Dalam keheningan malam itu, terdengar teriakan histeris seorang perempuan!
"Aaa!!!"
Waduh! Ren He tertegun oleh suara itu. Brengsek, ngapain nunggu? Cepat lari!
Ia segera merangkak turun menggunakan tangan dan kaki, menundukkan tubuh dan menerobos sabuk hijau sambil lari ke arah lain. Saat itu, ia mendengar jendela tadi dibuka dan seorang pria berdiri di tepinya mengaum keras: "Apakah kamu gila?! Apakah kamu gila?! Sampai lantai dua nekat memanjat untuk mengintip?!"
"Dosa-dosa," Ren He menunduk dan lari menjauh. Ia tahu pasti penampilan dan busananya tidak terlihat jelas, tapi untuk berjaga-jaga memilih kembali nanti.
Tak disangka bertemu Duan Xiaolou di saat genting ini, Ren He buru-buru berkata: "Haha, waktunya lari malam ya..."
"Kenapa keringatmu segini banyak?" tanya Duan Xiaolou dengan keterkejutan.
"Oh, tadi aku sudah satu putaran lari!" jawab Ren He menjelaskan.
"Tadi ada teriakan di pekarangan, kamu tahu apa yang terjadi?"
"Bukan aku yang lakukan," baru saja mengucapkan, Ren He sadar ada kesalahan kalimat. Ia segera menambahkan dengan tenang: "Tidak tahu, aku hanya dengar suara tapi tidak tahu kejadiannya."
Di sini Duan Xiaolou tidak bertanya lagi, keduanya melanjutkan lari malam...
Belakangan Ren He mendengar kabar, tuan rumah itu sepertinya menjadi impotens karena teriakan tadi, sedang ribut-ribut mau bercerai...
Tampaknya ke depannya harus lebih berhati-hati lagi...
Saat pulang malam itu, Ren He menyimpan kertas berisi partitur lagu "Bintang Tercerah di Langit Malam" yang ada di laci ke dalam sakunya.
……
Di kantor bagian administrasi akademik, Kepala Liu yang mulai botak dini itu tiba-tiba melihat wali kelas Ren He, Yuan Xie Miaohan. Ia segera memanggil: "Guru Xie! Kemarilah, ada urusan!"
Xie Miaohan mengernyitkan alis: "Lao Liu, ada apa?"
"Bagaimana kabar Ren He di kelasmu akhir-akhir ini?"
"Maksudmu di aspek mana?" Xie Miaohan tampak bingung.
"Maksudnya... apakah dia melakukan hal melampaui batas lagi?" Kepala Liu langsung berbicara terus terang: "Waktu kita minum arak dulu, aku juga sudah bilang alasan tidak memberinya sanksi disiplin. Kau harus berikan dia bimbingan pemikiran yang baik. Buat dia paham, selain melanggar disiplin sekolah, tindakan berbahaya seperti itu juga membahayakan keselamatan dirinya sendiri!"
Suara Kepala Liu tiba-tiba menjadi rendah: "Coba pikirkan pekerjaan ayahnya. Kalau sampai terjadi sesuatu di sekolah, bukan cuma kita berdua, bahkan kepala sekolah akan terseret dalam konflik. Nanti pihak keluarga tidak peduli itu keinginannya sendiri, pasti akan menyalahkan kita yang tidak bisa menjaga!"
Setiap kali teringat momen genting ini, Kepala Liu selalu berkeringat dingin!
Xie Miaohan menepuk dahinya: "Lao Liu, kau benar-benar menyentuh inti masalah! Aku mengerti, sekarang juga akan segera memberikan dia bimbingan!"
Xie Miaohan langsung memalingkan wajah menuju arah kelas. Sampai di depan pintu kelas, dengan wajah ramah ia berkata pada Ren He: "Ren He, keluar sebentar."
Ini pertama kalinya wali kelas berbicara dengan ramah padanya. Ren He merinding sepanjang tubuhnya, ia berteriak: "Siap, Pak Guru! Aku segera datang!"
Di depan kelas, Xie Miaohan langsung menuju inti permasalahan: "Ren He, nilai akademikmu meningkat pesat akhir-akhir ini. Setelah kuperhatikan ujian terakhir, memang mustahil kamu menyontek. Kalau sudah pandai di akademik, apa masih perlu latihan olahraga? Kamu takkan mengulangi aksi lompat dari atas itu lagi, kan?"
