Memori super? Hadiah macam apa ini?
Ren He merasakan dengan seksama, seolah-olah semua tambang permata ingatan yang terbenam dalam debu waktu telah digali dan ditata mencolok di berbagai ruang, siap ia akses kapan saja melalui Penyesuaian.
Bahkan mencakup pinyin dan karakter Han yang pernah dipelajarinya saat TK!
Memori manusia pada umumnya terbatas. Sekalipun suatu keterampilan dikuasai dengan kemahiran tinggi, setelah ditinggalkan beberapa waktu akan muncul kembali ketidaklancaran - hal ini tak terhindarkan. Domain otak manusia sangat maju, namun pemanfaatannya sendiri belum optimal. Sebagian ingatan terkubur di kedalaman paling gelap otak. Hadiah memori super ini secara paksa menarik semua ingatan terkubur Ren He ke permukaan.
Dan tidak akan pernah terlupakan lagi.
Ren He merasa sedikit ragu, hadiah ini sepertinya terlalu kuat. Ingatan ini bahkan termanifestasi hingga ia secara tak sengaja melewati suatu tempat bisa mengingat sepenuhnya pemandangan saat itu: berapa orang, baju apa yang mereka kenakan, semua perkataan orang tersimpan rapi di sana menunggu untuk dibacanya.
Ngapain sih Sistem Hukuman Langit tiba-tiba kasih hadiah begini? Jangan-jangan takut aku lupa karya klasik dunia paralel?! Dulu ingatan Ren He memang kuat, tapi tidak sampai segini. Sekarang semua literatur terkenal yang pernah dibacanya bisa diingat persis tanpa salah satu huruf pun.
Apa mungkin memanfaatkanku untuk menyempurnakan lintasan perkembangan sastra dunia ini adalah hal yang paling diinginkan Sistem Hukuman Langit?
Ngapain juga lu ngeluarin misi hukuman brengsek! Waduh!
Ren He bernegosiasi dengan Sistem Hukuman Langit dalam pikirannya: "Begini, lu punya kebutuhan, aku juga punya. Mending misi hukuman itu dibatalkan, nanti aku bakal tiap hari contek..."
Namun Sistem Hukuman Langit tidak menjawabnya. Ren He tiba-tiba menyadari: pihak itu tidak perlu berunding dengannya! Persis seperti saat lagu "Bintang Tercerah di Langit Malam" lahir, pihak itu akan secara proaktif mengeluarkan misi penciptaan!
Sialan...
Tapi mendapatkan hadiah tetaplah hal baik, harusnya bersukacita. Dengan begini, ia tak perlu khawatir karya-karya klasik itu menghilang dari otaknya.
Guru bahasa masuk sambil meletakkan tumpukan kertas ujian di meja: "Hari ini kita tinjau hasil ujian. Kalian sudah tahu nilai bulan lalu. Siswa yang tertinggal harus memperkuat dasar, jangan terus kehilangan poin di soal kecil!"
Dalam ujian kali ini, semua guru bawah sadar mengabaikan kertas ujian Ren He dan Xu Nu. Peningkatan nilai kedua siswa ini terlalu mistis, sulit dipercaya bukan hasil contekkan.
Guru Bahasa Tionghoa berkata: "Nilai tertinggi ujian kali ini adalah wakil ketua kelas Liu Yinghai. Bagian soal kecil di depan tidak kehilangan satu Fen pun, esainya juga ditulis sangat luar biasa dengan perspektif unik tentang perlindungan lingkungan. Dengan esai seperti ini, guru pun akan malu jika tidak memberinya nilai tinggi. Ayo, Liu Yinghai bacakan esaimu untuk semua!"
Ren He awalnya tidak merasakan apa-apa, namun saat Liu Yinghai membawa kertas ujian berdiri di podium, tiba-tiba ia teringat sesuatu... Ramuan Air Mata...
Liu Yinghaipun mulai membacakan dengan nada puas di hadapan kelas: "Judul: Jiwa Bumi."
Tapi tepat di saat itu, air mata Liu Yinghai tiba-tiba mengalir deras. Seluruh tubuhnya tersedu-sedu tak karuan, tak bisa mengucapkan satu kata pun lagi.
Ren He segera bertepuk tangan: "Waduh, perasaannya benar-benar meluap-luap! Esai yang BAGUS!"
Liu Yinghai menatap Ren He dengan wajahnya basah oleh air mata sambil menangis histeris, air matanya muncrat seperti air mancur. Melihat ini, Ren He sendiri tertegun sejenak, "Brengsek, obat air mata ini cukup sakti ya, sampai air mata disemburkan..."
