"Baik, Suami."
Chunyu Rou di dasar hatinya saat ini justru merasa senang, Chunyu Rou sangat memperhatikan anak-anaknya sendiri. Masalah Li'er sebenarnya terus menjadi beban di hatinya. Kini bisa menyelesaikan masalah itu tentu membuatnya gembira. Ditambah Jiang Fan memperoleh Houtu Yin dan Wanmin Yin. Ia juga turut bersukacita untuk Jiang Fan.
"Besok? Secepat ini?" Jiang Lan juga tampak terkejut.
Jiang Fan saat ini berhadapan dengan Jiang Lan, di dasar hatinya lebih banyak rasa malu: "Tidak cepat, tidak cepat. Kakak iparmu juga sering merindukan Li'er, hanya karena khawatir terhadapku, selama ini tidak berani menemuinya. Aku juga telah melukai hati Li'er dan Qin Yu, sepasang suami istri itu. Untuk sementara aku malu bertemu mereka, lebih baik tidak usah. Istriku, serta Yan'er dan rombongan mereka sudah cukup mewakili."
Jiang Lan juga mengangguk halus.
Membayangkan Jiang Li bisa bahagia, di dasar hati Jiang Lan muncul kelegaan.
Pada hari itu, Jiang Lan segera kembali ke Purple Mystic Mansion. Setelah tiba, dia berdiskikan dengan gembira bersama Che Houyuan selama setengah hari. Mereka berdua memang sudah saling mengenal sebelumnya.
Hari kedua.
Qin Yu sedang duduk mengobrol dengan Hou Fei, Hei Yu, Li'er, Zi Xia, Hong Yun, Bai Ling, dan lainnya. Saat obrolan mereka sedang ramai, tiba-tiba seorang pelayan Dewa datang berlari.
"Tuan, ada sekelompok orang di luar yang mengaku berasal dari Kota Salju Melayang." Kabar dari pelayan itu membuat semua orang di sana langsung terdiam.
"Kota Salju Melayang?" Alis Qin Yu mengkerut. Hou Fei dan Hei Yu saling memandang penuh keheranan.
Li'er langsung melompat berdiri pertama kali, wajahnya dipenuhi kegembiraan: "Orang dari kampung halamanku! Suamiku, cepat... cepat!" Jiang Li langsung menggandeng tangan Qin Yu dan bergegas menuju pintu masuk Purple Mystic Mansion.
Jiang Li yang cemas di dasar hati, bahkan langsung membawa Qin Yu melakukan lompatan ruang ke pelataran depan Purple Mystic Mansion.
"Jiang Yan, juga ada Chunyu Rou..." Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu memancar, seketika mengamati seluruh rombongan dari Kota Salju Melayang. Rombongan ini hampir seluruhnya anggota internal keluarga Jiang, memiliki ikatan emosi yang sangat dalam dengan Jiang Li.
Keraguan muncul di hati Qin Yu.
Selama bertahun-tahun berinteraksi, Qin Yu tetap bisa merasakan karakter Jiang Fan. Bukan tipe yang mudah merendahkan diri, apalagi konflik di antara mereka sangatlah nyata.
"Sebagai Maharaja Suci, Jiang Fan seharusnya sangat menjaga wajah. Secara logika, dia takkan mengizinkan orang-orang Kota Salju Melayang datang ke sini. Mengapa?" Sementara Qin Yu merenung, di sampingnya Jiang Li sudah berteriak.
"Suamiku, cepatlah ke sini! Jangan cuma tertegun di situ. Ibuku, kau kan mengenalinya?"
Qin Yu menarik diri dari pikirannya, segera tersenyum dan memberikan penghormatan ringan: "Sudah bertemu dengan ibu mertua." Dalam hati Qin Yu bergumam: "Tidak peduli apa yang dipikirkan Jiang Fan, setidaknya dia telah melakukan satu hal besar."
Jiang Li terus merindukan keluarga dan teman-temannya, perasaan bersalah Qin Yu akhirnya sedikit terobati.
"Qin Yu, apa kabar?" Chunyu Rou yang melihat Qin Yu, hatinya masih terasa ada ganjalan.
Dulu dia berusaha mati-matian agar Zhou Xian menjadi menantunya, tapi akhirnya bagaimana? Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur, termasuk Zhou Xian yang kemudian menjadi Raja Dewa, semuanya tewas. Kini malah hanya tersisa Zhou Qing, seorang pemuda generasi penerus yang menjadi Maharaja Suci Kota Hukuman Guntur.
