Satu bulan terasa lama tapi juga tidak. Ren He memandang wajah-wajah polos di sekelilingnya. Mereka masih bersekolah tanpa beban, sementara di sisinya sudah mulai menghadapi bahaya nyawa...
Ren He sengaja naik ke atap gedung 7 lantai untuk mengukur jarak antar gedung. Untungnya, ini adalah gedung sekolah tua—tidak ada pagar pengaman di tepi atap, pinggiran gedungnya pun rata.
Setidaknya dengan cara ini, melompati gedung sekolah tidak akan ada hambatan, secara teori ini sama saja dengan melompat dari satu dataran ke dataran lainnya...
Tapi yang mengejutkannya, di atap ini ia justru bertabrakan dengan sepasang kekasih yang sedang bercengkrama mesra di sela-sela jam pelajaran. Ketika Ren He muncul, keduanya langsung panik. Perempuan itu buru-buru turun lewat tangga sambil malu-malu, diikuti sang lelaki.
Ren He sekarang tak bisa memikirkan hal lain. Nyawanya sendiri yang paling penting. Ia melirik ke bawah, ketinggian tujuh lantai ini harus dilompati menuju gedung sebelah, hanya membayangkannya saja sudah membuat pusing!
Jika gagal, pasti mati!
Dengan usia psikologis 26 tahun, Ren He memaksa diri tetap dingin kepala dan kembali ke kelas. Panik bukan solusi.
Pelajaran selanjutnya tak mungkin ia dengarkan lagi. Ia pun menyusun rencana latihan selama satu bulan, fokus utama pada lari dan lompat jangkit.
Saat itu, ia melihat halaman San Zi Jing yang terselip di dalam buku. Jika ini diterbitkan, dirinya sangat mungkin akan menghadapi banyak keraguan. Ren Ji sangat tidak ingin mengeluarkan benda ini dan mengundang masalah.
Tapi... tiba-tiba ia merasa bahwa benda ini adalah hasil yang diperolehnya dengan menukar nyawa, tidak boleh disia-siakan sama sekali.
Di dunia ini perlindungan hak kekayaan intelektual sangat baik, sangat berbeda dengan lingkungan penuh pembajakan liar di kehidupan sebelumnya. Ini memberi kenyamanan tersendiri bagi Ren Ji. Karya klasik abadi seperti San Zi Jing, jika tidak ada perlindungan hak cipta, kemungkinan besar akan langsung dibajak tak terhitung jumlahnya di hari kedua setelah rilis.
San Zi Jing mudah diingat dan dilafalkan. Di Tiongkok paralel Bumi, hampir semua orang tahu enam karakter ini: "，". Karena arah besar sejarah tidak berubah, isinya bahkan tidak perlu diubah. Ren Ji ragu sejenak, lalu langsung meminjam amplop dan prangko dari teman sebangku. Ia menyelipkan kertas konsep tipis itu ke dalam amplop, lalu menulis di sampulnya: "Kelompok Media Ibukota (Tarik)".
Ren He tinggal di kota kecil tingkat tiga Luocheng. Meski demikian, hal itu tak mempengaruhi pengetahuannya bahwa Kelompok Media Surat Kabar Ibukota adalah media cetak paling berpengaruh secara nasional saat ini. Ia sempat mempertimbangkan untuk mengirimkannya ke majalah anak kecil agar dapat sedikit uang honor. Lagi pula, semakin besar media, semakin sulit naskah lolos seleksi. Karya seperti San Zi Jing ini, jika tidak dibaca seksama, mungkin disangka sekadar lagu anak yang ditulis sembarangan.
Namun Ren He memiliki keyakinan penuh pada San Zi Jing. Bukan karena yakin akan menjadi populer—soalnya zaman sudah berbeda—tapi yakin setidaknya karya ini bisa menonjol dan ditukar dengan sedikit uang...
Di kehidupan ini, dompet Ren He lebih bersih dari wajahnya (kiasan: tidak punya uang). Keluarganya bukan tergolong miskin, tapi uang jajan yang diterimanya sangat sedikit. Mungkin orangtuanya takut jika diberi terlalu banyak, ia akan terjerumus dalam kebiasaan buruk.
