Ren He berdiri diam di struktur baja luar jendela tanpa bergerak. Ia sama sekali tak menyangka tirai akan terbuka dari dalam saat ini, apalagi pelakunya adalah Lin Hao.
Bayangkan, baru kemarin ia memukulinya, dan sejujurnya pukulannya cukup keras. Setelah ban diperbaiki, pastilah ia menjadi tersangka utama perusak ban. Pertemuan musuh bebuyutan ini benar-benar memicu amarah.
Ren He tersenyum kecut pada Lin Hao mencoba meredakan ketegangan...
Tapi! Lin Hao yang sadar situasi langsung berlari ke pintu tanpa bicara!
Ini mau apa? Ren He bingung sebentar... Waduh, jangan-jangan dia mau menyekatku di atap?! Jika ia sampai di puncak sebelumku, aku akan jadi santapan empuk! Nanti tak bisa naik lagi, mungkin malah akan ditusuk dengan tongkat hingga terjatuh...
Berdasarkan aura mengintimidasi si anak-anak yang tiba-tiba berbalik tadi, hari ini pasti takkan berakhir damai. Orang yang emosi tak terkendali bisa melakukan apa saja di luar nalar. Gagal menyelesaikan misi hari ini masih perkara kecil, yang penting nyawaku jangan sampai melayang di sini!
Maka Ren He langsung menggunakan Jurus Muntah melalui jendela sebelum Lin Hao sempat keluar kamar. Sebelumnya ia berprinsip tak menggunakan jurus ini dua kali pada orang sama untuk menghindari kecurigaan kemampuan supranaturalnya. Tapi sekarang prinsip itu harus dikorbankan - lebih baik ketahuan daripada kehilangan nyawa, bukan?
Begitu Lin Hao hampir mencapai pintu, perutnya tiba-tiba bergolak hebat. Ia langsung panik. Sebelum sempat bersiap, muntahannya sudah menyembur keluar. Sialan! Wajah Lin Hao pucat pasi. Kini ia yakin betul siswa SMP ini pasti punya kemampuan khusus yang bisa membuat orang muntah seketika!
Dan kemampuan ini luar biasa kuatnya, muntahanku menyembur brengsek seperti air mancur yang mengerikan! Mengapa? Bagaimana bisa ada kemampuan tak terbayangkan seperti ini di dunia?
Lin Hao juga bertekad bulat di hatinya hari ini harus memulihkan harga diri, segera berlari ke tangga sambil terus muntah...
Lagipula ini lantai 26, naik tangga dengan cepat pasti bisa sampai ke atap!
Ren He pun panik, sialan tekad lawan memang cukup kuat, sampai bisa terus lari tanpa perubahan ekspresi. Ren He benar-benar sedikit mengaguminya... Tapi kagum bukan berarti bisa menyerahkan takdirnya ke tangan orang lain. Karena ini sudah lantai 26 dan atap gedung sudah di depan mata, Ren He langsung memanjat dengan satu tekaz tanpa peduli tenaga habis atau tidak, yang penting naik dulu!
Dua orang, satu naik tangga satu panjat dinding, sama-sama berlomba dengan waktu. Pertandingan ini disebut: Siapa yang sampai di atap duluan dialah ayah...
Dari jarak relatif, Ren He yang merangkak di garis lurus jelas punya jarak lebih pendek dibanding Lin Hao yang naik tangga. Tapi perhitungan ini tidak bisa diterapkan karena naik tangga jauh lebih mudah...
Ren He juga menyadari hal ini. Pada detik ini, bisa dibilang ia sedang mengerahkan tenaga menyusu. Andai bisa memilih lagi, pasti akan ganti tembok lain untuk dipanjat. Hal seperti ini terlalu berbahaya!
Sistem Hukuman Langit ini keterlaluan. Kenapa harus atur lokasi yang sama untuk dipanjat dua kali? Meningkatkan tingkat mempertaruhkan nyawa secara paksa!
