Pada detik ini, di mata Ren He, jika ada makhluk paling mengerikan di dunia ini selain ibunya sendiri... itu adalah ibu-ibu lain.
"Jika ini terjadi di usia 20-an, mungkin pandangan Ibu Yang Xi padaku takkan sebegitu memaksa. Tapi ini usia 16 tahun... Ini bukan soal bisnis atau statusnya, ini masalah pacaran dini!"
"Mama, kok Mama datang?" seru Yang Xi gembira. Dari nada bicaranya, Ren He bisa merasakan meski orang tua Yang Xi sudah bercerai, hubungan ibu-anak mereka tetap baik.
"Ayahmu bilang sedang dinas luar kota, jadi Mama akan membawamu ke ibukota untuk sementara waktu," kata Ibu Yang Xi dengan tenang. "Ini teman sekelasmu? Halo teman sekelas, Mama Yang Xi di sini. Terima kasih sudah mengantarkan Yang Xi pulang. Kamu juga cepat pulang, nanti keluargamu khawatir."
Waduh, medan energinya kuat sekali! Sekilas ucapan terima kasih, tapi sebenarnya isyarat untuk mengusir tamu. Seandainya Ren He benar-benar remaja 16 tahun, mungkin sudah terhempas mundur oleh tekanan ini. Tapi nyatanya bukan.
Di dalam hatinya sangat ingin melawan, mengekspresikan semangat pantang menyerah-nya, membuat pihak lain mengerti betapa sukacita-nya ia terhadap Yang Xi adalah tak peduli apapun, tak kenal lelah, dan tanpa keraguan. Namun... Ren He tersenyum: "Baik Tante, saya segera pulang."
Saat berbalik pergi, Ren He mulai merasa geli di selangkangan. Apakah liburan musim dingin ini harus dijalani sendirian? Melihat Yang Xi akan dibawa kembali ke ibukota, siapa bisa menghalangi ibu mertua membawa putrinya pulang kampung?
Sungguh tak berdaya...
Tidak benar... Senyum tipis mengembang di wajah Ren He. Yang Xi, kita bertemu di ibukota!
Meskipun pihak lain ditarik kembali ke ibukota, ia bisa mengejar ke sana! Rencananya tetap bisa dilaksanakan di ibukota, takkan terganggu!
Malam itu saat Yang Xi mengirim SMS kepada Ren He, Ren He langsung tahu bahwa ibu Yang Xi ternyata membawanya kembali ke ibukota pada malam itu juga, sama sekali tidak menetap di Luocheng. Menurut penjelasan Yang Xi, ibunya sangat sibuk dan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di ibukota, sehingga harus kembali pada malam itu juga.
Ren He sedang merenungkan rencananya tiba-tiba melihat SMS dari Yang Xi: "Kamu tidak marah, kan?"
"Tidak mungkin," Ren He membalas sambil tersenyum: "Tidur lebih awal, sampai jumpa besok."
Di sisi lain ponsel, Yang Xi tertegun. Apa maksudnya "sampai jumpa besok"? Apakah itu sekadar ucapan salah bicara, atau... Dia buru-buru mengirim SMS menanyakan apa yang akan dilakukan Ren He, tapi tidak ada balasan sama sekali, seolah Ren He sudah tertidur!
Ren He berbaring di tempat tidur sambil mempelajari: Jika besok pergi ke ibukota, misinya pasti akan tertunda lama. Lebih baik sekarang juga menyelesaikan misinya!
"Sekarang jam 12 malam, kebetulan setelah lari di pekarangan bisa langsung mengerjakan misi mendaki 1-7 lantai tanpa alat. Satu putaran pekarangan sekitar lima ratus meter lebih, artinya lari sepuluh putaran lebih dari cukup, secara sempurna!"
Ia membawa serbuk magnesium turun ke lantai dasar. Baru keluar dari pintu gedung, tiba-tiba melihat Duan Xiaolou masih berlari. Ren He berteriak memanggilnya: "Ini jam berapa masih lari?"
"Cuma iseng, lihat kamu semangat berolahraga, pengin belajar darimu," Duan Xiaolou tersenyum sambil menjawab.
Sebenarnya dia sendiri tak tahu mengapa tiba-tiba ingin lari, terus memutari lapangan berkali-kali. Hanya saja setiap teringat siluet tubuh Ren He yang sedang berlari sore hari setelah ujian itu, perasaannya jadi kompleks.
Rasanya seperti lawan bicara sudah memulai kehidupan baru, sementara dirinya masih bertahan di orbit yang sama. Dalam sekejap, dia pun ingin melakukan sebuah breakthrough.
