Di dalam Purple Mystic Mansion saat ini sangat ramai. Di luar halaman milik Hou Fei, kerumunan manusia berlapis-lapis mengelilingi. Pria, wanita, tua, muda, semua sedang asyik berdiskusi dengan riang.
"Cepat minggir."
"Tetua Agung Ketiga datang, cepat beri jalan."
Melihat Qin Yu datang bersama seorang pria paruh baya, lebih dari seribu orang yang berkumpul di luar halaman segera membuka jalan selebar tiga orang. Dengan senyum, Qin Yu mengajak Mahadewa Xiaoyao masuk ke dalam.
Tepat saat Qin Yu dan Mahadewa Xiaoyao melangkah masuk ke halaman, ketika Hei Yu, Che Houyuan, Jiang Lan dan lainnya sedang bingung melihat ke arah mereka—
"Waaa～～～" Dua tangisan bayi yang nyaring tiba-tiba menggema.
Wajah semua orang di tempat itu dipenuhi sukacita. Qin Yu melirik Mahadewa Xiaoyao di sampingnya. Meski berusaha tenang, sorot mata sang Mahadewa jelas menyiratkan gejolak emosi. Pandangannya tertancap pada Hou Fei yang berdiri di depan pintu kamar.
"Kreek!"
Begitu pintu terbuka, Hou Fei langsung menyambar masuk ke dalam. Qin Yu, Hei Yu, Jiang Lan, dan yang lainnya di luar mulai mengobrol santai sambil tertawa.
"Sungguh langka, tak disangka kedua anak Hou Fei lahir berurutan, hampir bersamaan." Hei Yu memuji di samping. Di saat yang sama——
Pandangan Jiang Lan tertuju pada sosok Mahadewa Xiaoyao, wajahnya berubah sedikit: "Xiao Yu, siapa ini?" Meski bertanya, ekspresinya menunjukkan bahwa ia sudah bisa menebak.
6.000 triliun tahun lalu, saat Gunung Mahadewa pertama kali muncul, Raja Dewa Xiaoyao ikut serta dan akhirnya menjadi Mahadewa. Saat itu, Jiang Lan tentu mengenalnya. Namun dibandingkan masa lalu, penampilan Mahadewa Xiaoyao kini sedikit berubah, yang terpenting aura kepribadiannya pun sudah berbeda.
"Jiang Lan, sudah 6.000 triliun tahun kita tak bertemu, kau sampai tak mengenaliku lagi." Mahadewa Xiaoyao berkata dengan senyuman tipis.
Qin Yu saat ini dengan sangat sadar melambaikan tangan, menutup pintu gerbang taman. Identitas Mahadewa Xiaoyao sebaiknya tidak diketahui oleh generasi penerus di luar, agar tidak menimbulkan keributan yang tak terkendali.
"Paman Lan, beliau adalah Senior Mahadewa Xiaoyao," kata Qin Yu dari samping menjelaskan.
"Mahadewa Xiaoyao?"
Hei Yu, Bai Ling, Zuo Qiulin dan yang lainnya di sekitarnya tertegun. Perlu diketahui, para Mahadewa ibarat naga yang hanya terlihat kepalanya tak nampak ekornya. Bahkan Mahadewa Hukuman Guntur pun, banyak yang hanya melihatnya melalui 'layar air'.
Berbicara langsung dengan Mahadewa, hanya segelintir orang di alam Dewa yang mendapat berkah seperti ini.
"Apa tujuan kedatangan Mahadewa Xiaoyao?" Pikiran Jiang Lan dipenuhi kecurigaan, namun secara lahiriah ia tetap memberikan hormat dengan khidmat, "Tak disangka Senior Mahadewa Xiaoyao datang, silakan duduk di sini."
Rombongan yang semula duduk telah sejak lama berdiri. Saat Mahadewa berdiri, siapa yang berani tetap duduk dengan wajah tebal?
Senyuman tipis terpancar di wajah Mahadewa Xiaoyao. Dengan tersenyum tipis, ia melambaikan tangan: "Jiang Lan, tak perlu begitu sopan. Kunjunganku hari ini adalah untuk..."
"Hahaha, Kak, aku punya seorang putra dan putri. Ayo lihat!" Suara keras Hou Fei tiba-tiba menggema di seluruh halaman. Semua mata tertuju ke pintu. Terlihat Hou Fei menyapu keluar sambil menggendong dua bayi di kedua lengannya, mata merahnya berpendar penuh semangat.