Produk Sistem Hukuman Langit, ternyata memang barang berkualitas tinggi...
Seluruh kelas dengan bingung ikut bertepuk tangan bersama Ren He. Mereka mulai bertanya-tanya... Ada apa ini? Membaca esek saja sampai terlarut dalam peran seperti itu?
Guru bahasa juga agak kebingungan. Ia segera menghibur Liu Yinghai: "Ha-ha, sepertinya wakil ketua kelas kita benar-benar mencurahkan perasaan saat menulis esai ini. Ini bagus! Menulis harus bisa menyentuh diri sendiri dulu sebelum menyentuh orang lain! Sudah, jangan menangis lagi, segera bacakan untuk semua!"
Hasilnya, tangisan Liu Yinghai sama sekali tak bisa berhenti. Ini sudah di luar kendalinya sendiri.
Awalnya pelajaran bahasa yang baik-baik saja, Liu Yinghai menangis selama lebih dari 20 menit, hampir pingsan karena tangisan histerisnya, membuat guru bahasa ketakutan. Brengsek ini sampai meninggalkan bayangan hidup di hati, bisakah siswa membacakan esai dengan normal lagi di masa depan?!
Selama periode ini, Ren He memimpin tepuk tangan sebanyak 5 kali, setiap kali suara tepuk tangan terdengar, Liu Yinghai langsung berseru sambil menangis histeris dengan ekspresi ingin mati...
Guru bahasa akhirnya terpaksa menyuruh Liu Yinghai kembali ke kursinya. Sekarang dia sangat kesal dengan Ren He yang seenaknya memprovokasi keramaian. Saat Liu Yinghai kembali ke kursi, guru bahasa berkata dengan wajah dingin: "Ren He!"
Ren He yang sedang asyik bertepuk tangan tiba-tiba mendengar guru memanggilnya, secara bawah sadar langsung berdiri: "Hah? Bukan aku yang melakukannya!"
Seluruh siswa di bawah langsung collapse total karena tertawa.
"Hahaha, mati ketawa aku!"
"Hahaha, reaksi macam apa ini..."
Namun tak seorang pun benar-benar mengaitkan peristiwa tangisan tersedu-sedu Liu Yinghai kali ini dengan Ren He. Sebab jika memang Ren He yang melakukannya, itu sudah melampaui pengetahuan umum yang wajar. Tapi Liu Yinghai sekarang membenci Ren He hingga ke tulang sumsum, setiap tepuk tangan yang dipimpin Ren He terasa seperti golok yang mengoyak hatinya.
Di masa remaja, membuat seseorang kehilangan harga diri itu bagaikan permusuhan layaknya membunuh ayah sendiri!
Namun saat kelas berakhir, Ren He melihat pandangan penuh kebencian darinya tapi tidak terlalu mempedulikannya. Hanya seorang anak kecil yang tiba-tiba mulai melawanku tanpa alasan, lagi gabut ya? Ren He ini kalau sudah menyimpan dendam, bahkan dirinya sendiri takut...
Ramuan air mata masih punya dua kali pakai. Ren He yakin Sistem Hukuman Langit harusnya memberi hadiah sepuluh kali baru puas...
Namun setelah hadiah memori super ini dirilis, Ren He sudah menyadari sebuah masalah: bahkan jika dirinya ingin menghentikan Sistem Hukuman Langit, sistem itu tidak akan membiarkannya berhenti. Semalam, hanya dengan mengucapkan satu Kutipan Chairman Mao saja langsung diberi misi - ini jelas peringatan...
Pada malam hari Ren He tetap pergi ke atap gedung rumah Yang Xi untuk berlatih lagu bersama. Ren He cukup menikmati proses bertahap ini. Jika dipikir, apakah nanti dia bisa menciptakan seorang Ratu Musik? Itu juga akan menjadi pencapaian yang membanggakan...
Jarak rumah Yang Xi dari rumahnya sekitar 7-8 kilometer. Seperti biasa, malam itu Yang En memanggilnya untuk makan di rumah mereka. Kemudian dia memutuskan untuk mulai lari pulang saja ke rumah, sehingga tidak perlu lagi melakukan lari malam.
Tiba waktu lari malam, Duan Xiaolou turun tepat waktu. Semalaman dia menunggu di lantai bawah, namun siluet Ren He tak kunjung terlihat. Dia sendiri tak mengerti mengapa harus menunggu, hanya saja perasaan hatinya sedikit kecewa.
Seolah-olah sesuatu yang penting telah terlewatkan begitu saja.
