Keesokan harinya berita tentang Ren He membeli mobil mewah langsung muncul di koran. Koran tersebut tidak mengungkapkan informasi identitas sebenarnya Ren He. Sebenarnya banyak orang yang membeli mobil, termasuk mobil mewah. Meskipun Luocheng merupakan kota kecil, bukan berarti daerah miskin.
Namun peristiwa ini bisa masuk koran sepenuhnya karena usia Ren He yang terlalu muda. Judul korannya berbunyi: Siswa SMP Beli Mobil Mewah Senilai 2,84 Juta Tunai!
"Wuih..." Pagi itu Ren He merasa geli di selangkangan saat membaca Luocheng Daily. Sepertinya sejak terlahir kembali, ini sudah kedua kalinya namanya muncul di berita? Di era ini media televisi dan cetak masih belum mengalami penurunan, jadi begitu terbit di koran, hampir seluruh kota langsung tahu.
Peristiwa siswa SMP membeli mobil mewah seketika menjadi berita paling menarik di Luocheng. Warga ramai-ramai berspekulasi "Siapakah Dia?", sementara media berduyun-duyun mendatangi dealer 4S untuk mencari informasi tentang siswa SMP ini. Namun Jiang Zhouzi telah menjaga kontrak dan segala data terkait Ren He dengan sangat rapi.
Seluruh siswa di kelas sedang membahas identitas siswa SMP ini. Bahkan ada yang menduga Liu Yinghai, mengingat gaya hidupnya yang mewah sehari-hari. Namun Liu Yinghai hanya tersenyum, digerakkan rasa ingin dipuji sehingga tidak mengakui maupun menyangkal.
Siapakah sebenarnya?
Hanya Duan Xiaolou yang tahu - di belakangnya ada Ren He yang santai mengobrol dan membual bersama si pria gemuk Xu Nuo.
Sementara Ren He sedang merenungkan cara menyelesaikan tiga tugas terbatas waktunya. Pagi tadi dia mencoba, ternyata gerakan berjongkoknya masih kurang beberapa hitungan untuk menyelesaikan. Ini membuktikan teorinya: ketiga misi ini dirancang berdasarkan batas maksimal tubuhnya saat ini.
Dia memutuskan malam ini akan mencoba lagi misi mendaki lima lantai dalam 5 menit, karena Ren He merasa ini yang paling sulit diselesaikan di antara ketiganya.
Tiba-tiba seseorang berbisik di kelas: "Kalian tahu tidak, wali kelas kita akan diganti!"
"Ganti wali kelas?" Seorang siswa tertegun. "Bagaimana dengan Lao Xie Xie Miaohan?"
“Dia dipindahkan ke bagian SMA mengajar matematika, kabarnya wali kelas baru kita ini dulunya guru paling galak di SMA, mengajar bahasa Mandarin, namanya Li Luohe!”
“Kok aku belum pernah dengar? Seberapa galak sih?”
“Yang pasti murid-muridnya dulu pada takut. Sekarang dia sudah pensiun, tapi dikontrak kembali sekolah...”
Hah, Ren He mendengar ini justru merasa keputusan sekolah cukup bijak. Sebelumnya Kepala Liu dan Xie Miao Han terus memantau gerak-geriknya. Sebenarnya dia sangat memahami pola pikir mereka - takut kalau dia langsung Gua (tewas) di sekolah sehingga Lao Ren menyalahkan mereka. Bahkan jika Lao Ren tidak marah, pasti ada yang akan menepuk kuda Lao Ren untuk menghukum mereka.
Kekuasaan memang begitu, secara alami akan membuat banyak orang mengitari dan melayanimu.
Kepala Liu meski terlihat tua sebenarnya baru 40-an. Kariernya masih ada ruang untuk naik, sedangkan Xie Miao Han tidak bisa menahan tekanan itu...
Ren He tidak bermaksud melawan sekolah, bukannya tidak ada kerjaan, kuncinya dia juga agak terjebak keadaan.
Sedikit memalukan untuk dikatakan...
Alasan memilih guru pensiunan yang dikontrak kembali, pertama generasi itu lebih punya rasa tanggung jawab, kedua mereka sudah pensiun dan hanya ingin cari tambahan gaji, sebenarnya sudah tidak punya ambisi. Jika terjadi masalah, mereka langsung mengaku bertanggung jawab lalu pulang menikmati masa tua.
Apa yang bisa kau lakukan pada orang tua seperti ini?
Inilah kambing hitam terbaik...
Cerdik sekali...
