“Inang berhasil menyelesaikan misi, hadiah: 3 meriam lelucon (tanpa daya penghancur).”
Inilah hadiah untuk misi kali ini? Ren He terpaku! Apa itu meriam lelucon? Ngapain pakai istilah keren, brengsek itu cuma kembang api! Buat apa dapat kembang api begini, apa Sistem Hukuman Langit Yang Tua ini sedang menyesuaikan suasana menyambut Tahun Baru Imlek, lalu memberi hadiah 3 kembang api untukku mainin?
Mainin telur anjing lah!
Suhu air 2°C, aku bertahan 5 menit di Sungai Luo sampai hampir mempertanyakan makna kehidupan, hasilnya cuma dapat 3 kembang api? Ren He curiga apakah sistem ini sengaja mengerjainya?!
Hadiah kali ini berbeda dengan ramuan muntah yang bersifat virtual. Di tangannya benar-benar muncul tiga benda sebesar lengan anak kecil yang terbungkus kertas kembang api warna-warni, terlihat cukup meriah...
Meriah telur anjing lah!
Ren He tidak puas. Sampai sekarang ia masih menggigil kedinginan sambil berjalan pulang. Hadiah ini benar-benar membuatnya tidak bisa menerima.
Begitu tiba di rumah, dengan kesal ia asal melemparkan tiga mercon di sebelah TV. Mandi air panas yang nyaman, lalu membuat sendiri semangkuk sup jahe dan memasak pangsung beku.
Harus diakui kondisi fisiknya sekarang benar-benar luar biasa. Meski sudah 5 menit dalam air sedingin itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda demam atau flu.
Tampaknya setelah poin fisik jauh melampaui manusia biasa mencapai 5.24, bahkan kekebalan tubuh juga meningkat proporsional.
Entah bagaimana kemampuan "hehehe"-nya...
Hehehe, Ren He malah tertawa sendiri saat membayangkannya.
Selama beberapa hari ia pergi, Ibu Ren dan Ayah Ren sama sekali tidak menyadarinya karena mereka sibuk di luar. Menjelang tahun baru, Lao Ren sibuk turun ke desa untuk survei dan memberi salam tahun baru kepada warga, sementara Ibu Ren sibuk dengan penyelesaian akhir tahun perusahaan, membagikan bonus kepada karyawan, mengadakan pertemuan tahunan, serta mengunjungi berbagai "hantu dan ular" di kantor pemerintah. Tentu saja, berkat "harga diri" Lao Ren, semuanya biasanya berjalan lancar.
Saat Tahun Baru Imlek tiba, mereka akan pulang untuk merayakannya. Pada momen itu, semua kerabat yang jarang berkomunikasi pun biasanya muncul.
Lao Ren adalah Lao Da di keluarga Ren, anak sulung. Ren He masih memiliki dua bibi dan dua paman dari pihak ayah. Sebagai cucu tertua dari anak sulung, acara makan malam tahun baru biasanya diadakan di rumah Ren He.
Di keluarga Ren, hierarki generasi sangat dijunjung. Setiap generasi memiliki karakter khusus dalam nama mereka. Contohnya, Ren He seharusnya termasuk generasi Li, sehingga nama aslinya seharusnya Ren Limin...
Tingkat kedekatannya dengan rakyat dari nama ini bisa disandingkan dengan ramuan muntah...
Akhirnya Ibu Ren yang merasa namanya terlalu jelek mengubahnya menjadi Ren He, yang melambangkan harmoni Waktu yang Tepat, Bumi, dan Manusia.
Berdasarkan hal ini, Ren He yakin ini pasti kakak kandung sejati, pasti banget.
Baru beberapa hari ini Ren He tahu dari Yang Xi bahwa Su Ruqing sempat hampir menelepon polisi malam ia lari seperti anjing kehilangan majikan, sekarang Ren He sudah masuk daftar hitam rumah tangga mereka.
Ren He merasakan ketakutan terlambat, untung pergi lebih awal...
Su Ruqing bahkan ingin memindahkan sekolah Yang Xi, tapi setelah akhirnya menghubungi Yang En yang sedang di luar negeri, rencana itu dibatalkan oleh Yang En...
Ren He berpikir setelah calon mertua kembali, harus minum dua gelas dengannya... Ia juga tidak mempertimbangkan apakah sang calon mertua mau minum dengannya.
Waktu tak terasa sampai akhir tahun, Lao Ren dan Ibu Ren dengan kecocokan hati pulang sehari sebelum Imlek. Tapi sebelum Ren He sempat senang, Ibu Ren langsung menariknya: "Uang angpao jangan dihambur-hamburin, dengar? Kasih ke ibu, ibu simpan buat besok kalau sudah gede."
Ren He menghirup napas dingin, jadi ibu cuma mikirin itu? Untung sekarang bisa cari uang sendiri, kalau tidak gimana bisa lewat tahun baru?!
Entah bagaimana dulu di kehidupan sebelumnya aku bisa bertahan...