Di hadapan guru, Ren He cukup bijak. Sebagai murid, tak boleh melawan guru, bukan? Ia mengangguk: "Saya sungguh takkan melompat lagi. Tenang saja, Pak! Waktu itu saya sedang linglung dan terburu nafsu!"
Xie Miaohan berseri-seri hatinya mendengar ini. Persepsinya terhadap Ren He membaik. Ia menepuk bahu siswa itu: "Sudah, kembalilah ke kelas dan persiapkan pelajaran!"
Batu yang menggantung di hatinya akhirnya terjatuh.
Ren He kembali ke kelas dan mulai bergosip: "Wali kelas cari kamu buat apa? Apa kamu salah lagi? Tidak, tadi dia terlihat cukup senang."
"Dia takut aku lompat lagi," kata Ren He santai. Saat itu Yang Xi menolehkan kepalanya melihatnya. Bukankah pertemuan pertama mereka justru saat Ren He melompat dari gedung?
Sejujurnya, dia juga tidak tahu kenapa Ren He melompat. Dengan rasa ingin tahu Yang Xi bertanya: "Apa kamu sedang main olahraga ekstrem?"
Hah, akhirnya ada yang menyebutnya olahraga ekstrem bukan sekadar lompat gedung. Tapi Ren He menjelaskan: "Sebenarnya, aku bukan main olahraga ekstrem, tapi sedang mempertaruhkan nyawa menyelesaikan misi..."
Tak ada yang paham apa maksud sebenarnya dari "misi" yang disebut-sebut Ren He.
Keesokan harinya, Kepala Liu yang sedang santai minum teh dan baca koran tiba-tiba teringat urusan kemarin dengan wali kelas Xie Miao Han. Dia letakkan koran dan bergegas ke kantor Xie: "Lao Xie, bagaimana hasil pembicaraanmu dengan dia kemarin?"
“Hahaha maksudmu ini,” Xie Miaohan tertawa: “Sebenarnya siswa ini cukup mengerti, baru saja saya mulai mendidik dia langsung paham, segera berjanji takkan lagi melakukan hal berbahaya, tenang saja!”
“Baguslah baguslah, kalau dia benar-benar celaka di sekolah, kita berdua takkan bisa lepas tangan, seumur hidup hancur di sini!” Direktur Liu lega tertawa riang, namun, di detik berikutnya, ekspresinya tiba-tiba membeku, memandang ke gedung sekolah seberang di luar jendela...
Di lantai dua sana sedang ada seorang pemuda merayap naik menggunakan jeruji pengaman, matanya sudah mengincar lantai tiga...
“Brengsek Lao Xie, pendidikanmu kemarin sampah!” Direktur Liu langsung ngompol, bukankah yang merangkak itu Ren He?!
Xie Miaohan tiba-tiba memalingkan kepala ke jendela, sama seperti Kepala Liu, seluruh tubuhnya hampir collapse total. Janji tidak melakukan tindakan berbahaya lagi mana? Janji hanya kesalahan sesaat mana?! Tapi di detik ini Xie Miaohan teringat perkataan Ren He: "PASTI tidak akan lompat dari atas lagi!"
Rupanya brengsek maksud tersiratnya adalah ganti jenis kegiatan!
Kemarin aku sampai mengira murid ini bagus, bagus apa itu brengsek!
Di bawah gedung sekolah telah berkumpul lautan siswa menyaksikan Ren He memanjat tanpa alat. Beberapa siswi menutup mulut ketakutan, takut Ren He jatuh. Sementara beberapa orang mulai berpikir: "Murid ini keren abis..."
Yang Xi, Xu Nuo, dan Duan Xiaolou yang pertama sadar segera berlari ke lantai tiga yang belum dipanjat Ren He. Saat Ren He mendekat, mereka menjulurkan tangan: "Tangkap tangan kami!"
Ren He berteriak: "Minggir! Minggir semua!"
Sistem Hukuman Langit memang mensyaratkan pendakian tanpa bantuan kekuatan eksternal. Aku sudah susah payah memanjat sampai sini, kalau dibantu mereka bukannya semua usahaku sia-sia?
"Jangan ikut campur ya, aku bisa kok! Minggir-minggir, aku mau naik!" teriak Ren He panik.
Xu Nuo bingung, baru tenang dua hari ini dia bikin ulah lagi. Lah kok malah nggak mau dibantu?!
