Li Luohe yang telah mengajar lebih dari empat puluh tahun, baru pertama kali merasakan ketidakberdayaan. Dulu meski dengan dalih bimbingan ia pura-pura tak sengaja menyentuh tubuh siswi, korban pun tak berani protes. Namun saat ini, ia merasa yang dihadapannya bukan lagi siswa SMP, melainkan binatang buas!
Kecerdikan dan ketenangan Ren He membuatnya merasakan tekanan hebat. Murid ini benar-benar sulit dihadapi!
Saat Ren He meletakkan meja setelah jongkok, Li Luohe tanpa alasan jelas tiba-tiba lega. Akhirnya berhenti.
Tapi! Persis ketika ia hendak melanjutkan bicara, Ren He mulai melakukan push-up lagi...
Sudah selesai atau belum? Hah? Sudah selesai atau belum?
Li Luohe menggoyangkan tubuhnya sendiri karena marah, lalu langsung berbalik pergi. "Mata tak melihat, hati tak resah!" Tiba-tiba ia mulai meragukan keputusan menyetujui pemanggilan kembali oleh sekolah. Dulu saat mendengar kabar akan dipanggil kembali, betapa gagahnya dirinya...
Belum lama Li Luohe pergi, Ren He sudah bangkit berdiri. Dua misi terbatas waktu selesai lebih cepat dari jadwal! Inilah kekuatan poin fisik yang dihadiahkan! Ren He bahkan merasa dirinya sudah bisa menantang rekor dunia push-up, meski mengejar rekor semacam itu tak ada artinya. Penantang rekor dunia biasanya punya motivasi berbeda: ada yang ingin membuktikan diri, ada yang ingin terkenal untuk cari untung dari pertunjukan, dll.
Tapi Ren He tak butuh itu semua. Ia tak perlu ketenaran, juga tak perlu membuktikan diri pada orang lain.
"Inang menyelesaikan misi terbatas waktu, hadiah: ramuan muntah, dapat digunakan 3 kali!"
"Inang menyelesaikan misi terbatas waktu, hadiah: teknik gitar (ahli Larangan)!"
Waduh, Ren He merasa kejutan dan sukacita saat mendengar ramuan muntah. Benda ini pernah dia gunakan, benar-benar efektif untuk mengganggu orang! Sebelumnya dia merasa sayang sekali setelah habis dipakai, jumlah penggunaannya kurang. Hasilnya sekarang dapat tambahan 3 kali lagi.
Tapi hadiah kedua agak seperti tulang ayam. Tentu saja hadiah ini membuktikan padanya bahwa beberapa teknik yang diberikan Sistem Hukuman Langit memang memiliki tingkat perbedaan. Ini juga menjelaskan mengapa hadiah pengetahuan teori musik hanya bisa untuk menulis partitur dan membaca notasi. Ingin menciptakan lagu baru dengan kemampuannya sendiri? Itu mustahil.
Tapi Ren He menyadari hadiah pengetahuan teori musik tidak mungkin dilanjutkan. Kalau tidak, bukankah dia bisa menulis lagu? Lalu untuk apa Sistem Hukuman Langit masih membutuhkannya?
Hadiah dari Sistem Hukuman Langit seharusnya juga ada batasannya.
Sekarang tiga misi telah berhasil diselesaikan, batu besar di hati Ren He akhirnya bisa diturunkan. Sebelumnya, membawa tugas di pundak terasa seperti berhutang uang pada orang lain. Ngomong-ngomong, sepeda custom pesanannya juga hampir selesai bukan? Begitu sepeda itu kembali, langsung pergi touring deh.
Uang di kantong Ren He tinggal tersisa seribu lebih yuan. Sebelum honorarium berikutnya cair, statusnya tetap jadi orang miskin. Jarak waktu hingga pencairan honorarium masih sekitar dua minggu lagi.
Kecepatan mendapatkan uang masih terlalu lambat. Apa perlu membuka sumber pendapatan baru? Di kehidupan sebelumnya, siapa penulis favorit Ren He? Banyak, tapi jika harus memilih satu yang paling dikagumi, pasti Jiang Nan - penulis "Catatan Kabut Sembilan Negeri" dan "Klan Naga"!
Masalahnya, kebiasaan terburuk Jiang Nan adalah menggali lubang tanpa menutupnya. Bahkan Ren He sendiri brengsek belum melihat akhir dari novel "Klan Naga" ini. Jika harus meneruskan dan menyelesaikan karya seperti itu, itu kemustahilan mutlak. Menulis novel putih untuk latihan level up masih bisa diusahakan, tapi meneruskan mahakarya seperti "Klan Naga"? Ren He cukup punya kesadaran diri tentang hal ini.
