Ren He menoleh sambil tersenyum: "Kebetulan banget, ketemu lagi." Ia mengingat-ingat, saat keluar rumah tadi sempat melihat jam. Sudah jam 11 malam, masa masih ada yang lari malam-malam?
"Kok kamu masih lari larut begini?" Duan Xiaolou tertawa. Matanya mengamati Ren He, merasa setiap kali bertemu, pemuda ini selalu menunjukkan perubahan yang berbeda.
"Ada urusan yang menunda sampai segini. Tapi kalau sehari nggak lari rasanya nggak enak banget, jadi langsung kukenakan baju dan keluar," jelas Ren He. Bagaimanapun juga kinerja Divine Book lebih penting sekarang. Update rutin adalah syarat dasar kebangkitan buku baru, meski harus menyita waktu.
“Hmm, aku juga ada urusan yang tertunda, sama sepertimu. Kalau gitu kita lari bareng, yuk?” Duan Xiaolou tersenyum. Pertanyaannya polos, seolah tak takut ditolak, karena hanya sedikit orang yang berani menolaknya.
“Boleh saja,” Ren He tidak menolak. Lari bersama bukanlah hal yang istimewa.
Saat mereka sedang berlari, tiba-tiba Duan Xiaolou bertanya, “Sebelumnya tidak pernah kulihat kau lari. Kok tiba-tiba mulai rutin lari sekarang?”
Ren He baru mulai rutin lari sejak dua minggu terakhir.
“Bagaimana kalau kubilang ini untuk jaminan keselamatanku, kau percaya?” ujar Ren He dengan nada setengah bercanda setengah serius.
Tentu saja orang tidak akan percaya omongan seperti itu. Duan Xiaolou mengabaikan pernyataannya dan meliriknya sambil bertanya, “Kabarnya kelompok kami mau jalan-jalan, kau tidak berencana ikut?”
“Iya, nggak ada uang, nggak bisa ikut,” jawab Ren He dengan jujur.
Duan Xiaolou tertegun, dia mengira lawan bicaranya akan mencari alasan lain seperti ada urusan atau keluarga melarang pergi. Bagaimanapun, pemuda seusia empat belas lima belas tahun sangat memperhatikan harga diri. Jika harga diri seseorang terinjak, pertarungan hampir tak terelakkan.
Usia empat belas tahun adalah masa untuk menatap lapangan bermain yang dipenuhi rerumputan hijau dan kicau burung bagai lautan cahaya. Waktu bagai berdiri di ujung gunung yang didaki setiap orang, di saat semangat muda masih membara.
Tiba-tiba, dalam kehidupan Duan Xiaolou muncul seorang paman berusia 26 tahun. Kehadirannya membuat suasana terasa asing dan belum sepenuhnya terbiasa.
Duan Xiaolou ragu-ragu. Sepertinya dia ingin menawarkan pinjaman uang kepada Ren He. Namun dia sadar, tindakan itu justru akan lebih melukai perasaannya.
Tapi di lubuk hati Ren He tidak serumit yang dibayangkannya. Setelah terlahir kembali dan melewati berbagai rintangan di kehidupan sebelumnya yang sudah mencapai usia dua puluhan, ia sadar: harga diri sama sekali tidak penting.
Dan, kondisi "nggak punya duit" yang ia sebutkan itu cuma sementara. Segera ia akan punya uang, bahkan sangat banyak, sampai-sampai teman sekelasnya tak bisa membayangkan. Beli es loli bisa satu dibeli, satu dilempar, wah mewah banget!
Harus diakui, saat kembali berhadapan dengan grup siswa SMP sebaya ini, perasaan superior di hatinya memang tak terhindarkan. Ia sama sekali tak merasa pernyataan seperti ini akan mengurangi harga dirinya.
："Baiklah," entah mengapa, ia semakin merasa Ren He di depannya sangat berbeda dengan teman sebayanya.
……
Keesokan harinya saat kelas sore, saat Ren He membuka aplikasi klien ponsel Shengshi Zhongwenwang, tiba-tiba merasa ada yang aneh, tapi tak tahu di mana keanehannya.
Tidak! Ia menutup aplikasi lalu membukanya kembali. Tak disangka sampul pembuka APP ternyata sudah diganti dengan sampul Kitab Suci-nya! Di bawahnya tertulis sebaris kata: Arah Sastra Baru!
Waduh, Kakak menulis novel putih saja sudah dianggap sebagai Arah Sastra Baru?!
Saat membuka dan masuk, Ren He benar-benar terpaku.
Rekomendasi Kuat Buku Baru: Kitab Suci!
“Karya Pilihan Genre Xuanhuan: Divine Book!”
“Karya Unggulan Masterpiece: Divine Book!”
“Rekomendasi Ketua Editor: Divine Book!”
Diluar perkiraan, hanya dalam sehari Divine Book langsung masuk empat rekomendasi sekaligus! Ren He sendiri merasa seolah-olah layarnya dipenuhi Divine Book!
Rupanya inilah yang dimaksud Dongfang Mobei dengan "jangan khawatir"!
Penulis lain dapat satu rekomendasi per minggu, tapi dia dapat empat slot dalam sehari. Memang updatenya lebih cepat, tapi sepertinya editor sengaja mempersingkat periode buku barunya dengan bombardir rekomendasi untuk percepat launching!
Periode rekomendasi 4-6 minggu untuk penulis lain? Dia mungkin cuma butuh dua minggu!
Ren He buru-buru buka aplikasi chat cari Dongfang Mobei: "Editor keren! Editor jempolan!"
