Mandi tiga kali belum juga bersih? Bagus bagus, efek seperti inilah yang diinginkan! Ren He berpikir keluarga ini tahun ini tak perlu keluar memberi ucapan selamat Tahun Baru Imlek ke kerabat, anaknya terlalu hitam untuk diperlihatkan!
Ia merasa perlu mengevaluasi ulang Sistem Hukuman Langit ini. Hadiah-hadiahnya semakin jahat, Ren He sendiri tak menyangka efek jahat petasan lelucon yang ditaruhnya di jalan itu...
Menjelang sore, dua bibi dan paman Ren He beserta seluruh keluarga sudah datang. Ibu Ren, Ru Min, berulang kali menasihati Ren He sebagai anak tertua untuk mengalah pada adik-adiknya. Ren He tak keberatan, mengalah ya mengalahlah.
"Saat Tahun Baru, hidangan selalu paling mewah. Ibu Ren langsung membuat delapan piringan lauk dingin dan delapan masakan panas. Sama sekali tak terlihat sosok wanita karir di luar. Ren He sibuk membantu mengupas bawang dan memetik sayur di sampingnya."
Ru Min merapikan celemeknya tiba-tiba curiga menatap Ren He: "Apa kau berbuat jahat sampai mau membantu ibu dengan sukarela begini?"
Ren He membuka mulutnya tapi tersedak lama tak bersuara. Apa maksudnya membantu Yang Tua jadi tanda bersalah? Masih bisakah merayakan Tahun Baru dengan tenang?!
"Tidak, mana mungkin. Aku anak jujur pasti takkan berbuat jahat," Ren He membela diri.
"Ngomong-ngomong, berapa nilai ujian akhirmu kali ini? Ibu sampai lupa menanyakan," Ru Min teringat sesuatu. Performa akademik anaknya yang buruk memang sudah jadi tradisi yang berlaku, ia hampir terbiasa...
"Bahasa Mandarin 93, matematika 99, Bahasa Inggris 99, sejarah 90, politik 71, geografi 94," Ren He tersenyum lebar. Dengan memori super-nya sekarang, semua pelajaran yang pernah dipelajari di kehidupan sebelumnya telah kembali, pantaslah dia sempat belajar giat di kelas tiga SMA dulu.
Ru Min terkejut: "Kamu bisa dapat nilai setinggi itu? Aku tidak percaya!"
"Tanya saja ke guru kalau tidak percaya! Sungguh, aku sudah tersadar dan memperbaiki kesalahan, bertekad baja untuk berubah total," kata Ren He dengan wajah serius.
"Basa-basi macam mana ini? Jangan coba-coba menipu! Nilai Kimia dan Fisika mana?" Ru Min teringat dua mata pelajaran lainnya.
"Ehem... Kimia 7, Fisika 8..." Nilai sains Ren He yang mengerikan ini seolah-olah sistem penilaiannya cuma sepuluh skala.
Ru Meng memutar matanya: "Enyahlah Enyahlah Enyahlah! Lebih baik jangan bantu masak. Kalau kamu mau belajar sungguh-sungguh saja, sudah syukur langit dan bumi!"
“Agak lemah di beberapa mata pelajaran nggak masalah，nilai mata pelajaran lain cukup buat masuk sekolah bagus，Ujian Nasional juga ada pemisahan jurusan IPA dan IPS kok，” jelas Ren He。Kimia dan Fisika di ujian masuk SMA Luocheng tahun 2006 total cuma bernilai 50 Fen，makanya gue bisa berani-beraninya fokus di bidang tertentu。
Pas Ren He keluar dari dapur，dia melihat empat anak-anak dari paman dan bibinya sedang berlarian di ruang tamu。Begitu lihat Ren He，mereka langsung mengejarnya minta uang jajan。Wek，kalian salah target，secara teori gue ini harusnya nggak punya sepeser pun。
Meski sebenarnya dia punya uang，tapi nggak boleh kasih。Gimana kalau Ibu nanya nanti？Dari mana dapetnya？Nggak bisa dijelasin。
Jangan lihat dia sekarang udah lumayan sukses，siswa SMP bisa dapet sejuta。Tapi di mata Ru Min，sejuta itu apa sih？Masa lebih penting dari belajar？Nulis novel buat apa？Mau sepeda apaan？Enyahlah kembali belajar yang bener！
Ren He seandainya lahir di keluarga miskin malah lebih baik, bisa dengan bangga mengumumkan dirinya bisa menghasilkan uang. Hasilnya, tragis. Beli mobil 2 jutaan lebih langsung beraura Si Tukang Pamer. Ia bahkan tak berani bersuara sedikitpun...