Harus menulis buku apa sekarang?
Tiba-tiba Ren He teringat penulis lain yang juga sangat ia sukai: Feng Ge! Di antara penulis novel wuxia baru Tiongkok, Feng Ge adalah satu-satunya yang dijuluki "Penyangga Utama Era Pasca-Jin Yong". Karya utamanya meliputi Kunlun, Cang Hai, dan Ling Fei Jing. Gaya tulisannya megah dan epik, khususnya mahir dalam penyusunan struktur dan pengembangan klimaks. Karya wuxianya meniru kedalaman Jin Yong, namun juga memiliki inovasi tersendiri.
Harus diakui, Feng Ge dan Jiang Nan adalah dua penulis yang menemani Ren He sepanjang SMP dan SMA. Yang terpenting, sebelum perjalanan waktunya, trilogi Kunlun, Cang Hai, dan Ling Fei Jing sudah lengkap dituntaskan!
Inilah trilogi Shan Hai Jing yang legendaris, bisa disebut sebagai karya klasik wuxia postmodern! Di dunia paralel dengan tingkat hiburan yang tertinggal ini, dengan menghadirkan trilogi ini, bukan tidak mungkin Ren He akan menjadi Jin Yong di era modern...
Nanti adaptasi film dan drama TV pasti bak air pasang yang tak henti?
Dalam hal platform penerbitan, Ren He tetap berencana bekerja sama dengan Zhou Wumeng. Meski Koran Ibukota mustahil menerbitkan cerita silat secara berseri, namun Kelompok Media Ibukota memiliki banyak platform turunan termasuk majalah silat terbesar nasional "Jin Gu Wuxia ( Masa Kini dan Kuno)".
Ia menelepon Zhou Wumeng: "Lao Zhou, saya punya karya baru, apakah Anda mau?"
"Karya baru?" Zhou Wumeng langsung bersemangat: "Seperti San Zi Jing?"
"Ehem, bukan, ini novel silat..." jelas Ren He.
Zhou Wumeng nyaris tersedak ludah: "Benda apa ini?"
"Anda tidak salah dengar, ini memang novel silat..."
"Lalu kenapa kamu kirim ke saya?!" Nada bicara Zhou Wumeng penuh frustrasi.
"Hmm, bukankah hubungan kita baik? Kan di bawah Kelompok Media Ibukota ada majalah Jin Gu Wuxia?" Ren He mencoba mendekati.
"Kamu nganggur nulis novel wuxia buat apa? Sekalipun tujuannya cari uang, wuxia bukan pilihan utama! Meski Majalah Wuxia Kuno-Modern sekarang jadi majalah wuxia terbesar, tapi kalau dibanding majalah lain, oplahnya masih terlalu sedikit!" Zhou Wumeng berkata dengan kesal.
"Makanya aku datang buat nyelamatin oplah kita," Ren He yakin betul di era ini novel Kunlun pasti bakal laris. Dulu waktu SMP, novel ini benar-benar menggemparkan seantero negeri, dan sangat cocok untuk diadaptasi jadi film!
"Pede amat?" Zhou Wumeng penasaran bertanya.
"Iya, memang sepede ini," Ren He terkekeh. Novel wuxia sekarang menurutnya biasa-biasa saja, alur ceritanya kurang berliku, imajinasinya juga kurang kaya!
Dengan Kunlun sebagai pembuka, dari segi mana pun bisa dibilang hampir sempurna.
"Kirim ke sini buat saya baca."
"Kan kita sudah di abad ke-21, kasih alamat email saja biar saya kirim."
Zhou Wumeng mengangkat alis di seberang telepon: "Apa, kira saya tidak mengikuti zaman?"
"Tidak mungkin," Ren He buru-buru membuat situasi lebih baik: "Cepat berikan email ke ponsel saya, dua hari ini akan saya kirimkan."
"Baik, saya ingin lihat seperti apa novel silat yang kau banggakan ini," Zhou Wumeng menggantungkan telepon dengan kesal. Saat mendengar ada karya baru, ia mengira Ren He menulis karya klasik lagi, ternyata anak ini beralih ke novel silat.
Jika ia tahu Ren He masih menulis novel putih di Shengshi Zhongwenwang, mungkin akan langsung datang ke Luocheng untuk berdiskusi...