“Sudah, jangan menjilat. Ini keputusan ketua editor karena performa bukumu bagus.”
Ren He tertawa geli: “Nanti kalau ke Modu, aku traktir Mobei-ge... hehehe, hahaha.”
“Enyahlah...”
Ren He menutup software komunikasi dan berpikir sejenak: Tampaknya "Divine Book" sudah mendapat perhatian serius dari Shengshi Chinese Web. Jalan yang kubuka sendiri ini terlihat bisa diandalkan.
Grup penulis kembali gempar: "Kalian lihat tidak?! Kemarin masih bilang mungkin bukunya baru terbit di 500.000 karakter, eh hari ini rumah kita langsung dapat empat rekomendasi sekaligus! Ini jelas mau memaksakan penerbitan lebih cepat!"
"Dan semua rekomendasi bagus-bagus! Cepat cek datanya sekarang!"
Mengejutkan, koleksi "Divine Book" langsung naik lebih dari 10.000 dalam hitungan jam, menyamai pencapaian rekomendasi selama berminggu-minggu! Itu pun belum selesai, karena semua rekomendasi ini berlaku 24 jam - ini baru beberapa jam saja, kenaikan gila-gilaan ini baru permulaan!
Pada titik ini, pembaca liar "Divine Book" mulai ramai memberi hadiah. Kolom komentar dipenuhi teriakan terkejut betapa serunya membaca.
Grup penulis terdiam sejenak, tiba-tiba seseorang berkata: "Ajak dia masuk grup yuk, biar bisa menjilat nanti?" Jika ada anggota grup yang jadi dewa, rekomendasi di akhir bab saja efeknya sudah sebesar slot promosi. Meski mereka menganggap Divine Book kekanak-kanakan dan tidak menarik, tak perlu ditunjukkan secara terang-terangan. Kita semua sudah dewasa, buat apa kekanak-kanakan.
"Ajaklah..."
"Buang waktu! Gimana caranya? Dia bahkan tidak mencantumkan nomor kontak media sosial!"
Benar. Mereka baru sadar Ren He sama sekali tidak pernah membagikan nomor kontaknya. Seolah dia tak pernah berniat menyatu dengan komunitas sastra online. Tujuannya cari uang, target jelas-jelas tanpa basa-basi...
Beberapa penulis mengirim nomor grup via pesan pribadi, tapi tentu saja tak ada jawaban. Ren He memang tak pernah membuka kotak masuk pribadi.
Di mata penulis kelas dua-tiga ini, penulis Divine Book bagai pertapa yang tetap mengamati dengan tatapan dingin di tengah hiruk-pikuk dunia webnovel.
Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa penulis yang mungkin bisa "Fengshen" dengan satu buku ini, ternyata masih seorang siswa SMP yang baru naik ke kelas 9.
Ren He menatap ponselnya sambil menarik napas perlahan, batu besar di hatinya akhirnya bisa diturunkan. Dengan cara Shengshi Chinese Website menjadikannya sebagai panutan, bahkan seekor babi pun akan diangkat, apalagi "Arah Baru Sastra"?
……
Di tengah kelas, tiba-tiba ia mendengar bisikan dari barisan depan: "Katanya Ren He bahkan tidak punya uang untuk jalan-jalan, kemarin aku duduk di depannya dan dengar langsung. Makanya Ren He tiba-tiba mulai latihan olahraga - keluarga miskin, nilai jelek, kalau tidak latihan olahraga memang tidak ada jalan lain."
Brengsek! Muka Ren He langsung menghitam. Baru SMP saja sudah mulai pamer status keluarga, kalau besar nanti bisa jadi baik? Sosialisme mau diserahkan ke kalian si mata duitan? Tunggu sampai gue terima honorarium nanti, pipi kalian semua akan gue hajar sampai babak belur!
Teman sebangku yang gemuk juga mendengar diskusi mereka, memalingkan wajah dan memandang Ren He dengan khawatir: "Bagaimana kalau aku pinjamkan kamu uang? Kamu tidak perlu buru-buru mengembalikan, kembalikan saja saat sudah punya uang."
Hah, Ren He justru memandangnya dengan pandangan berbeda. Dalam ingatan tubuh Ren He, teman gemuk ini selalu menjadi sahabat karibnya. Karena itu mereka berdua selalu berkomplot duduk di barisan terakhir. Sepertinya uang untuk warnet dan makan sate selama ini selalu ditanggung si gemuk.
Si gemuk bernama Xu Nuo, seorang otaku. Sejak kecil hidupnya lancar tanpa hambatan. Keluarganya pengusaha dengan kondisi ekonomi ekstrem baik, sehingga bisa membesarkannya hingga segemuk ini.
Ren He berpikir sejenak: "Tidak perlu, Bro. Aku punya uang, beberapa hari lagi akan cair. Tapi meski punya uang, aku malas ikut acara begini, paham?"
Xu Nuo si gemuk mengangguk, menerima alasan Ren He. Sebagai sahabat karib, siapa lagi yang lebih mengerti diri mereka? Kalau saat ini Ren He punya lebih dari 50 sen di sakunya, dia berani menghancurkan telur secara live!
Saat pulang sekolah, Ren He menerima telepon dari Lao Zhou: "Halo, Lao Zhou. Sudah sampai?"
Suara tawa riang terdengar dari seberang telepon: "Takut mengganggu belajarmu, jadi baru menghubungi setelah bel pulang. Aku sudah di gerbang sekolah, menunggumu di sini."
"Siap!" Ren He menutup telepon sambil menepuk bahu Xiaopangzi Xu Nuo: "Orang yang akan memberi kita uang sudah datang!"