Dulu di Istana Maharaja Utara, dia bisa seenaknya menghina Qin Yu. Sekarang dilihat dari status, Qin Yu telah melampaui Delapan Raja Suci, menjadi sosok nomor satu mutlak di alam dewa. Mungkin hanya Tiga Mahadewa yang agung itu yang bisa mengunggulinya.
"Kakak Qin Yu, mayoritas dari mereka ini kau kenal, kan? Ini adalah kakak laki-laki saya dan Kakak Lier yang bernama 'Jiang Jun'. Yang ini juga kakak kami, namanya......"
Jiang Yan saat ini tampak sangat antusias, terus-menerus memperkenalkan orang kepada Qin Yu. Sebagian besar tamu yang datang memang sudah dikenal Qin Yu, mengingat dia pernah tinggal cukup lama di Kota Salju Melayang. Untuk yang tidak dikenal sekalipun, Jiang Li sebelumnya pernah menceritakannya saat mengobrol dengan Qin Yu. Kini dengan perkenalan dari Jiang Yan, Qin Yu pun jadi mengenal mereka.
……
Kedatangan rombongan dari Kota Salju Melayang membuat seluruh Purple Mystic Mansion riuh rendah. Tapi yang paling bahagia di seluruh kediaman ini mungkin adalah Jiang Li. Adapun Qin Yu, di dasar hatinya masih menyimpan sebuah kebingungan yang belum terpecahkan.
Qin Yu berjalan sendirian menuju tempat tinggal Jiang Lan.
Kemarin Jiang Lan berbincang lama dengan Che Houyuan, hari ini dia terus beristirahat. Bahkan ketika orang dari Kota Kabut datang, dia hanya memberi respon singkat di awal, kemudian kembali ke tempat tinggalnya.
"Paman Lan, ini aku." Saat berjalan mendekati pintu gerbang taman, Qin Yu bersuara.
"Xiao Yu, masuklah." Suara Jiang Lan terdengar dari dalam taman, sementara pintu gerbangnya terbuka secara otomatis.
Qin Yu pun melangkah masuk ke dalam taman. Saat ini Jiang Lan sedang duduk sendirian di bawah pohon purba sambil menyeruput anggur. Melihat Qin Yu masuk, dia tersenyum dan berkata: "Ayo, temani paman minum beberapa gelas."
Qin Yu tersenyum dan duduk, menemani Jiang Lan mengobrol santai sambil menghabiskan beberapa gelas anggur.
"Paman Lan, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu?" Qin Yu meletakkan gelas anggurnya, memandang Jiang Lan dengan tatapan bertanya.
Jiang Lan mengangguk sambil tersenyum: "Dari ekspresimu saat datang, paman sudah tahu ada yang mengganjal di hatimu. Katakanlah, apa yang ingin kautanyakan?"
Qin Yu mengangguk halus, berkata: "Paman Lan, hukum waktu yang terkandung dalam Wanmin Yin itu sangat rumit. Kau hanya berlatih di alam semesta baru selama empat tahun. Meski waktu dipercepat jutaan kali lipat, total hanya empat juta tahun... Empat juta tahun untuk memahami hukum waktu jelas tidak cukup. Sekarang Paman keluar, mungkinkah sudah berhasil?"
"Oh?"
Jiang Lan tersenyum, "Xiao Yu, menurut logikamu, jika aku tak bisa memahami hukum waktu, tak boleh keluar?"
"Bukan, bukan." Qin Yu buru-buru menyela, "Paman Lan, kau tahu maksudku bukan begitu."
Melihat reaksi Qin Yu, Jiang Lan tertawa: "Sudahlah, aku hanya bercanda. Aku paham maksudmu. Benar, waktu latihan sebentar ini memang terlalu singkat. Untuk hukum waktu, kemajuanku juga belum signifikan."
"Paman Lan, apa kedatangan orang Kota Salju Melayang ada hubungannya denganmu? Apakah kau yang membujuk mereka?" tanya Qin Yu penuh selidik.
Jiang Lan memandangi Qin Yu tanpa sepatah kata pun.
“Aku bisa menebak, Paman Lan baru saja keluar dari alam semesta baru lalu langsung pergi ke Kota Salju Melayang. Keesokan harinya, rombongan dari kota itu langsung datang. Jadi, aku tak bisa tidak menghubungkan ini denganmu.”
Qin Yu tersenyum, “Paman, kau telah melakukan hal besar. Tapi aku penasaran, bagaimana caramu membujuk 'ayah mertua'-ku itu?”
“Dengan sentuhan emosi dan penjelasan logis belaka.” Jiang Lan menjawab santai sambil meneguk habis segelas anggur.
“Sentuhan emosi dan logika? Sesederhana itu?” Di dasar hati Qin Yu bergemuruh 100.000 ketidakpercayaan.
