Saat menuruni tangga, Ren He masih berpikir: bagaimana bisa sampai memancing kerumunan sebanyak ini? Ia memutar nomor yang sejak lama tersimpan di ponsel. Tiga detik kemudian suara di seberang menjawab: "Halo Ren He, mencari ayahmu? Sekretaris Ren sedang rapat."
"Oh," Ren He mengangguk: "Bukan beliau. Aku mencari Paman Huang. Ada sedikit masalah di sekolah, bisakah Bantu memberi tahu pihak sekolah?"
Di seberang telepon, Paman Huang yang disebut Ren He terdengar sangat terkejut: "Masalah apa? Bukannya dulu kamu tidak pernah membuat masalah."
"Masalah kecil, tidak ada pemukulan atau pelanggaran hukum. Cukup beri tahu sekolah saja, Paman tidak perlu datang. Ini bukan masalah melanggar disiplin," jelas Ren He.
"Baiklah, tapi aku harus melaporkan ini secara jujur ke Sekretaris Ren. Jangan kira aku akan menutup-nutupi untukmu. Tapi tenang, urusan sekolah tidak perlu kamu khawatirkan."
"Oke, silakan laporkan," Ren He menutup telepon. Kehidupan barunya kali ini, sepertinya identitas aslinya masih berguna. Orangtua tetap sama seperti kehidupan sebelumnya, penampilan tidak berubah sama sekali, nama juga sama. Karena itu, ikatan kekeluargaan ini tidak ia tolak - mereka tetaplah orangtuanya.
Selain itu, seperti kehidupan sebelumnya, kedua orangtuanya adalah mantan prajurit yang beralih profesi. Mereka selalu menuntut standar moral yang ekstrem dari Ren He, serta memberlakukan pengendalian ekonomi ketat dengan prinsip "tanpa uang tidak mungkin jadi jahat"...
Dulu, Ren He sesekali pergi ke warnet hanya bisa bermain kurang dari dua jam, kenapa? Karena tak ada uang untuk bayar internet...
Tapi, seumur hidup ini dia juga tidak berencana memanfaatkan identitas sebenarnya orangtuanya untuk melakukan apapun, karena dia ingin menempuh jalan lain.
Saat dia menutup telepon, kebetulan para guru yang berlari ke atas menjumpainya langsung. Begitu melihatnya, sang guru langsung naik darah: "Ren He, kau gila?! Apa kau ingin mati?!"
"Tidak, mana mungkin, saya sedang latih lompat jauh dengan awalan!"
"Latihan benda ini perlu dilakukan di atap? Apa kau sinting?! Ikut kami ke ruang administrasi, tunggu orangtuamu dipanggil!"
"Iya iya, guru benar!" Ren He membenarkan. Dia tahu saat ini sama sekali tidak boleh melawan guru, kalau tidak masalah kecil bisa jadi besar.
Namun masalah yang dianggap sepele olehnya, nyaris membuat para guru merasa langit akan runtuh. Bagaimana bisa dapat murid seperti ini? Jika dia mati di sekolah, itu akan jadi berita besar!
Begitu masuk ke pintu gerbag bagian administrasi, Ren He langsung melihat gadis yang ia lihat di udara tadi. Di sampingnya ada seorang pria paruh baya yang berwibawa. Ren He mengamati pria itu dengan seksama: rambut tersisir rapi, meski musim gugur awal masih mengenakan setelan jas rapi, sepatu kulit mengilap, wajahnya terawat baik. Kira-kira profesi apa ini?
Bos? Tidak mungkin, bos zaman sekarang tidak seperti ini penampilannya.
Karyawan kantor? Karyawan biasa tidak punya aura seperti ini.
Eksekutif perusahaan? Bisa jadi.
Tentu saja ada kemungkinan lain, tapi Ren He tak bisa memastikan lebih lanjut. Kepala Bagian Administrasi Liu sudah mengantar ayah dan anak perempuan itu ke pintu: "Silakan, saya akan antar Bapak ke ruang kepala sekolah."
Hah, ke ruang kepala sekolah? Menggunakan kata sapaan "Anda"? Berarti bukan eksekutif perusahaan, mungkin dari sektor pemerintah?
Saat gadis itu melintas di samping Ren He, ia berbisik bertanya: "Siapa namamu?"
Meski sudah berusaha menurunkan volume suaranya, ruang kantor urusan akademik yang tak terlalu luas membuat semua orang tetap mendengar. Ayah gadis itu berbalik memandang tajam Ren He. Dengan senyum cerah, Ren He membalas tatapannya. Sorot kejutan di mata pria itu hanya berkilat sesaat sebelum ia melanjutkan langkah keluar tanpa berkata apa-apa.