Soal kekurangan uang, bahkan prangko untuk mengirim naskah pun dipinjamnya.
Sebentar... Kalau mencuri karya orang bisa memicu misi hukuman, lalu apa aku tidak bisa menulis novel web sendiri? Meski tidak menjiplak karya sang Dewa, dengan kesadaran yang lebih maju ini, mustahil aku tidak bangkit!
Di kehidupan sebelumnya, Ren He sering menulis novel di waktu luang. Di situs Qidian Zhongwenwang, dia termasuk penulis unggulan. Jadi menulis sendiri bukanlah hal sulit baginya.
Ren He membuka ponsel untuk mencari info. Di dunia paralel ini, situs novel terbesar bernama Shengshi Zhongwenwang, posisinya mirip dengan Qidian di bumi.
Kalau mau menulis novel web, genre xuanhuan tentu pilihan utama. Setelah melihat peringkat di berbagai daftar dan karya-karyanya, harus diakui karya mereka punya nilai sastra. Ren He merenung, tingkat sastranya memang belum sampai level itu. Tapi semua novel ini punya masalah yang sama - belum cukup memuaskan!
Inti sari novel web apa lagi kalau bukan kepuasan pembaca? Setelah lelah seharian sekolah atau kerja, sensasi "" dalam novel adalah cara terbaik untuk melepas penat.
Di Shengshi, saat ini setiap kanal memiliki beberapa raksasa. Ambil contoh genre Xuanhuan, dua buku yang mendominasi papan peringkat adalah: Perjalanan Angin dan Legenda Petualang Antar Dunia.
Penghasilan kedua penulis ini pasti berada di puncak tertinggi, dengan hak cipta mereka sedang diadaptasi menjadi serial TV.
Tujuan Ren He menulis novel web adalah untuk mencari uang, jadi prioritas utamanya adalah kepuasan pembaca. Judul harus langsung mencerminkan esensi ini, memastikan setiap pembaca yang melihatnya langsung terpikat dan merasa ledakan adrenalin!
Ren He mendaftar sebagai penulis dengan nama pena "Sha Paozi". Tanpa ragu, ia langsung menentukan judul: Kitab Suci!
Setelah menulis judul, Ren He sendiri tertawa geli. "Keterlaluan benar."
Namun kontennya berkisah tentang pemuda gagal yang menemukan kitab suci di pikirannya, dengan alur utama latihan dan peningkatan melalui kitab tersebut!
Bisa dibilang ini permainan kata yang cerdas.
Sore ini masih ada dua kelas, Ren He langsung menulis tiga bab pertama dengan cepat lewat ponsel, tanpa menyimpan draft, langsung publikasikan!
Bagi webnovel, tiga bab pertama adalah yang terpenting. Di dalam "Shen Shu", Ren He meringkas dengan padat: tokoh sampah yang diremehkan, mendapatkan kitab suci, lalu mulai menunjukkan taringnya berkat kitab itu—semua ditulis secara utuh dalam tiga bab, menciptakan klimaks kecil!
Dalam klimaks ini, titik kepuasan latihan dan peningkatan level sudah mulai terlihat jejaknya, persis di momen yang bikin ketagihan.
Ren He mengecek sekali lagi, baru memenuhi standar lalu mengurung software menulis Shengshi Chinese di ponselnya, bersiap untuk kelas berikutnya.
Di era dimana sastra online belum menguasai inti sari cerita kepuasan ini, Ren He sama sekali tidak khawatir bukunya takkan menonjol. Apapun yang ia tulis, pasti jadi genre terbaru.
Karena dirinya sendiri adalah sosok yang "baru". Aliran Feichai mungkin sudah banyak dikritik di dunia paralel asal Ren He, tapi di sini, ini benar-benar awal yang sempurna belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun tiba-tiba, Sistem Hukuman Langit secara tak terduga bersuara dalam pikiran Ren He: "Mencuri hasil budaya merujuk pada ketergantungan pengalaman dari dunia lain, tidak terbatas pada plagiat karya spesifik."
