Alasan Ren He berani lari secepat ini karena dia sudah mempelajari peta rute secara detail. Untuk misi hukuman langit, dia harus serius menghadapinya. Tapi dia menemukan masalah: rute lomba kali ini sama sekali tidak mencapai 42 km. Panitia meski mengadakan lomba, tapi dengan mengurangi kualitas langsung memangkas jarak tempuh.
Biasanya maraton punya kategori full marathon dan half marathon. Full marathon 42.195 km sedangkan half marathon 21.0975 km. Event besar biasanya sangat detail, tapi lomba kali ini setelah Ren He hitung, cuma 19 km...
Dia hanya bisa menyimpulkan ini sebagai bentuk pengurangan kualitas panitia. Sebenarnya di era ini, hal seperti ini sudah sangat umum terjadi.
Sedangkan 19 kilometer bagi kondisi fisik Ren He saat ini, berlari dengan kecepatan tinggi konstan sepanjang rute sama sekali tidak memberikan tekanan. Bahkan setelah selesai, dia tidak akan merasa terlalu lelah. Ini karena berat badannya baru melewati 50 kilogram, sementara kemampuan fisiknya sudah dua kali lipat orang dewasa...
Kalau dia ikut wajib militer sekarang, bukan hanya bisa mencapai garis finish lalu kembali membantu teman seperjuangan mengangkat senjata, tapi juga bisa memanggul panci logistik tempur...
Panitia penyelenggara maraton sudah mengetahui bahwa dalam lomba kali ini muncul kuda hitam. Secara visual hanya terlihat seperti anak kecil, tapi sudah berhasil meninggalkan pesaing di belakangnya sejauh beberapa kilometer dalam waktu kurang dari satu jam.
Para wartawan menganggap ini sebagai berita besar, setidaknya dalam wilayah Luoyang. Wartawan yang punya koneksi segera memberi tahu panitia: "Tolong tahan pemuda itu di garis finish untuk diwawancarai!" Mereka langsung bergegas ke garis finish untuk berebut liputan eksklusif.
Namun segala tak selalu dalam kendali mereka. Ren He menyelesaikan lomba dengan status juara yang tak terbantahkan. Saat mencapai garis finis, Sistem Hukuman Langit mengumumkan hadiah!
"Inang menyelesaikan misi, hadiah skill pasif 'Pesta'!"
Hah? Ren He terkejut. Ini skill keduanya? Akhirnya dapat skill yang terdengar keren...
Pesta: Inang dapat cepat mengisi stamina melalui konsumsi "makanan".
"Gua sialan! Namanya bagus, tapi ini cuma skill tukang makan?! Kukira ada kejutan, ternyata cuma mengubahku jadi rakus!"
Biasanya marathon menyediakan pos suplai tiap 2-3 km. Di garis finis tersedia makanan berkalori tinggi untuk mengembalikan energi peserta, mengingat marathon sangat menguras stamina.
Mata Ren He menatap tajam cokelat yang tertata di garis finish. Staf panitia penyelenggara mendekat sambil tersenyum: "Selamat atas gelar juara Anda, harap Anda bisa tinggal untuk menerima wawancara."
Biasanya hal seperti ini tidak ada teka-teki, semua orang akan menerima wawancara. Tapi Ren He sedang sibuk: "Tunggu sebentar, saya mau makan dulu..." Ia berencana mencoba seberapa hebat skill Pesta ini.
Pimpinan panitia melihat pemuda ini sama sekali tidak menganggapnya penting, wajahnya mulai memerah... Namun sekejap kemudian ia terpaku. Semua orang menyaksikan Ren He langsung menggenggam cokelat, membuka bungkusnya, dan dengan cepat menyuap lebih dari dua puluh batang ke mulutnya!
Hikk! Ren He bersendawa. Cokelatnya lumayan enak...
Ia bisa merasakan kekuatan fisiknya mulai pulih sejak memakan cokelat pertama. Kecepatan pemulihan yang luar biasa ini belum pernah ia dengar sebelumnya. Saat menghabiskan cokelat ke-23, Ren He merasa seolah bisa berlari 30 kilometer lagi...
Skill ini sepertinya juga cukup bagus? Meski cara makannya agak mengerikan, Ren He adalah seorang pragmatis. Selama bermanfaat bagi tubuhnya, untuk apa peduli penilaian orang lain?
