubuhnya hancur menjadi serbuk.
Hanya Bintang Sumber Guntur yang masih mengambang di tempat.
"Setelah menghukum Zhou Xian, sekarang giliran kalian." Qin Yu tersenyum tipis memandangi 19 Raja Dewa di lokasi. Dasar hati Para Raja Dewa yang menyaksikan Zhou Xian tersambar petir itu langsung menggantung.
Melihat ekspresi Raja-Raja Dewa, Qin Yu tersenyum tipis: "Ada yang menyarankanku untuk membunuh kalian semua. Tapi aku tak sekejam itu. Dari sembilan belas orang ini, memang ada empat atau lima yang boleh pergi tanpa hukuman. Seperti Saudara Luo Fan, atau ayah mertuaku Jiang Fan—"
Pandangan Qin Yu beralih memandangi Jiang Fan.
Jiang Fan tertegun mendengar ucapan ini.