Karakter Jiang Fan itu sangat ia pahami - demi meraih kesempatan menjadi Mahadewa, bahkan putrinya sendiri pun tak dihiraukan, tak segan memutus ikatan dengan saudara sedarah. Masak orang seberani itu mudah ditaklukkan?
“Paman, jangan-jangan kau menipuku.” Qin Yu menatap tajam Jiang Lan.
Jiang Lan ditatap lama-lama, akhirnya tersenyum geleng-geleng kepala: "Sudahlah, anak kecil ini. Akan kujelaskan sebenarnya. Tidak ada yang istimewa. Aku hanya memberikan Houtu Yin dan Wanmin Yin kepada Jiang Fan. Kakakku itu sudah menanti-nanti dua stempel ini sejak lama. Begitu kusodorkan, rasa syukurnya meluap-luap. Wajar kalau dia memutuskan begitu."
Qin Yu tertegun.
"Paman Lan, kau bilang... kau memberikan Houtu Yin dan Wanmin Yin kepada Jiang Fan?" Kali ini Qin Yu sengaja tak menyebut 'ayah mertua'.
Sebenarnya dia sudah menduga Paman Lan pasti memberikan sesuatu sebagai imbalan, tapi tak menyangka tebusannya adalah dua pusaka cacat yang mengandung peluang menjadi Mahadewa.
"Paman Lan, dengan memegang Houtu Yin dan Wanmin Yin, kau bisa naik tingkat jadi Mahadewa. Peluangmu memegang dua pusaka jauh lebih besar daripada Luo Fan. Mengapa... mengapa..." Suara Qin Yu tersekam oleh kegeraman.
Jiang Lan tersenyum dingin: "Namun Houtu Yin dan Wanmin Yin. Bagi saya tidak terlalu berguna, saya juga tidak berambisi pada posisi Mahadewa, menjadi Mahadewa atau tidak juga tidak penting."
"Paman Lan——" alis Qin Yu berkerut.
"Xiao Yu, ngomong-ngomong, Wanmin Yin itu kan kau yang berikan padaku, lalu kuberikan ke orang lain. Kau tidak marah kan?" Jiang Lan tersenyum pada Qin Yu.
Qin Yu saat itu berada dalam keadaan antara ingin tertawa dan menangis.
"Jiang Fan ini." Kebencian tiba-tiba menyembul dalam dada Qin Yu, hatinya geram, "Dulu, demi secuil peluang menjadi Mahadewa, Jiang Fan ini sudah mengabaikan ikatan persaudaraan dengan Paman Lan, mengabaikan hubungan ayah-anak dengan Li'er, bahkan sampai mengabaikan keunggulan besar saya dalam perjodohan saat itu, memaksakan diri menjadikan Zhou Huo sebagai menantu!"
"Beberapa waktu lalu, dia terus-menerus memojokkanku, bahkan melancarkan serangan kejam. Saat para Raja Dewa dan Maharaja Suci itu terperangkap di alam semesta baru, hidup-matinya ada di telapak tanganku. Tapi akhirnya ku bebaskan juga demi Li'er. Kukira dia masih punya sedikit rasa kemanusiaan, tak disangka saat Paman Lan membujuk, dia tetap menolak sampai Paman Lan menyerahkan Houtu Yin dan Wanmin Yin. Orang macam ini——"
Dari dasar hati, Qin Yu mulai meremehkan Jiang Fan.
Tadinya setidaknya masih mengakuinya sebagai ayah mertua, sekarang Qin Yu bahkan tak ingin mengakui lagi.
"Wanmin Yin, Houtu Yin, dia berani menerimanya tanpa tangan terbakar? Paman, apa dia sempat menolak?" Qin Yu menatap Paman Lan.
Paman Lan tertegun sebentar.
Waktu itu, Jiang Fan memang langsung menerima tanpa ragu kedua cap itu.
"Baiklah, Xiao Yu. Jiang Fan terlalu ingin menjadi Mahadewa. Setelah mendapatkan Wanmin Yin dan Houtu Yin ini, tentu saja dia tidak rela melepasnya. Tak apa, lagipula aku juga tidak berminat menjadi Mahadewa itu. Biarkan kakak sulungku mewujudkan hasratnya." Paman Lan berkata dengan senyuman tipis.
Paman Lan justru menunjukkan sikap mental yang baik, sama sekali tidak merasa keberatan.
"Menjadi Mahadewa?"
Qin Yu tertawa kecil, "Dia menjadi Mahadewa? Paman Lan, sekalipun dia mendapatkan Wanmin Yin dan Houtu Yin, dia tetap takkan bisa menjadi Mahadewa. Ini sudah takdir, dia tidak punya jodoh itu!"