Seolah jalan kepompong pecah mengeluarkan kupu-kupu sedang menanti di depan.
Duan Xiaolou tiba-tiba bertanya: "Eh, menurutmu, apakah kehidupan yang bisa dilihat ujungnya hanya dengan sekali pandang itu menyedihkan?"
Ren He berpikir sejenak: "Tergantung jenisnya. Kalau aku bisa langsung melihat bahwa seumur hidupku akan terus tajir, menurutku itu bagus juga..."
Duan Xiaolou bingung, kenapa jawabannya tidak sesuai skenario...
Tak lama kemudian Ren He tertawa: "Haha, aku bercanda. Aku paham maksudmu, tapi masalah ini pasti tak ada jawabannya. Siapa yang hidupnya bisa tetap sama selamanya? Ujungnya tak akan terlihat. Contohnya seseorang yang merencanakan hidupnya dengan baik dan selalu mulus - jadi ketua kelas di SMA, ketua OSIS di kampus, lulus langsung kerja di perusahaan Fortune 500, jadi eksekutif paruh baya..." Tiba-tiba suaranya berubah: "Lalu kena kanker."
Awalnya Duan Xiaolou merasa perkataan Ren He sangat sesuai dengan pemikirannya. Tapi mendengar kalimat terakhir, wajahnya langsung berubah gelap. Ending macam apa ini?! Bisakah kita ngobrol dengan normal?!
“Haha, yang ingin kusampaikan adalah langit memiliki angin dan awan tak terduga. Daripada memikirkan hal yang begitu jauh, lebih baik fokus menjadi dirimu yang sekarang,” kata Ren He dengan riang.
Duan Xiaolou tampak kesal. Ia berbalik dan melanjutkan lari. Saat Ren He sedang berpikir untuk meminta maaf - lagipula pertanyaan serius dijawabnya dengan tak serius - dari kejauhan terdengar suara Duan Xiaolou yang sedang berlari sambil tertawa: “Terima kasih.”
Hah, Ren He merasa Duan Xiaolou ini seakan akan akan berubah menjadi orang lain.
Tapi ucapan tadi pada Duan Xiaolou sejatinya merupakan isi hatinya. Filosfi kehidupan memang lelucon terbesar yang diberikan kehidupan pada manusia. Apapun pilihan benar atau salah, setelah diputuskan maka tak tersesali.
Tak ada ruang untuk mundur.
Merencanakan hidup sendiri apakah salah? Tapi rencananya selalu kalah dengan perubahan. Buat apa merencanakan sedetil itu?
Seorang kutu buku wanita yang telah merencanakan hidupnya, yang semula hendak memasuki masyarakat dengan penuh semangat, namun dalam sekejap mungkin berubah. Peralihan di tengah ini sangat mudah, hanya perlu memberikannya seorang pacar...
Rencana yang hancur memang sedikit mengecewakan, tapi Ren He merasa yang paling diperlukan saat ini adalah terus melaju tanpa ragu.
Sekali tekad terucap, ribuan gunung takkan menghalangi!
Seperti rencananya semula yang hendak membawa Yang Xi melakukan tindakan sembrono layaknya remaja kabur ke bulan untuk memperingati liburan musim dingin pertama setelah perjalanan waktunya, tapi dihancurkan dengan kejam oleh ibu mertua - pukulan dahsyat, efek robekan berdarah, plus pusing...
Namun yang bisa dilakukannya sekarang adalah menyetir pikap raksasanya yang tak proporsional, derum-derum menerjang ibukota!
Layaknya seorang Kesatria! Menuju kastil iblis raja untuk menyelamatkan kekasihnya!
Entah apakah ibu mertua tahu perumpamaan yang dibuat Ren He ini, mungkin akan memberinya pukulan yang lebih kejam lagi...
Ren He berlari di pekarangan, semuanya demi rencananya besok!
Sekarang mengerjakan misi sudah sangat lancar baginya, semua ini adalah tugas yang telah dia lakukan berkali-kali, bahkan ketika dikombinasikan pun tidak terlalu mengerikan. 20 menit kemudian, Ren He sudah berdiri penuh semangat di atap gedung lantai 7 memandang lentera keluarga Fang di Luocheng yang perlahan padam, perasaan lega yang belum pernah terjadi sebelumnya! Dia bersyukur atas kelahiran kembali kali ini, kalau tidak, mana mungkin dia berani menantang otoritas ibu mertua?
"Inang menyelesaikan misi, hadiah: Daya tarik +1."
"Aduh, hadiah macam apa ini?"
