Li Luohe benar-benar gila. Biasanya tidak ada masalah, hanya tidak tahan melihat orang muntah, juga tidak tahan melihat orang di luar jendela. Begitu ada orang lewat di luar jendela, dia langsung berteriak histeris ada hantu...
Dengan begini dia memang tidak bisa lagi jadi wali kelas. Sementara untuk posisi wali kelas 3-2, sama sekali tidak ada yang mau mengambil alih. Jadi untuk sementara posisi itu dibiarkan kosong.
Dan karena sekarang seluruh sekolah sedang ramai membicarakan bahwa banyaknya kejadian di kelas 2 tingkat tiga sepenuhnya disebabkan feng shui ruangan yang buruk, serta pernah ada siswa yang bunuh diri di kelas ini, sehingga muncul berbagai kejadian aneh bahkan sampai wali kelasnya jadi gila!
Hal ini membuat seluruh siswa kelas 2 tingkat tiga gelisah. Mereka merasa takut saat belajar di kelas, khawatir akan bernasib sama seperti Liu Yinghai... Kabarnya keluarga Liu Yinghai sudah membawanya ke Kuil Kuda Putih untuk mengadakan ritual pembersihan...
Namun Ren He tahu, sama sekali tidak ada masalah feng shui maupun kasus bunuh diri di kelas itu. Pada akhirnya, sekolah pun menyerah menghadapi tekanan dan langsung memindahkan kelas 2 tingkat tiga ke ruangan baru, meninggalkan ruang kelas lama yang kini kosong.
Dalam sekejap, kelas 2 tingkat tiga menjadi legenda di sekolah dengan berbagai versi cerita yang beredar...
Tentu saja, setelah peristiwa gaib perlahan mereda, yang paling banyak dibahas adalah tentang Ren He. Mereka akhirnya menyadari satu hal: Ren He benar-benar jempolan!
Coba pikir, berapa banyak hal yang telah ia mainkan selama ini? Ini semua adalah hal-hal yang bahkan tak terbayangkan oleh siswa biasa!
Namun setelah kejadian ini, Ren He benar-benar menghilang dari pandangan semua orang, seolah-olah ia tiba-tiba bertobat dari kenakalannya. Bahkan Yang Xi jelas merasakan: Ren He sekarang jarang menemaninya ke atap gedung untuk berlatih bernyanyi, pulang sekolah pun selalu buru-buru pulang ke rumah.
Dalam hari-hari tanpa kehadiran Ren He, Yang Xi tiba-tiba merasa hidupnya seperti kehilangan sesuatu. Latihan bernyanyi tak lagi semenarik dulu, terkadang saat duduk di atap gedung ia bisa terdiam dengan tatapan kosong lama.
Apakah semua ini hanya khayalannya semata? Yang Xi yakin tidak.
Tapi mengapa Ren He seakan ingin benar-benar menghilang dari dunianya?
Untuk pertama kalinya Yang Xi mulai dilanda keraguan dan kekhawatiran. Pada suatu momen di atap gedung saat mendengar dentang langkah kaki, ia bahkan mengira itu Ren He yang datang mencarinya.
Tapi tak ada apa-apa.
Tiba-tiba Yang Xi teringat saat Ren He sebelumnya menelepon dan mengaku pernah menulis sebuah novel. Jangan-jangan dia sibuk menulis? Menurut Ren He, novel itu saat ini hanya beredar di area Jing-Jin-Ji, jadi Yang Xi juga tidak tahu seperti apa sebenarnya novel tersebut.
Tapi dia berencana bertanya kepada teman-temannya, apakah mereka pernah membaca novel itu sekaligus meminta mereka mengirimkan satu eksemplar untuknya.
Perasaan ini bagai ketika kau bertemu seseorang yang membuat hatimu tak tenang di suatu hari. Segala hal dalam hidupmu seakan terhubung dengannya. Kau akan diam-diam membaca semua curahan hatinya, bahkan membaca tanda tangan uniknya. Bukan untuk alasan lain, hanya ingin memahami dunianya saja.
Yang Xi mengangkat ponsel dan memutar nomor. Suara di seberang garis menjawab: "Halo, Xiao Xi, kau juga proaktif meneleponku ya?"
“Di seberang telepon adalah seorang gadis, suaranya cerah dan lincah. Dia berbicara cepat seperti rentetan mercon: ‘Kepindahan sekolahmu terlalu mendadak, sama sekali tidak memberitahu kami! Li Muxi sekarang sedang menderita kesedihan yang mendalam, bilang akan pergi ke Luocheng mencari kamu. Dulu kamu juga tidak pernah bicara sepatah kata pun padanya, malah membuatnya terbuai sepenuhnya.’”
Yang Xi merenung sejenak lalu tiba-tiba seolah membuat keputusan: “Tolong sampaikan padanya, aku sudah punya pacar.”