"Pelit banget sih, kikir amat," empat anak nakal itu langsung pergi sambil cemberut.
Wajah Ren He langsung berubah gelap. "Kalian berhenti! Bisa bicara yang sopan nggak sih? Gue kapan pelitnya hah? Gue ini Si Tukang Pamer oke?!"
Akhirnya gerombolan bocah ini malah masuk ke kamar Ren He bermain kejar-kejaran. Kamarnya sudah berantakan tak karuan, bahkan masih pakai sepatu melompat-lompat di atas kasur. Ren He cuma diam dengan muka masam. Brengsek, anak-anak nakal ini yang paling tua cuma 8 tahun. Sungguh tak tahu harus marah bagaimana.
Tepat saat ia hendak pergi, terdengar suara "kreek!" Laptopnya jatuh ke lantai hingga hancur berantakan...
Sialan! Ren He tahu file di dalamnya pasti tidak hilang karena harddisk tidak rusak, tapi itu kan alat gue untuk mengetik naskah! Anak-anak nakal ini benar-benar keterlaluan!
Siapa pun jangan coba halangi! Gue hari ini khusus menghukum anak nakal! Ren He melirik ke luar kamar di mana para orang dewasa sedang mengobrol, langsung masuk dan mengunci pintu. Saat dua dunia terputus, senyum kejam merekah di wajahnya: "Duduk manis di situ semua brengsek! Hafal San Zi Jing! Siapa yang belum hapal gak boleh main!"
Saat makan malam tiba, para orang dewasa tiba-tiba menyadari anak-anak hilang. Pintu kamar Ren He terkunci. Ketika dibuka, empat bocah nakal itu duduk merana di bangku kecil: "Manusia di awal, sifat dasarnya baik..."
Begitu melihat orangtua, mereka hampir menangis haru: "Kenapa baru datang sekarang?!"
Paman kecil Ren He tertawa: "Kakak Ren He ini memang orang yang paham, sudah bisa mengajari adik-adik menghapal San Zi Jing. San Zi Jing ini pernah kubaca di koran, cukup menarik, cocok sebagai bacaan pendidikan dasar. Lagipula ada banyak kisah sejarah di dalamnya, bagus sekali. Sudah, ayo makan dulu. Kalian berikan terima kasih pada kakak!"
Menghadapi anak nakal, kalau dipukul orangtuanya pasti sakit hati, menganggap kakak yang tidak paham bagaimana bisa memukul adik. Jadi Ren He memaksa mereka menghapal buku, pasti tidak ada yang protes!
Malam harinya, seluruh keluarga belasan orang duduk makan. TV menyala di Channel 1 menanti Gala Festival Musim Semi. Tiba-tiba sepupu nakal berusia 8 tahun itu mengajukan diri: "Aku yang akan mengambil nasi untuk semuanya!"
"Wah, anak ini sudah paham ya," kata Ru Min sambil tersenyum.
Tapi Ren He merasa tidak beres, karena sebelumnya dia sudah menyadari anak ini sebenarnya licik dan pendendam, serta berwatak picik. Ia terus menatap tajam si anak nakal, ingin tahu apa rencananya!
Benar saja, Ren He melihat diam-diam anak itu meludahi semangkuk nasi! Sudah bisa dipastikan nasi itu akan diberikan padanya!
Hebat kau nak, sikapmu persis seperti kakakmu! Ren He sengaja tidak membongkar aksinya. Ketika si anak nakal mendekat, Ren He langsung memutar bagian atas nasi yang sengaja ditujukan untuknya ke mangkuk si anak: "Kamu sedang dalam masa pertumbuhan, makanlah lebih banyak."
Si anak nakal langsung kebingungan, tak bisa bereaksi lama!
Meski lapisan atas sudah dipindahkan, Ren He tetap kehilangan selera. Dia berencana mencari kesempatan mengambil nasi baru. Tapi selain makan, si anak nakal harus dihukum! Bagaimana dia akan mengerti siapa kakak sulung yang sebenarnya?!
Ren He diam-diam mengambil dua mercon jahil yang berada di samping televisi: "Sebagai hadiah karena kamu sudah membagi nasi untuk semua, kakak hadiahi kamu dua mercon!" Ren He sengaja memperlihatkan sumbu merconnya: "Hmm, sumbunya panjang, seharusnya aman, mainkan saja!"
Awalnya si anak nakal mengira Ren He sudah menemukan konspirasinya, tapi melihat ada hadiah, dia merasa sepertinya tidak ketahuan.
Saat tahun baru imlek, petasan dan sejenisnya ada di mana-mana. Dua mercon ini kemasannya juga sangat cantik, siapa sangka ada apa di dalamnya...
