Di mata Ren He, Xu Nuo sekarang bagai sepotong giok mentah. Sekolah sudah tidak bisa memberikan platform yang layak, ia harus belajar mandiri.
Metode belajar spoon-feeding yang seragam dalam pendidikan tradisional tidak cocok untuk Xu Nuo. Ia seharusnya menjadi hak dunia yang lebih luas. Yang bisa Ren He lakukan adalah membantunya. Tentang cara membantu, perlu dipersiapkan matang-matang, mengingat Ren He sendiri juga tidak terlalu paham komputer.
Saat kembali ke rumah di malam hari, Ren He langsung deg-degan melihat sepasang sepatu wanita sederhana di depan pintu. Ibu Ratu yang sering dinas luar sudah pulang! Ren He berjalan ke ruang tamu dan melihat sang ibu sedang duduk di sofa menonton berita hiburan malam.
"Bu, Ibu sudah pulang?" Ren He agak gugup. Di kehidupan sebelumnya, meski ayahnya sangat tegas, tuntutannya tidak terlalu ketat. Tapi lain halnya dengan sang ibu...
"Ayah bilang kamu berbuat onar di sekolah? Melompat dari gedung sekolah?" Nada suara Ibu Ren tiba-tiba meninggi saat mengucapkan bagian kedua kalimat.
"Ehem," Ren He tahu hasil akhir melibatkan Sekretaris Huang pasti seperti ini. Tapi ini proses yang menyakitkan yang harus dijalaninya. Sekarang yang penting tidak membantah dan mengaku salah: "Anak sudah tahu salah, tidak akan berani lagi!"
Ternyata memang wajah Ibu Ren melunak: "Saat jadi murid harus rajin belajar, bermain juga harus serius. Kamu sekarang berada di periode kritis pembelajaran, jangan sampai pemikiranmu menyimpang..."
Edukasi ideologis ini langsung berlangsung setengah jam, namun Ren He harus tetap mendengarkan dengan saksama. Ibu ini mengelola banyak bawahan di pekerjaannya, sehingga memiliki kewibawaan tak kasat mata yang biasa diterapkannya pada Ren He layaknya anak buah...
Setelah sesi mengajar selesai, wajah Ibu Ren kembali tenang: "Masih ada uang jajan? Ini lima yuan lagi untuk jajan. Makanan beku seperti pangsit sudah kusiapkan di kulkas."
Menurut teori Ibu Ren, anak laki yang punya uang pasti akan jadi nakal - nongkrong di warnet, pacaran, semuanya butuh duit. Jika tiba-tiba uangnya habis, itu pertanda pasti terlibat hal negatif!
Di kehidupan sebelumnya, Ren He tak tahu sudah berapa kali mengutuk teori brengsek yang dijejalkan ke Ibu Ren ini - penyebab masa kecilnya yang suram.
Ren He buru-buru berkata: "Tidak apa, di saku masih ada 50 sen, tidak perlu kasih uang jajan!" Dasar sial, saat mengucapkan ini Ren He sendiri merasa perih di hati... Kalau bukan karena terlahir kembali bisa menulis novel cari uang, pasti sudah bersujud!
Benar saja, Ibu Ren langsung senang mendengar anaknya tidak perlu uang jajan: "Belajar yang rajin! Nanti saat masuk masyarakat kau akan paham, masa muda belajar mengendalikan diri mutlak baik!"
Tiba-tiba, berita hiburan di TV menampilkan cuplikan: "Reporter kami pagi ini menemukan pemuda pecinta olahraga yang bisa melakukan puluhan push-up cepat dalam satu menit. Tapi saat ditanya alasannya, dia tidak menjawab."
Waduh! Muka Ren He langsung menghitam. Ini masuk berita? Lagi pula bukan tidak jawab, jelas-jelas si reporter sendiri yang muntah tadi...
Di layar TV, rekaman dari sudut pandang orang ketiga menunjukkan frekuensi push-up Ren He dengan kecepatan ekstrem!
Sebagai ibu Ren He, Ru Min langsung mengerutkan alisnya saat melihat berita ini. Bagaimana mungkin ia tidak mengenali anaknya sendiri? Wajah samping yang terlihat jelas itu sangat mudah dikenali, bahkan hanya dari punggung pun dia pasti tahu!