"Seorang pria dan wanita?" Hei Yu yang pertama kali menyambar mendekat. Seketika Jiang Li, Bai Ling, dan kerumunan orang berkerumun di sekitarnya. Sukacita memancar dari wajah semua orang yang memandangi kedua bayi itu.
Di seluruh halaman, wajah semua orang tak bisa tidak memancarkan senyum sukacita.
“Kedatangan Mahadewa Xiaoyao kali ini, perkiraan karena dua anak Li'er telah lahir.” Qin Yu bergumam dalam hati sambil melirik ke arah Mahadewa Xiaoyao di sampingnya. Kegembiraan Mahadewa Xiaoyao saat ini, tak perlu disebut Qin Yu, bahkan putra bungsunya 'Qin Shuang' pun bisa melihatnya.
Pandangan Mahadewa Xiaoyao bergerak di antara dua bayi itu, penuh dengan kegembiraan dan semangat.
Tapi Mahadewa Xiaoyao juga mengendalikan diri, tidak menyambar mendekat.
"Kakak!" Hou Fei mengangkat kepala. Melihat Qin Yu ternyata tidak mendekat, ia mengerutkan alis, "Kakak, kau berdiri begitu jauh buat apa? Kemarilah, cepat lihat dua bocah kecil ini, haha!" Pandangan Hou Fei hanya menyapu sekilas tubuh Mahadewa Xiaoyao. Meski terkejut melihat orang yang belum pernah dijumpainya ini, Hou Fei tidak terlalu memperhatikan.
Terlihat Hongyun dan Zixia keluar dari rumah. Sebagai ahli Dewa, melahirkan tidak banyak mempengaruhi tubuh mereka. Hongyun langsung berseru: "Monyet, berikan 'Xing'er' padaku."
"Hou Xing? Nama itu tidak bagus, istriku. Anak perempuan secantik ini kok dinamai Hou Xing? Lebih baik dengarkan aku, namakan Hou Tiantian. Tiantian, jauh lebih baik," kata Hou Fei segera.
"Brak!"
Seketika semua orang tertawa. Qin Yu dan Hei Yu hanya bisa pasrah. Sebelum anak lahir, mereka sudah berdiskusi berbagai nama, tapi Hou Fei selalu menolak. Akhirnya dia dengan sombong memberi nama 'Hou Tiantian'.
"Bolehkah aku memberi nama untuk anak ini?" Mahadewa Xiaoyao yang sejak tadi gelisah antara ingin bicara atau tidak, akhirnya memberanikan diri mengajukan pertanyaan.
Kelopak mata Hou Fei berkedut. Ia menatap Mahadewa Xiaoyao: "Siapa kau? Anakku, bagaimana bisa kau yang memberi nama?"
Mahadewa Xiaoyao tertegun, sementara kerumunan di halaman tercengang. Semua orang tahu tamu ini adalah Mahadewa Xiaoyao, namun Hou Fei berani bersikap seperti itu padanya. Ini sudah keterlaluan!
"Fei Fei, ini adalah Senior Mahadewa Xiaoyao, jangan bersikap tidak sopan." Jiang Lang segera menghardik.
"Mahadewa Xiaoyao?"
Hou Fei merasa jantungnya berdebar kencang. Astaga, dia telah menyebabkan masalah besar. Dengan patuh, Hou Fei segera membungkuk memberi hormat, "Hamba memberi salam pada Senior Mahadewa Xiaoyao. Namun anak ini adalah darah dagingku, sebagai ayahnya, hamba yang berhak memberi nama. Tak perlu Senior repot-repot."
"Ada pertunjukan bagus nih." Qin Yu diam-diam mengamati dari samping.
Qin Yu menduga, Hou Fei yang tidak memiliki ayah maupun ibu adalah anak yatim yang ditemukan Jiang Lan. Kini kehadiran Mahadewa Xiaoyao ini mungkin terkait asal usul Hou Fei.
Bibir Mahadewa Xiaoyao tidak bergerak, namun suaranya bergema lewat telepati: "Hou Fei, aku adalah ayahmu."
Braak!
Hou Fei merasakan seluruh bagian dalam kepalanya seolah meledak, kosong tak berisi. Setelah beberapa lama barulah dia sadar kembali, benar-benar tertegun. Semangatnya mendapatkan putra dan putri lenyap seketika.
