Lin Hao mengintip dari balik pintu kaca restoran. Ren He tidak berlama-lama di depan mobilnya lalu pergi. Diam-diam Lin Hao mengikuti dari belakang untuk melacak alamat keluarga bocah itu, sekaligus memuluskan misi observasi terhadap pemuda ini setelah tugas selesai.
Meski sekarang cuaca sudah larut dan hanya sedikit orang di jalan, mengikuti terlalu lama akan mudah ketahuan. Tapi bagi Lin Hao yang berpengalaman, menguntit seorang pemuda tak perlu teknik tinggi. Cukup dengan memanfaatkan wawasan, ia bisa membuat target sama sekali tak melihat dirinya. Sekuat apapun target berlatih fisik, takkan bisa menjadi prajurit yang lulus.
Tapi begitulah...
Lin Hao menyadari Ren He tiba-tiba mulai lari santai di depannya. Ia sudah menduga pasti pemuda ini rajin berolahraga setiap hari, dari mana lagi kekuatan otot sebesar itu? Jadi ia tak mengira dirinya sudah ketahuan.
Menurut perkiraannya, dengan kecepatan lari santai seperti ini, cukup berjalan cepat saja sudah bisa mengikuti.
Tapi... kecepatan Ren He mulai meningkat setelah beberapa ratus meter. Kini Lin Hao yang berjalan cepat tak sanggup lagi mengikuti, terpaksa ikut berlari kecil. Ia tak tahu berapa lama pemuda ini akan terus berlari, tapi dengan kemampuannya, mengikuti seorang remaja seharusnya tak masalah...
Kecepatan Ren He semakin meningkat, bahkan membuat Lin Hao merasa seolah-olah ia sedang sprint 100 meter. Tanpa pilihan lain, Lin Hao pun mulai berlari. Karena berlari tanpa menyisakan tenaga secepat ini berarti tenaganya akan segera habis. Perlu diketahui, ketika mencapai kecepatan sprint 100 meter, konsumsi energi fisik akan meningkat secara eksponensial.
Namun setelah keduanya terus berlari kencang sejauh satu kilometer, Ren He masih belum menunjukkan tanda-tanda berhenti... malah terlihat seperti... semakin bersemangat...
Lin Hao terengah-engah. Kemampuan fisiknya sebenarnya termasuk yang terbaik di pasukan elit. Bahkan saat membawa beban 15 kg, ia bisa menyelesaikan 5 kilometer dalam 16 menit - prestasi yang membuatnya terbaik di seluruh pasukan saat itu. Tapi sekarang, ia mulai merasakan kelelahan karena kecepatan lari ini benar-benar luar biasa!
Apalagi, Ren He terus mempercepat langkah! Jangan bilang Lin Hao masih bisa bertahan dengan mengandalkan kehendaknya, kali ini dia langsung tertinggal dalam hal kecepatan. Dari kejauhan, Ren He yang sedang membelok di sudut jalan hampir menghilang, meninggalkan Lin Hao berdiri terpaku di jalanan sepi dengan wajah terdiam membeku...
Kau brengsek binatang apa sih!?
Ini baru pertama kali Lin Hao kehilangan target karena lawannya lari terlalu cepat sampai tidak bisa dikejar!
Lari berbeban dan kecepatan tidak berhubungan langsung. Contohnya beberapa prajurit yang lari 5 km dengan beban 15 kg untuk uji ketahanan sama sekali tidak kena apa-apa, bahkan sampai garis finish masih bisa membantu teman mengangkat 4 senapan. Tapi kalau tanpa beban, waktu yang dibutuhkan hampir sama, tidak bisa jauh lebih cepat.
Sedangkan peningkatan poin fisik langsung yang didapat Ren He bersifat menyeluruh. Normalnya, manusia memiliki 639 otot. Beberapa orang punya otot yang tidak terlatih atau sengaja diabaikan, tapi pertumbuhan Ren He adalah yang paling komprehensif.
Lin Hao berdiri di jalan dengan otak yang belum bisa mencerna, apakah ini benar-benar proyek olahraga rutin si anak?! Siswa SMP zaman sekarang sudah sehebat ini?
Mengamati Ren He hanya bisa bergantung pada takdir pertemuan... karena dirinya sendiri tak bisa mengejar!
……
Selasa malam Ren He tidur lebih awal, karena marathon akan dimulai pukul 5 pagi keesokan harinya. Ia harus mengambil kesempatan ini seperti mengambil kacang dari telapak tangan. Sistem Hukuman Langit menetapkan hari Rabu sebagai hari pelaksanaan marathon, hanya sekali kesempatan. Jika gagal harus menerima hukuman jerawat remaja selama sebulan penuh.
