Xu Nuo bisa memikirkan Ren He sama sekali tidak aneh, karena di sampingnya hanya ada satu orang yang sepertinya punya kemampuan juara maraton, Ren He juga tidak perlu menyangkal, kalau tidak Xu Nuo belum tahu akan terpaku sampai kapan.
Meskipun Xu Nuo sekarang harus menahan tekanan pandangan besar dari teman sekelas, ini bukan masalah, yang penting bisa menambah nilai!
Dan sejujurnya Xu Nuo sangat tersentuh, kata "teman" terkadang lebih mengharukan daripada Cinta.
Ren He sering mendengar ibu Ru Min berkata, sudah bertahun-tahun mengenal seseorang, tapi tetap dekat tanpa celah. Ini membuat Ren He iri, karena generasi itu jarang menyebut teman, menutup mulut tentang Cinta, tapi seperti kebetulan yang jitu, atau menyembunyikan kedalaman, lebih mirip bunga yang tumbuh tanpa disengaja - setiap telapak tangan menyimpan beberapa perasaan yang sulit diperoleh dalam seumur hidup.
Sepertinya kita lebih terbiasa memiliki satu sahabat terbaik dalam periode waktu tertentu, lalu di periode berikutnya, entah kalian masih berteman namun tak lagi berbagi rahasia, tak lagi bermain bersama, tak lagi bertemu untuk makan, atau sama sekali putus kontak tanpa tahu alasannya.
Sebenarnya kita pun tahu alasannya. Karena kita semua telah tumbuh dewasa, namun pertumbuhan kita tidak seperti daun yang meraih cahaya keemasan atau air yang mengalir ke lautan. Lentera dalam hati kitalah yang menjadi arah, duka yang mengalir sunyi membimbing langkah kita. Maka dua insan terdekat pun membawa lentera berbeda di hati, menapaki jalan yang berlainan. Bisa jadi, perlahan namun pasti, hubungan itu pun tercerai-berai.
Ren He tahu Xu Nuo kini sangat mengaguminya, tapi dia tak akan membiarkan perasaan ini terus mengakar. Karena suatu hari nanti Xu Nuo akan matang, saat bakatnya mulai memancarkan cahaya gemilang, mulai menggunakan kekuatannya untuk bertarung melawan kekonyolan dunia ini.
Jika saat itu Ren He masih terbiasa menggunakan kemampuannya untuk melindungi dan merencanakan segala sesuatu bagi Xu Nuo, hal ini justru akan menjadi duri dalam hati kedua pihak yang saling melukai.
Ren He berharap persahabatan mereka bisa berlanjut, karena jumlah temannya yang sangat sedikit dan dia juga bukan tipe orang yang suka bersosialisasi.
Xu Nuo kini telah menjadi pusat perhatian di sekolah. Semua orang tahu ada pria gemuk di kelas 2 tingkat tiga yang memenangkan maraton. Murid-murid menganggap kelas 2 tingkat tiga angkatan ini benar-benar unik, seolah-olah kejadian aneh apapun bisa terjadi...
Lin Hao yang sedang menunggu target kembali ke Luocheng di hotel, tiba-tiba melihat berita tentang siswa SMP pemenang maraton. Secara bawah sadar dia langsung tahu itu adalah anak laki-laki yang pernah dijumpainya...
Ia seorang ahli, mungkinkah seorang siswa SMP normal memenangkan lomba maraton? Tidak mungkin. Kekuatan, kecepatan, stamina - satu saja tidak akan cukup. Dan kebetulan ia tahu seseorang yang tidak normal...
Selain itu, poin fisik Ren He memang sangat langka, kalau tidak mana mungkin bisa membuatnya terkesan.
Luar biasa! Seseorang yang bahkan bisa membuatnya ketinggalan, memenangkan lomba maraton pasti semudah membalik telapak tangan!
Ia memperhatikan informasi di berita: Kelas 2 Tingkat Tiga SMP 13, Xu Nuo!
Meski berita ini tidak menayangkan gambar Ren He maupun rekamannya, hanya disampaikan melalui narasi penyiar, tapi ia merasa sudah mendapat informasi yang cukup!
Memanfaatkan target yang belum kembali ke Luocheng, sore ini ia bisa terus mencari pemuda itu. Menarik.