Yang ada hanyalah keterkejutan!
Hou Fei menatap Mahadewa Xiaoyao dengan pandangan mata tajam.
Namun Mahadewa Xiaoyao justru menatap Hou Fei penuh harap, sorot matanya lembut. Beliau menanti-nanti Hou Fei memanggilnya 'Ayah'.
"Haha..." Tiba-tiba Hou Fei tertawa terbahak. Ia menyerahkan kedua anaknya masing-masing kepada Zi Xia dan Hong Yun, lalu menunjuk Mahadewa Xiaoyao dengan ekspresi antara ingin tertawa dan menangis, "Senior Mahadewa Xiaoyao, kau bilang kau ayahku? Haha, jangan bercanda! Aku Hou Fei yatim piatu. Meski kadang merindukan orang tua, tapi belum sampai segampang itu mengakui setiap orang yang mengaku ayahku!"
Suasana hening mencekam menyelimuti halaman.
"Ayah?"
Hampir semua orang tertekan oleh ucapan Hou Fei. Tadi, Mahadewa Xiaoyao memperkirakan juga khawatir akan pengaruh, cuma berkomunikasi melalui telepati. Kini Hou Fei mengatakannya langsung, benar-benar membuat semua orang terkejut.
"Mahadewa Xiaoyao ini ayah Hou Fei?" Qin Yu di dalam dada justru tidak terlalu terkejut.
"Monyet, jangan sembarangan bicara di sini, candaan ini tak boleh dibuat." Hei Yu di samping segera mengingatkan.
Hou Fei justru menyunggingkan sudut bibir, memicingkan mata ke arah Mahadewa Xiaoyao: "Burung jorok, bukan aku yang bercanda, melainkan Senior Mahadewa Xiaoyao ini yang bercanda denganku." Saat ini meski Hou Fei tertawa, pandangannya sangat aneh.
Alis Mahadewa Xiaoyao berkerut halus, berkata: "Hou Fei, bisakah kita berbicara berdua saja?"
Mahadewa Xiaoyao ini tak ingin urusan keluarganya diketahui oleh sekeliling orang. Bagaimanapun dia adalah Mahadewa, statusnya mulia, dia juga perlu menjaga muka.
“Bicara berdua? Bukan saudara atau kenalan, ngomong apalagi. Kalau mau bicara, di sini saja. Orang-orang di sini semua adalah kerabat dan teman-temanku, saudara seperjuangan! Mau bilang ya bilang, kalau enggak, sudahlah. Aku masih harus menemani kedua anakku.” Nada suara Hou Fei sama sekali tidak sopan.
Qin Yu saat ini bisa merasakan gejolak pemahaman spiritual Hou Fei yang sangat hebat.
Hou Fei saat ini sama sekali berbeda dengan biasanya. Jika bertemu Mahadewa Xiaoyao di hari biasa, mana mungkin dia berani berbicara seperti ini?
“Semua silakan keluar dulu, jangan gangguan di sini.” Qin Yu segera memerintahkan orang-orang di sekitarnya.
Jiang Lan, Yi Feng dan yang lain juga merasakan suasana aneh antara Mahadewa Xiaoyao dengan Hou Fei. Dengan penuh kesadaran, mereka semua memberikan bentuk penghormatan kepada Mahadewa Xiaoyao sebelum satu per satu meninggalkan halaman. Akhirnya bahkan Zi Xia dan awan merah pun membawa kedua bayi itu pergi dari halaman.
“Fei Fei, bicara jujur dengan Senior Mahadewa Xiaoyao, klarifikasi semua hal.” Qin Yu berpesan pada Hou Fei.
“Mengerti, Kakak.” Hou Fei juga mengangguk pada Qin Yu.
Qin Yu memberi hormat ringan pada Mahadewa Xiaoyao, lalu meninggalkan halaman. Setelah kepergian Qin Yu, hanya tersisa Hou Fei dan Mahadewa Xiaoyao di tempat itu.
Di bangku batu tak jauh dari halaman, Qin Yu duduk bersila.
“Kakak, benarkah monyet itu punya hubungan dengan Mahadewa Xiaoyao?” Hei Yu ikut duduk di bangku batu sebelah, segera bertanya pada Qin Yu.
“Jangan buru-buru. Nanti juga tahu. Sekarang nebak-nebak percuma.” Alis Qin Yu mengerut sementara kekuatan ruang alam semesta barunya menyebar menutupi seluruh halaman.