Ren Hen yakin satu hal: jerawat remaja dari hukuman Sistem Hukuman Langit pasti tidak biasa. Hukuman ini terlihat ringan, tapi bisa jadi wajahnya akan dipenuhi jerawat tanpa celah sedikitpun.
Itu agak mengerikan...
Pagi hari ia bangun dan cepat-cepat memakai baju menuju lokasi yang ditentukan. Saat tiba, sudah ada lautan manusia. Terlihat pihak resmi juga mengerahkan usaha besar untuk acara ini.
Namun yang membedakan Ren He dengan orang lain adalah, di belakang mereka ada nomor peserta yang seharusnya didapat setelah pendaftaran resmi, sementara punggungnya gundul tanpa apa-apa, terlihat seperti anak-anak yang ikut ramai...
Di sini hampir semuanya orang dewasa, mungkin jumlah peserta tidak mencukupi sehingga ditarik paksa dari berbagai unit dengan perintah mati. Ren He cukup mencolok karena sedang serius melakukan pemanasan, jelas lebih profesional daripada orang sekitar.
Acara sebesar ini pasti melibatkan wartawan. Seorang reporter langsung menyorot Ren He, matanya berbinar - inilah gimmick promosi sempurna: Siswa SMP ikut marathon, warga Luocheng mencintai olahraga sejak kecil!
Hmph, mencintai omong kosong! Kota kecil seperti Luocheng hanya bisa mengumpulkan puluhan ribu peserta marathon dengan perintah mati, tidak ada cara lain sama sekali.
Wartawan berlari untuk mewawancarai Ren He, namun begitu sampai di depan, sang wartawan tertegun, Ren He pun ikut tertegun. Wartawan itu berpikir: "Bukankah ini anak yang melakukan push-up kemarin?" Sementara Ren He merasa bersalah, "Bukankah ini wartawan yang kupermainkan dengan ramuan muntah itu..."
Di antara keduanya terjadi keheningan mencekam selama satu dua detik. Namun akhirnya wartawan yang lebih dulu membuka mulut: "Halo, teman sekelas..."
"Maaf, tidak menerima wawancara," kata Ren He sambil langsung menerobos kerumunan. Ngapain juga mau tampil di TV.
Wartawan itu terpana, sebegitu bencinya anak ini diwawancara? Tapi kamerawan sudah berhasil mengambil gambar punggung Ren He. Setidaknya ini bisa jadi bahan berita. Wartawan itu tersenyum ke kamera: "Skala kompetisi maraton kali ini di Luocheng benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Baru saja kami melihat, di antara kerumunan orang dewasa bahkan ada anak-anak yang ikut berpartisipasi!"
Banyak orang dewasa yang memperhatikan Ren He, terutama karena kehadirannya terasa tak selaras dengan lingkungan sekitarnya.
Ren He menerobos ke barisan terdepan kerumunan dan menunggu dimulainya perlombaan. Saat pistol start berbunyi, tanpa peduli orang lain ia langsung mulai berlari kencang. Seseorang tertawa: "Semangat anak muda memang berkobar-kobar, tapi marathon tidak boleh dijalankan seperti ini. Berapa lama kau bisa bertahan dengan kecepatan segitu?"
"Haha, dia kan masih anak-anak. Kalau capek dan berhenti lari, tidak ada yang akan komentar."
Ren He sama sekali tidak menghiraukan mereka. Ia sudah tahu pasti kecepatan stabil seperti apa yang bisa dipertahankannya untuk menempuh 42 km ini.
Saat semua orang mengira Ren He takkan bertahan lama, pemuda itu justru sudah hampir hilang dari pandangan di jalan utama kota ini. Mereka yang tadi meremehkannya hanya bisa membuka mulat terkagum-kagum. Lentera menyala terang di jalan ini, untuk benar-benar tidak terlihat seseorang harus ada jarak lebih dari 1 kilometer...
Sepanjang sisa perlombaan, tak seorangpun lagi yang melihat Ren He...
Petugas pengawas di setiap segmen jalan terus mendengar laporan melalui walkie-talkie: "Pemuda ini benar peserta lomba?"
“Sialan dia lari dengan kecepatan ini sudah berapa lama?”
“Sudah lewat dari sini, cepat banget larinya!”
“Kalau juara maraton kali ini direbut anak kecil, bakal lucu banget...”