Lin Hao awalnya mengira tak akan pernah bertemu pemuda itu lagi. Hasilnya, tanpa susah payah mencari, tiba-tiba muncul sendiri. Ia mengenakan baju lalu langsung menyetir ke SMP 13, penjaga sekolah pun tidak menghalanginya masuk.
Tapi Lin Hao tidak pergi ke kelas untuk mencari. Ia merasa jika muncul langsung akan mengurangi keseruan.
Pikirannya berputar kencang merenungkan cara menemukan pemuda itu. Minimal harus memastikan apakah orang dalam berita itu benar target yang dicari. Ini proses verifikasi paling dasar. Meski terkadang malas, kebiasaan seperti ini sudah tertanam dalam tulang punggung orang seperti Lin Hao.
Yaitu ketika menjalankan misi dengan teliti tanpa cacat.
Saat itu, dua siswa yang lewat di sampingnya berdiskusi: "Xu Nu bisa menjuarai maraton? Sungguh tak terpercaya!"
"Iya, seandainya kita ikut juga, pasti lebih kuat darinya, ya?"
Lin Hao merasa lucu, perlombaan seperti ini apakah bisa dimenangkan oleh siapa saja? Sekalipun itu kompetisi amatir, pasti ada beberapa ahli amatir yang ikut. Siswa SMP biasa ingin meraih juara? Itu sama seperti mimpi di siang bolong. Seketika ia mengkategorikan kedua siswa ini ke dalam tipe yang iri dan cemburu. Menurutnya, jika pemuda itu benar-benar bisa menjadi juara, itu pasti hal yang pantas diraih.
Ia menarik dua teman sekelas di sampingnya: "Permisi, saya mencari Xu Nuo. Bisa ditunjukkan kelasnya di mana?"
Kedua siswa terkejut, secara bawah sadar menoleh tajam dan menunjuk ke belakang: "Di lantai tiga itu kelasnya. Lihat, Xu Nuo sedang berdiri di pintu kelas!"
Dari bawah terlihat jelas sosok Xu Nuo sedang berdiri di pagar pengamat tepi kelas membelakangi mereka sambil menguap... Seperti seekor babi yang sedang berjemur...
Wajah Lin Hao menghijau: "Tunggu... Kalian bilang dia adalah Xu Nuo?"
“Betul,” kata kedua siswa itu dengan wajar.
Lin Hao langsung membatu di tempat, Waduh! Segala dugaan dalam perjalanan kesini ternyata brengsek semua! Kalian bercanda? Bentuk tubuh seperti itu bisa menjuarai maraton?!
Hehe, warga Luocheng memang humoris... Jadi peserta maraton ini cuma satu orang ya?!
Percuma datang! Hati Lin Hao rasanya seperti mengawini anjing saat ia berbalik pergi.
Tapi yang tak ia lihat adalah, tepat saat ia berbalik, Ren He baru saja keluar kelas dan berdiri di samping Xu Nuo. Andai ia menunggu 1 detik lagi, kebenaran akan terungkap. Atau jika Xu Nuo berbalik, ia akan mengenali pria gemuk ini sebagai teman Ren He. Namun Tak Ada Jika.
Sementara Ren He yang sedang melihat ke lantai bawah, menyaksikan sosok Lin Hao yang berbalik. Profil wajah itu langsung mengingatkannya pada pemuda di mobil yang bertanya arah beberapa hari lalu!
"Apa yang dia lakukan di sini?! Jangan-jangan, mengejar Yang Xi sampai masuk ke sekolah?!"
"Nggak mungkin kan, dari mana pihak lawan tahu Yang Xi ada di sekolah ini? Apa karena tinggal di jalan yang sama terus ketemu secara kebetulan lalu diikuti ke sini? Bagaimanapun juga, kewaspadaan Ren He sudah mulai bangkit..."
"Lin Hao mungkin belum menyadari bahwa antara dirinya dan Ren He sedang terjadi kesalahpahaman besar yang akan berdampak panjang..."
Xu Nuo mengikuti arah pandangan Ren He: "Liat apa?" Dia juga melihat Lin Hao, tapi sama sekali tidak mengenali bahwa orang itu pernah dia temui sebelumnya.
"Gak apa, cuma lihat-lihat," Ren He tersenyum lebar. Jika orang itu muncul lagi di dekat Yang Xi, dia pasti akan menyiapkan jurus pamungkas.