"Ren He! Apa yang kau pelajari di sekolah setiap hari ini?!"
Sial! Mulai lagi! Waduh, kalau ketemu reporter itu lagi, pasti kubuat muntah sekali lagi!
Saat akhirnya bisa kabur dari "cengkraman harimau" untuk lari malam, Duan Xiaolou tiba-tiba berkata: "Ren He, kamu masuk TV tahu? Melakukan push-up."
"Aku tahu," jawab Ren He kesal.
"Tak kira kau bisa secepat itu melakukan push-up! Latihan bagaimana?!" tanya Duan Xiaolou penuh rasa ingin tahu.
"Tidak boleh, aku harus beri sanksi reporter itu!" Ren He semakin panas memikirkannya. Dia memang orang picik dan pendendam. Reporter ini merekam diam-diam lalu membuatnya kena marah Ibu Ren tanpa alasan selama setengah jam - dendam ini harus dibalas!
Saat sarapan pagi, Ren He juga pergi ke warung sarapan dekat pintu rumah. Kemarin si wartawan bilang, dia juga sarapan di sini. Jadi besar kemungkinan hari ini dia akan datang lagi! Meski tidak makan di warung ini, mungkin akan lewat di sini!
Dia memesan satu kukusan bakpao dan semangkuk susu kedelai, lalu duduk di depan warung sambil menatap tajam setiap pejalan kaki yang lewat. Pemilik warung pagi ini sama sekali tidak berani menyapa Ren He, khawatir mendapat kejutan lagi. Tapi dia agak bingung, pemuda ini sepertinya terus-menerus mengamati sesuatu di luar?
Tiba-tiba mata Ren He berbinar-binar—datang!
Dari kejauhan, seorang pria paruh baya berbaju vest coklat berjalan mendekat ke warung. Dia menyapa pemilik: "Selamat pagi, Bang... HUEK!" Muntahan yang seperti air mancur menyembur sejauh dua tiga meter.
Pemilik warung terdiam membeku. Dasar, pagi-pagi begini harus sejijik ini!
Ren He dengan riang meneguk tegukan terakhir susu kedelai, lalu keluar dari kedai sarapan sambil bergembira menuju sekolah.
Kedai sarapan dalam hatinya berpikir: entah siapa yang telah dia sakiti sampai mendapat karma begini. Sejak saat itu, tambah satu lagi bayangan psikologisnya: takut menyapa orang... Dosa besar!
Langkah Ren He menapaki jalan ke sekolah terasa ringan, perasaan sangat puas. Justru sekarang ia semakin menyukai Sistem Hukuman Langit. Meski harus sesekali mempertaruhkan nyawa, berbeda dengan para penjelajah waktu lain yang dapat berbagai Golden Finger, malah dapat sistem hukuman keren begini. Tapi selama bisa menyelesaikan misi, hidupnya mungkin semakin penuh warna!
Sistem yang ajaib! Keren abis!
Entah misi apa yang akan diberikan saat pembayaran royalti Kitab Suci bulan ini? Hadiah apa setelahnya? Semakin penasaran! Ia semakin menikmati kenikmatan mempertaruhkan nyawa ini!
Semua ini memberinya perasaan: dirinya memang berbeda dari orang lain.
Saat tiba di sekolah, banyak teman sekelas yang membicarakan penampilan Ren He di televisi. Tiba-tiba semua siswa merasakan: Si bodoh akademik yang selalu bersikap rendah hati ini, sepertinya sedang mengalami transformasi ke arah yang tak pernah mereka bayangkan. Aura Ren He di mata mereka kini telah berubah drastis, seolah mudah menjadi fokus perhatian semua orang.
Padahal hal-hal yang dilakukannya, sama sekali tidak berani dilakukan siswa biasa.
Hanya saja, di mata mereka Ren He tetaplah si miskin yang hanya punya uang jajan 5 tael per bulan...
Tiba-tiba skandal besar terjadi. Tepat saat Jiang Siyao tiba di Luocheng dan konser masih dua hari lagi sebelum dibuka, seseorang melihat siluet Jiang Chen di bandara. Seluruh dunia hiburan tiba-tiba dibanjiri berita tentang dua selebriti ini!