“Aduh, masa sih? Dewi kita direbut pemuda Luocheng?”
“Song Ci jangan berisik dulu. Aku ada yang mau tanya, pernah dengar novel berjudul Kunlun?” Yang Xi memotong ucapan Song Ci, langsung menyampaikan tujuannya.
Hasilnya di seberang langsung berseru penuh kejutan dan sukacita: "Kau juga sudah tahu tentang Kunlun? Wah, novel bagus memang menyebar cepat! Kukira saat ini cuma daerah Beijing-Tianjin-Hebei yang tahu novel ini. Kau tidak tahu, teman-teman sekelas kita pada gila-gilaan baca novel ini! Setiap hari mereka ngomong mau cari kesempatan, jadi pahlawan pembela keadilan. Brengsek, kekanak-kanakan banget!"
Yang Xi jelas-jelas tidak menyangka jawaban yang diterimanya seperti ini. Dalam bayangannya, novel silat biasa saja. Dulu ia sempat menyesali bakat Ren He yang terbuang sia-sia. Tapi ternyata, bakat Ren He sepertinya tidak terbatas hanya di bidang musik!
Yang Xi terhenti sejenak lalu bertanya: "Benarkah sebagus yang kau katakan itu?"
“Ini kamu tidak tahu ya, awalnya Kunlun dimuat berseri di Koran Ibukota. Kabarnya Zhou Wumeng, kakeknya Zhou Muqi si gadis kecil itu, sendiri yang memilih novel ini! Setelah terbit edisi pertama, Kelompok Media Ibukota langsung dikepung pembaca. Mereka bawa spanduk bilang harus update Kunlun tiap hari, kalau tidak mau mati kelaparan di depan kantornya! Sekarang baru diubah jadi terbit setiap minggu 2、4、6, tiap chapter panjangnya bikin nagih. Kami sampai enggak main keluar lagi, cuma nunggu updatenya! Penulisnya siapa ya? Kok pakai nama samaran. Kalau ganteng aku pasti langsung serbu!”
Yang Xi diam. Dia tahu siapa penulisnya, tapi takkan diberitahukan ke siapapun. Rupanya Ren He mempublikasikan novelnya secara anonim, tapi dengan jujur memberitahunya. Mungkin dirinya salah satu dari sedikit yang tahu kebenaran?
Perasaan ini, agak manis rasanya.
Dia bisa menebak, mungkin Ren He sedang buru-buru menyelesaikan naskahnya? Pantasan saja tak punya waktu.
Tapi dia ingat Ren He pernah bilang akan membawa dirinya memulai rencananya saat liburan musim dingin, terkesan misterius, tapi dia mulai sangat berharap.
"Xiao Ci, koran berseri Kunlun, bisa kamu kirimkan untukku? Ke depannya juga tolong kirimkan setiap ada update."
"Bisa, mutlak tidak masalah! Nanti saya siapkan untuk Anda!" Song Ci menjawab dengan sumringah.
……
Sementara di sisi Ren He, sedang sibuk menyelesaikan naskah Kunlun dengan wajah memelas...
Zhou Wumeng sekarang menelepon dua kali sehari, pagi dan malam. Editor-in-chief Kelompok Media Ibukota yang langsung menagih naskah - tunjangan semacam ini tak terbayangkan oleh orang lain, tapi Ren He hampir stres. Dia harus update "Kitab Suci" sekaligus Kunlun, dosis mengetiknya di luar imajinasi!
Tapi ketika membayangkan bisa mengajak Yang Xi memulai rencananya saat liburan musim dingin, dia langsung ceria.
Telepon Zhou Wumeng kembali berdering, Ren He hampir collapse total: "Da Ye, Anda adalah kakak kandungku, saya akan tepat waktu mengirim naskah, tolong jangan dikejar-kejar lagi ya?"
"Ahem," Zhou Wumeng juga agak canggung: "Aku akan transfer honorariummu? Kamu telah bekerja keras belakangan ini, harus perhatikan nutrisi, sedang masa pertumbuhan tubuh."
Ren He langsung gemetar mendengarnya, kalau sibuk begini masih harus menyelesaikan misi, tidak perlu hidup! Buru-buru ia berkata: "Da Ye, jangan begitu! Berikan honorariumnya saat naskah Kunlun selesai. Nanti honorarium San Zi Jing sekalian, sekarang jangan diberikan dulu!"
Zhou Wumeng bingung mendengar ini, mana ada orang yang menolak uang? Apakah benar seperti kata Ren He sendiri, ia telah berubah menjadi manusia yang melepaskan diri dari kesenangan rendahan...?
Tapi Ren He juga berpikir, meski honorarium bisa diberikan sekaligus, tapi ketika menerima dua honorarium bersamaan, Sistem Hukuman Langit pasti akan menghitungnya sebagai dua misi alih-alih satu, karena itu bukan berasal dari buku yang sama.