Ren He terdiam lama mendengar ini baru tersadar! A***, ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa menggunakan pengalaman kehidupan sebelumnya untuk menulis web novel, meski tidak menjiplak karya klasik, tetap akan mendapat misi hukuman langit, begitu?
Karena semua titik kepuasan ini adalah rangkuman pengalaman tak terhitung senior! Ini jebakan!
Ngapain nggak ngasih tahu dari awal? Kalau akhirnya mati juga, mending gue nyontek karya klasik yang nggak perlu mikir!
Sistem Hukuman Langit tidak merespons omelan Ren He. Ia memaksa diri tenang dan bertanya: "Waktu penerbitan misi hukuman dihitung sejak buku dirilis atau setelah selesai?"
"Setelah selesai, selama periode tersebut tidak boleh terjadi pemutusan update, jumlah kata update di bawah 4000, tidak boleh memaksakan perpanjangan alur cerita, hak interpretasi akhir sepenuhnya milik Sistem Hukuman Langit."
"Whoosh," Ren He memuntahkan gas keruh. Ia sempat berpikir untuk tidak menyelesaikan karya agar tidak ada misi hukuman, tapi sekarang jelas tidak mungkin.
Meski Sistem Hukuman Langit telah menutup semua celah kecurangan, ia tetap merasa lega sementara. Bagaimanapun, penyelesaian novel web baru akan terjadi setengah tahun lagi - itu pun dengan kecepatan update sangat cepat.
Untuk waktu dekat tidak ada bahaya nyawa.
Tiba-tiba Sistem Hukuman Langit kembali berkomentar tanpa konteks: "Meski misi mengandung risiko, menyelesaikannya juga bisa memberikan hadiah di luar imajinasi. Petualangan selalu berjalan seiring dengan keuntungan dan darah panas."
Gausah ngomongin itu! Ogah denger!
Saat bel pulang berbunyi, serombongan siswa berhamburan ke luar. Teman sebangku Ren He yang gemuk sekali berbisik pelan, "Kabarnya hari ini Wakil Ketua Kelas Liu Yinghai mengajak Duan Xiaolou yang kau sukai itu makan di luar. Dia juga mengundang banyak teman, siapa yang datang pasti dia traktir. Kau ikut tidak?"
Ren He tertegun, gadis yang dia sukai bernama Duan Xiaolou? Kok bisa ada urusan seperti ini? Dia menyisir ingatan dirinya di kehidupan ini, dalam hati berteriak "Waduh!"
Aku bahkan pernah menulis surat cinta untuk Duan Xiaolou? Dan secara aneh malah diumumkan ke publik?
Ada hal menyebalkan seperti ini juga ya!
Pandangannya beralih ke Duan Xiaolou yang sedang berjalan ke pintu kelas. Di bawah cahaya senja, Duan Xiaolou yang berdiri di luar pintu itu memiliki tatapan jernih, rambut hitam lurus sepanjang bahunya berkilau sempurna bagai permata. Sepertinya... pandangan sang gadis juga melayang sesaat ke arahnya!
Tapi ketika Ren He melihat lagi, Duan Xiaolou sudah pergi bersama teman-temannya.
Sejujurnya Ren He saat ini tidak punya pikiran ke arah itu. Pertama, karena nyawanya mungkin tidak aman. Kedua, meski Duan Xiaolou cantik, tapi bukan tipe kekasih sejatinya. Ini mungkin karena perbedaan selera estetika Ren He di dua dunia paralel.
Ketiga... dia miskin!
Ngobrol asmara tanpa uang? Saat ini isi kantong cuma 50 sen. Mau bilang ke si doi: "Aku traktir es loli klasik, kamu makan saja, aku cukup lihat."
Bahkan dua es loli klasik pun tak mampu dibeli. Memalukan atau tidak?
Harus cepat-cemat mengirim San Zi Jing!
Ren He melemparkan tas ke laci meja tanpa membawanya pulang. Ia melambaikan tangan ke teman sebangku si pria gemuk lalu bergegas keluar.
Pertama kirim San Zi Jing, lalu latihan fisik: lari, lompat jauh!
Bagaimanapun, prioritas utamanya sekarang adalah melewati misi kali ini!