Lalu masuk ke masa tegang persiapan kebutuhan tahun baru, bertiga sekeluarga lari ke supermarket beli ini itu, lihat apa saja harus dibeli sedikit untuk dibawa pulang.
Bukan karena Lao Ren dan Ibu Ren tidak bisa menyuruh bawahan menyiapkan, tapi keduanya juga sepaham bahwa karena jarang pulang, mempersiapkan sendiri bisa memberi sedikit nuansa tahun baru.
Saat pagi hari Tahun Baru, Ibu Ren bangun subuh mulai menggoreng segala macam - bakso goreng, ikan pedang goreng, harus bekerja habis-habisan seharian, baru bisa dimakan malamnya.
Keluarga besar semua datang, meja penuh hidangan yang harus dibuat tangan sendiri.
Ren He yang sedang menganggur tiba-tiba melihat tiga petasan di samping TV, bingung juga cara nakalnya seperti apa sih lelucon praktis itu?
Maafkan imajinasinya yang terbatas, benar-benar tidak tahu benda ini bisa diapakan - jangan-jangan daya ledaknya super kuat sampai bisa melukai orang?
Itu bukan lagi bercanda namanya! Batas toleransi lelucon setidaknya harus tidak melukai perasaan. Ia yakin Sistem Hukuman Langit juga mempertimbangkan batasan ini, bahkan secara khusus menandai "tak terluka".
Atau mungkin meledak lalu memantulkan kepala badut yang menakut-nakuti orang?
Ren He memutuskan untuk mencoba. Ia menyelipkan satu petasan dan turun ke lantai bawah. Tapi saat sampai di bawah, keraguan menyergap: Bagaimana cara mengujinya?
Dengan karakter licik seperti Ren He, mustahil ia mau mencoba sendiri. Bagaimana jika benda itu malah menjijikkan dirinya sendiri?
Kebetulan, dari penglihatan tepinya Ren He melihat beberapa anak bandel sedang asyik bermain petasan di pekarangan. Mereka meledakkan mobil di halaman, melemparkan kembang api ke pekarangan belakang rumah orang sambil menikmati teriakan pemiliknya, terlihat sangat percaya diri.
Anak-anak nakal seperti ini harus dihukum! Ren He merasa dirinya begitu penuh rasa keadilan!
Dengan senyum lebar, ia menaruh meriam kertas persis di jalan yang pasti dilewati anak-anak itu, lalu berlari masuk ke gedung untuk menunggu...
Saat beberapa anak nakal lewat, mereka melihat sesuatu. "Hah, kok ada petasan yang belum dinyalakan di sini? Siapa yang lupa meninggalkannya?!" Beberapa anak itu bergumam pelan dan memutuskan untuk mengklaim petasan itu sebagai milik mereka!
Ren He bersembunyi di dalam gedung sambil mengawasi mereka. Pikiran anak-anak nakal itu sangat ia pahami. Melihat petasan di jalan, pikiran pertama mereka pasti: "Nyalakan itu!"
"Nyalakan saja, nyalakan saja!" Ren He menanti dengan penuh harapan. Ia melihat anak-anak lain berpencar, hanya satu anak yang maju untuk menyalakan. Dari posturnya, jelas ia siap lari kapan saja setelah menyulut.
Namun...
Gemuruh! Semua anak nakal itu terpaku, bahkan Ren He si dalang di balik semua ini pun tertegun!
"Apa yang terjadi?" Ren He bingung. "Bukannya sumbunya panjang? Kok bisa meledak seketika saat dinyalakan?!"
Waduh, ini beneran petasan yang mencela orang tua! Ternyata trik liciknya udah mulai dari sumbunya. Orang biasa kalau liat sumbu petasan panjang pasti lega, soalnya sempat lari jauh. Tapi ciri khas petasan iseng ini, sepanjang apapun sumbunya, begitu dinyalain langsung meledak...
Bocah nakal yang nyalain petasan masih terpaku dalam posisi menyalakan... bengong...
Sekelompok anak berkerumun: "Kamu tidak apa-apa?"
Bocah itu masih agak linglung. Ia berdiri sambil mikir: "Aku gak apa-apa, cuma agak deg-degan di hati..."
Ren He baru melihat wajah depan si bocah. Astaga! Seluruh bagian depannya hitam legam! Warna hitamnya begitu murni, berlebihan kayak baru keluar dari anime dua dimensi!
Sistem Hukuman Langit ini bener-bener kejam ya? Ternyata efek isengnya begini. Gak sampai melukai orang, tapi bakal ngehitamin yang nyalain.
Hebat-hebat! Ren He mengapresiasi Sistem Hukuman Langit sambil kabur tanpa rasa bersalah...
Hasilnya siang harinya tiba-tiba ada wanita paruh baya mengamuk di pekarangan: "Pagi ini siapa yang tega membuang petasan bermasalah di pekarangan dan diam saja? Hah? Anakku langsung meledak jadi orang Afrika, mandi tiga kali belum juga bersih, tidak punya hati nurani?! Hah? Apakah tidak ada hukum lagi?!"