Saat Ren He sedang berpikir, tiba-tiba ada teman berteriak di luar: "Ren He, Kepala Liu menyuruhmu ke kantor urusan akademik!"
Untuk apa Lao Liu memanggilnya? Ren He buru-buru berlari kecil. Begitu masuk kantor, dia melihat seorang pria tua kurus namun beraura karismatik berdiri di samping Kepala Liu. Mata pria itu sangat tajam, tapi entah mengapa, Ren He merasa tatapannya seperti sedang mengawasi narapidana...
Kepala Liu tersenyum: "Siswa Ren He, ini adalah wali kelas baru kalian, Guru Li Luohe."
"Selamat pagi, Guru Li," kata Ren He dengan sopan.
Tiba-tiba Kepala Liu mengaku ada urusan dan keluar. Li Luohe menatap tajam Ren He lalu berkata dengan tenang: "Saya yang menyuruh Kepala Liu memanggilmu. Sebelum menjadi wali kelasmu, saya sudah mendengar kabarmu. Ingin mengobrol sebentar."
Ren He mengerutkan kening. Orang tua ini benar-benar tidak berusaha bersikap sopan. Ia tetap menjawab santun: "Silakan, Bapak bicara saja."
Li Luohe mengangguk: "Xiao Xie saat baru jadi guru pernah sekantor denganku. Kau bisa memaksanya mengundurkan diri secara sukarela memang suatu kemampuan. Tapi sebagai murid, tugas utamamu adalah belajar, bukan melakukan hal-hal yang mencari perhatian. Mengerti maksudku?"
Ren He tertawa, "Ini mau apa? Sangat menargetkanku?" Ia berkata, "Tidak paham." Li Luohe benar-benar terbiasa bersikap otoriter. Sejujurnya Ren He sendiri tidak bermaksud menantang siapa pun atau membuat masalah. Makna ijazah baginya juga tidak terlalu besar, hanya saja kehidupan sekolah masih cukup dinikmatinya.
Banyak orang setelah beberapa tahun masuk masyarakat sebenarnya paling merindukan atau mengharapkan bisa kembali ke sekolah reguler. Ren He tidak terkecuali. Tapi Li Luohe yang baru kembali ini langsung menargetkannya, dan ia juga tidak merasa harus tunduk mengakui kesalahan pada siapa pun.
Li Luohe mengerutkan kening, "Tidak paham? Aku tahu latar belakangmu kuat, tapi di sekolah kau tetap murid. Jangan lakukan hal-hal yang mencari perhatian publik. Aku sudah hampir masuk peti mati, orang lain mungkin masih khawatir, tapi aku tidak."
“Tapi harap Guru pahami, saya tidak mencari sensasi. Meskipun Guru sangat bertanggung jawab, ini tidak berarti metode pengajaran Guru benar. Saya tidak merasa tindakan guru yang langsung memberikan kesan menakutkan kepada murid saat pertama bertemu merupakan hal yang hebat. Mungkin Guru sudah terbiasa dengan rasa segan murid, sehingga langsung menyetujui ketika sekolah merekrut kembali Guru. Ini sangat memuaskan rasa ego Guru... Masih perlu saya lanjutkan?” Ren He tersenyum: “Untuk ke depannya, saya berharap kita bisa berhubungan baik. Tapi kabarnya meskipun Guru ahli dalam mengatur murid, kualitas mengajar Guru kurang memuaskan...”
Li Luohe gemetar marah, bawah sadarnya mencari benda di sekitarnya untuk menghukum Ren He. Tapi Ren He sudah berbalik pergi: “Jika Guru memiliki etika mengajar, semua orang akan menghormati Guru. Tapi hukuman fisik bukanlah kemampuan yang pantas dimiliki seorang guru.”
Sejak pagi Ren He sudah mendengar kabar, orang tua ini langsung menghukum fisik murid jika tidak sepaham. Sebelumnya karena usianya yang sudah lanjut, tidak ada yang berani melawan. Dia bahkan pernah mempermalukan seorang gadis sampai harus pindah sekolah, ini jelas tidak seharusnya.
Ren He di kehidupan sebelumnya saat SD punya guru matematika bernama Wu Hongpu yang tak pernah menghukum fisik murid, bersifat humoris, pandai berteman dengan siswa. Namun dua tahun setelah Ren He lulus, guru tersebut berpulang karena kanker paru-paru. Yang ia hormati adalah guru seperti ini, bukan Li Luohe.
Ada yang bilang guru adalah orangtua di sekolah, tapi Ren He tak pernah setuju dengan pandangan ini. Yang beretika layak disebut guru, yang tak beretika hanyalah pegawai sekolah.