Baru sekarang ia sempat melihat orang di sekitarnya. Pemimpin panitia tersenyum dipaksakan: "Cukup? Mau tambah lagi..."
"Cukup, cukup," Ren He tersenyum lebar: "Terima kasih ya!"
Terima kasih hantu! Kau ini jelmaan iblis brengsek ya? Ikut marathon cuma demi makan cokelat di garis finish?!
Staf panitia terpana, seberapa besar nafsu makannya ini?!
Seorang staf tersadar: "Nomor peserta Anda berapa? Kami perlu mencatatnya."
“Tidak ada nomor peserta, saya ikut dadakan. Nama saya Xu Nuo, siswa kelas 2 tingkat tiga SMP 13. Udah ya saya pergi dulu, jangan lupa catat nama saya buat poin tambahan ujian masuk SMA...” Begitu kata Ren He sambil berlari pergi tanpa peduli orang lain...
Panitia penyelenggara terdiam membeku. Ikut dadakan langsung jadi juara? Siswa SMP? Demi poin tambahan ujian?
Apa-apaan ini?!
Tapi Ren He memang tak punya pilihan lain. Waktu pendaftaran sudah lewat, pagi tadi juga tidak melihat loket pendaftaran. Panitia sengaja tidak mengizinkan peserta dadakan ikut, birokrasi banget sih.
Sekarang dia cuma berharap si pria gemuk bisa dapat poin tambahan. Kalau memang tidak bisa, itu sudah takdir. Yang penting misi hukuman langit harus diselesaikan.
Hari ini Rabu masih harus masuk sekolah. Saat Ren He sedang mengetik di ponselnya sore hari, tiba-tiba terdengar teriakan teman sekelas: “Xu Nuo dari kelas kita jadi juara maraton pagi tadi?!”
“Xu Nuo?!”
“Masa sih?!”
Semua orang menoleh memandang bentuk tubuh Xu Nu, apa mungkin orang ini benar-benar bisa menjuarai maraton? Xu Nu yang sedang berbaring tertidur lelap di atas meja tiba-tiba terbangun oleh keriuhan suara. Saat mengangkat kepala, ia mendapati semua orang sedang menatapnya. Dengan panik ia bertanya: "Bolehkah aku tanya apa yang terjadi..."
"Xu Nu kamu hebat ya, diam-diam jadi juara maraton!"
Apa-apaan ini?! Xu Nu terbelalak: "Aku? Juara maraton?"
"Iya! Temanku punya ibu yang bekerja di panitia lomba. Sudah dikonfirmasi, memang kamu! Xu Nu dari Kelas 2 Tingkat Tiga SMP 13!"
Xu Nu benar-benar linglung. Dari mana datangnya ini semua? Dunia ini benar-benar tak masuk akal... Tapi alur pikirnya memang sedikit berbeda dari orang biasa. Secara bawah sadar ia bertanya: "Kalau gitu... nilai ujian SMP-ku bisa ditambah dong?"
"Bisa! Dinas Pendidikan sudah mengesahkan."
"Waduh..." Xu Nu bergumam pelan: "Tiba-tiba dapat tambahan 10 poin gini aja..."
Banyak siswa dari kelas lain yang mendengar kabar ini langsung berlari ke pintu kelas dan bertanya: "Katanya ada yang juara marathon di kelas kalian? Siapa, tunjukin dong!"
Murid kelas 2 tingkat tiga pun menunjuk Xu Nuo: "Itu dia, Xu Nuo!"
Siswa dari kelas lain terpaku sejenak, "Gua kan bego jangan dibohongin, postur tubuh kayak gini bisa menang marathon?!"
Kabar tentang kemenangan Xu Nuo dalam marathon pagi itu segera tersebar cepat di sekolah. Tapi berbeda dengan pujian biasa untuk prestasi, tatapan semua orang pada Xu Nuo terasa aneh, seolah dunia ini mulai tidak beres...
Ren He hampir tidak bisa menahan tawa melihat Xu Nuo yang terus-terusan bengong sepanjang siang. Baru saat bel pulang berbunyi Xu Nuo tersadar dan memalingkan wajah ke Ren He: "Ini ulahmu kan... Kakak sejati, mulai sekarang kau adalah kakak kandungku!"