Para guru di kantor urusan akademik memandangi Ren He dengan ekspresi seperti orang kesetanan: "Ren He, kau belum selesai juga?!"
Namun Ren He sama sekali tidak menggubris.
Gadis itu menatapnya dengan tenang: "Kau orang yang baru saja terjun dari gedung tadi?"
"Loncat jauh awalan, bukan bunuh diri. Namaku Ren He, kalau kamu?"
"Yang Xi," jawabnya singkat sebelum menyusul ayahnya yang sudah berjalan meninggalkan tempat.
Beberapa guru menggigit bibir antara ingin memukul Ren He seketika, dan terkesima pada keberanian luar biasa remaja ini. "Demi langit, mana ada siswa berani seperti ini di zaman kita dulu?"
"Bersiaplah menunggu keputusan kepala sekolah tentang sanksimu!"
"Hukuman disiplin sudah pasti tak terhindarkan!"
Ren He tidak mempedulikan hal-hal ini. Sebelum masuk universitas, semua catatan pelanggaran seperti peringatan resmi atau pengawasan sekolah tidak akan masuk ke arsip. Hanya catatan setelah masuk universitas yang berpengaruh. Lagipula, belum tentu ada konsekuensi serius baginya.
Ternyata memang, tak lama kemudian kepala bagian administrasi akademik kembali dan mengamati Ren He dengan serius: "Bisakah kau jelaskan mengapa melakukan hal itu hari ini?"
"Berlatih lompat jauh dengan awalan..."
Raut wajah bagian administrasi akademik menjadi kompleks. Dengan nada khidmat ia berkata: "Untuk latihan selanjutnya, lakukan saja di lapangan. Jangan menganggap remeh nyawa... Lapangan yang begitu besar masih belum cukup untukmu berlatih? Benar bukan?"
Ren He segera mengangguk: "Benar, benar! Perkataan Pak Liu sangat benar!"
"Cukup, kembalilah ke kelas," Kepala Liu menepuk bahu Ren He memberi isyarat agar kembali belajar.
Seluruh staf di bagian administrasi akademik terkejut. Sudah selesai? Apakah ini kepala bagian yang legendaris bisa membuat anak kecil berhenti menangis itu?
Tapi Ren He tahu, telepon Paman Huang seharusnya sudah menelepon.
Jika tidak, hal ini pasti tidak akan berakhir dengan mudah. Dirinya harus benar-benar bersikap rendah hati, rendah hati, dan rendah hati lagi. Jika tidak, ia akan menjadi contoh klasik anak yang mencelakakan orang tua. Saat ini, ia benar-benar khawatir misi Hukuman Langit tiba-tiba memberinya tugas mengejutkan semua orang di lingkungan sekolah, yang tentu akan menjadi Momen Memalukan.
Tepat saat Ren He melangkah keluar dari pintu gerbang kantor administrasi, suara Sistem Hukuman Langit bergema dalam pikirannya: Selamat, telah menyelesaikan misi Lompatan Melintasi Gedung Sekolah. Hadiah pengetahuan teori musik diberikan.
Hanya ini? Cuma segini? Ren He tertegun. Apakah hasil kerja kerasnya menyelesaikan misi hanya dihargai dengan satu kalimat ini? Namun di detik berikutnya, ia tiba-tiba merasakan kehadiran sesuatu yang baru dalam alam bawah sadarnya...
Tidak mungkin! Benar-benar pengetahuan teori musik?! Tiba-tiba ia menguasai teori musik seolah menggunakan cheat? Perlu diketahui, di kehidupan sebelumnya Ren He memang bisa menyanyi, tapi sama sekali tidak mengerti cara membaca not balok. Hasilnya, di kehidupan ini ia langsung menguasainya secara instan.
Ren He merenung, mengapa hadiahnya keterampilan ini? Sejak awal dia merasa, sebenarnya Sistem Hukuman Langit ini tidak langsung menghapuskan dirinya meski telah mengacaukan lintasan sejarah normal. Dalam aturannya, tindakan seperti ini seharusnya diperbolehkan, bahkan didorong. Kalau tidak, mengapa ada hadiah setelah menyelesaikan misi?
Sistem ini hanya ingin membatasi pendatang agar tidak seperti bug, dengan menambahkan beberapa pembatasan! Pembatasan ini adalah tugas bunuh diri!
Hadiah pengetahuan teori musik ini pasti bukan tanpa alasan. Apakah maksudnya agar aku menjiplak lagu...
Tapi Ren He sama sekali tidak berniat menekuni jalan musik. Dengan sastra saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk sementara, pengetahuan teori musik ini tidak ada gunanya baginya. Entah hadiah apa lagi yang akan datang?
Ren He justru lebih menantikan misi berikutnya beserta hadiahnya.