Raja Dewa lain tak berani menyebar kesadaran spiritual, khawatir ketahuan Mahadewa Xiaoyao. Tapi Qin Yu tak gentar. Kekuatan ruang alam semesta barunya mengamati segala aktivitas di dalam halaman dengan presisi mutlak.
Qin Yu mengamati semuanya, bergumam dalam hati: "Mahadewa Xiaoyao, bicara saja baik-baik, jangan main tangan."
Bagaimanapun juga, Qin Yu tidak akan mentolerir saudaranya diperlakukan berani-beraninya.
Di dalam halaman.
Hou Fei dan Mahadewa Xiaoyao sama-sama berdiri. Secara fisik, keduanya terlihat mirip dengan postur tubuh yang ramping. Namun aura Hou Fei penuh kekejaman, sedangkan Mahadewa Xiaoyao terkesan tenang.
"Katakan langsung apa maksudmu!" seru Hou Fei tanpa basa-basi.
Mahadewa Xiaoyao sama sekali tidak tersinggung: "Hou Fei, aku adalah Ayahmu. Ini fakta yang tak terbantahkan. Sejak kau lahir hingga kini, hampir semua peristiwa dalam hidupmu kuketahui. Bahkan bisa kuperlihatkan rekaman visualnya padamu."
“Hou Fei, jika aku tidak sering mengamati mu, bagaimana aku bisa tahu kejadian masa lalu mu? Lagipula Mahadewa pun tidak memiliki kemampuan menghitung masa lalu dan masa depan.” Mahadewa Xiaoyao tertawa, “Kalau bukan karena ada hubungan dengan ku, apakah sebagai Mahadewa aku akan sering memantau mu?”
Hou Fei tertegun.
Dia terpaksa mengakui bahwa perkataan Mahadewa Xiaoyao sangat masuk akal.
Peristiwa masa kecilnya, hanya Jiang Lan dan Jiang Li yang paling paham. Adapun petualangan bersama Qin Yu kemudian, hanya Qin Yu dan Hei Yu yang tahu detailnya.
Mahadewa Xiaoyao ingin melacak masa lalu, kecuali melakukan 'Pencarian Jiwa' pada Jiang Lan, Qin Yu dan lainnya.
“Masa lalu? Siapa yang tahu kesaktian Mahadewa? Aku bukan Mahadewa. Poin ini sama sekali tak bisa membuktikan kau ayahku. Apalagi... apakah kau ayahku atau bukan, tidak ada hubungan sedikit pun denganku.”
Hou Fei menampilkan senyuman jahat di wajahnya, "Senior Mahadewa Xiaoyao, sejak kecil hingga sekarang, aku telah melalui banyak hal. Bersama kakakku dan si burung jorok, kami bertempur sengit di lautan dunia mortal, berkelahi di dalam Immortal Manor. Pertempuran demi pertempuran, dari dunia mortal hingga ke alam Dewa. Aku melangkah setapak demi setapak. Sepanjang hidupku, kata 'ayah' tak pernah ada dalam memoriku. Punya ayah atau tidak, tak ada artinya bagiku. Aku anggap diri lahir dari batu."
Mendengar setiap ucapan Hou Fei, wajah Mahadewa Xiaoyao berubah pucat.
"Cukup, Senior Mahadewa Xiaoyao. Kau adalah Mahadewa yang berada di puncak keagungan. Tak perlu menggodai diriku. Sejujurnya... tiba-tiba kau mengaku sebagai ayahku, ini benar-benar membuatku kesal. Aku benci diatur. Aku menyukai kebebasan. Tak ada ayah yang mengatur, tak ada ibu yang mengurus. Hidup seperti ini sangat kusukai."
Hou Fei menyunggingkan senyum hihi ke arah Mahadewa Xiaoyao, lalu berjalan menuju pintu gerbang taman.
"Hou Fei!" Mahadewa Xiaoyao menghardik keras.
"Baiklah, kau tidak paham kata-kataku? Aku ulangi sekali lagi, siapapun kau—ayahku atau bukan—tak ada hubungannya denganku." Setelah berkata demikian, Hou Fei langsung membuka pintu gerbang taman dan melangkah keluar.
"Ayah datang menggendong putra-putrinya!" Suara keras Hou Fei kembali menggema.