Paman Lan terkejut dengan nada bicara Qin Yu yang sarat dengan keyakinan absolut.
"Xiao Yu, kau seyakin ini?" Paman Lan bertanya heran.
Qin Yu tersenyum tipis. Ia mengenang percakapannya dulu dengan Kakak Kedua Lin Meng. Saat Xiao Si merayakan 100 hari kelahirannya, Lin Meng sudah mengatakan bahwa tak satu pun Raja Dewa yang berada di Gunung Mahadewa saat itu bisa naik tingkat menjadi Mahadewa.
Dan pada masa itu, Maharaja Utara Jiang Fan sedang berada di dalam Gunung Mahadewa.
“Paman Lan, tunggu saja sampai Mahadewa baru terpilih, kau akan pahami. Jiang Fan, dia takkan bisa menjadi Mahadewa.” Qin Yu berkata dengan tenang. Hanya saja saat ini Jiang Fan justru dipenuhi harapan kosong, sedang bersungguh-sungguh merenungkan hukum waktu melalui ‘Houtu Yin dan Wanmin Yin’ sembari berlatih keras.
……
Waktu terus mengalir, sekejap mata hampir delapan bulan telah berlalu.
Di dalam Purple Mystic Mansion, saat ini kerumunan besar telah berkumpul di luar halaman Hou Fei. Lebih dari seribu penghuni mansion saling berbisik-bisik. Di dalam halaman, terdapat Hou Fei, Qin Yu, dan rombongan mereka.
Dua istri Hou Fei, Zi Xia dan Hong Yun, hari ini secara tak terduga akan melahirkan bersamaan.
Hou Fei saat ini gelisah di depan pintu kamar, mondar-mandir tak henti. Kedua tinjunya terkepal erat. Sesekali cahaya merah berkedip di matanya, energi di seluruh tubuhnya bergetar halus.
“Fei Fei, duduklah, jangan terlalu khawatir.” Qin Yu menyela.
Hou Fei melototi Qin Yu: “Mana mungkin aku bisa tenang?”
Seketika, semua orang di halaman tertawa, meskipun mereka dengan sangat sadar menahan suara agar tetap kecil, khawatir mengganggu dua wanita di dalam yang akan segera menjadi ibu.
"Hm?" Alis Qin Yu mengerut.
"Swoosh." Qin Yu menghilang secara tiba-tiba dari halaman, membuat Hei Yu, Jiang Li, Yi Feng, Che Houyuan dan orang-orang di sekitarnya terkejut.
Qin Yu kini muncul tiba-tiba di sebuah jalur Purple Mystic Mansion. Di depan jalur itu, seorang pria paruh baya berbaju ungu dengan postur tubuh kurus sedang berjalan mendekat, namun keseluruhan penampilannya memancarkan kesombongan.
Sorot mata yang sesekali menyala merah itu menyapu Qin Yu.
"Kedatangan Senior Mahadewa Xiaoyao membuat hamba sangat gembira. Namun hamba ingin bertanya, adakah urusan tertentu yang membawa Senior ke tempat ini?" Qin Yu menangkupkan tangan dengan sopan.
Tamu itu tak lain adalah Mahadewa Xiaoyao. Dalam hati, Qin Yu sudah memiliki firasat bahwa kedatangan Mahadewa Xiaoyao kemungkinan besar terkait dengan Hou Fei.
……
Di atas langit Dewa, terdapat sebuah ruang yang sangat tinggi di alam Dewa. Ruang ini sepenuhnya terisolasi dari wilayah lain di alam Dewa. Para Raja Dewa lainnya sama sekali tidak bisa mendeteksi tempat ini.
Di ruang independen yang berada di angkasa atas alam Dewa ini, berhamburan awan kemuliaan berbagai warna. Di kedalaman awan dan kabut, berdiam sebuah istana.
Saat ini, di luar gerbang istana tersebut, berdiri seorang pria dengan sorot mata tajam bak elang yang menatap ke bawah. Orang ini tak lain adalah Mahadewa Hukuman Guntur yang memiliki permusuhan dengan Qin Yu!
"Hmph, akhirnya adik seperguruanku pergi menemui putra kesayangannya," senyum sinis Mahadewa Hukuman Guntur. "Tapi waktunya sudah dekat. Lima tahun, tinggal lima tahun lagi. Setelah kandidat Mahadewa baru diputuskan lima tahun kemudian, aku bisa tanpa rasa khawatir membunuh Qin Yu! Qin Yu... nikmatilah sisa lima tahun hidupmu!" Sorot mata dingin berkedip di pupilnya.