Hah, jangan-jangan Sistem Hukuman Langit sengaja ingin aku bertemu Lin Hao lagi?! Sialan! Dari pemahamanku tentang selera rendah sistem ini, kemungkinannya bisa mencapai 50%!
Saat separuh tubuh Ren He akhirnya mencapai atap gedung, tepat dilihatnya Lin Hao yang masih memuntahkan berbagai benda muncul di depan pintu utama sana...
Ren He bersumpah seumur hidupnya tak akan melupakan pemandangan mengada-ada ini, Lin Hao yang berkobar amarahnya sambil muntah-muntah berlari ke arahnya, persis seperti anjing ganas yang baru merangkak keluar dari neraka...
Jika Lin Hao mengetahui pikiran Ren He, mungkin hari ini salah satu dari mereka harus mati di atap gedung baru urusan selesai.
Kedua tangan Ren He mendorong dengan kasar hingga seluruh tubuhnya melompat ke atap gedung, ia benar-benar tak punya keberanian menghadapi Lin Hao secara langsung, takut dimuntahi hingga badannya kotor...
Kaki nya mengerahkan tenaga kasar untuk bergerak ke sisi Lin Hao, tapi tak disangka sang prajurit tetap dingin kepala dalam situasi ini. Jalan pikiran Lin Hao selama perjalanan telah memprediksi: "Jika aku terus muntah, lawan pasti akan menghindari muntahan. Serangan dari sisi tertentu adalah taktik terbaik." Prajurit elit sejati harus bisa berpikir strategis.
Ketika Ren He tiba di sisi, kepalan tangan Lin Hao sudah menunggu di sana. Kepalan sekeras baja itu menghantam tepat di titik lemah Ren He dengan keras, persis seperti cara Ren He memperlakukannya kemarin.
Pukulan seberat ini pada dasarnya bisa membuat pria dewasa seperti Ren He kehilangan separuh kekuatan tempur dalam waktu singkat, apalagi seorang siswa SMP. Wajar saja jika sampai terjatuh dan tidak bisa bangun. Sebenarnya Lin Hao sudah agak menyesal sebelum turun tangan, mungkin kekuatannya terlalu berlebihan. Seorang pria dewasa 20-an tahun mengganggu siswa SMP pasti akan memalukan jika tersebar.
Namun tiba-tiba perutnya diserang rasa sakit yang luar biasa dan getaran menyakitkan, hampir membuatnya pingsan di tempat!
Bagaimana mungkin? Setelah menerima pukulan berat di titik lemah, lawannya masih bisa mengumpulkan kekuatan untuk membalas dengan pukulan yang bahkan lebih kuat darinya!
Brengsek, sebenarnya kamu bukan siswa SMP kan? Cuma terlihat lebih muda?! Atau jangan-jangan kamu iblis yang menyamar? Bukannya setelah berdirinya negara, iblis dilarang jadi makhluk legenda? Bagaimana perasaannya jika tahu Ren He bahkan belum mengerahkan seluruh kekuatan...
Dan pukulan yang diterima Ren He bukan karena teknik bela dirinya buruk, melainkan pengalaman tempurnya masih minim.
Bukan berarti seseorang yang menguasai teknik cukup akan terbebas dari kesalahan. Contohnya Sang Juara panjat tebing tanpa peralatan dunia pun pernah melakukan kekeliruan yang nyaris membuatnya terjatuh dari tebing.
Tapi meski Ren He belum berpengalaman sekarang, akumulasi pengalamannya akan jauh lebih cepat daripada orang lain. Sebab ketinggian yang telah ia capai adalah level yang sulit dicapai banyak orang seumur hidup.
Ren He melihat Lin Hao yang perlahan merosot ke tanah sambil menghela napas kesakitan, lalu menghela napas lega. Tulang rusuknya masih terasa samar-samar nyeri.
Benar, hanya samar-samar sakit saja... Lin Hao terbaring di tanah menghela napas kasar sambil memandap Ren He yang tampak baik-baik saja dengan tatapan tak percaya. Seketika dia merasa geli di selangkangan, rasanya seperti terus-terusan diganggu, tahu?
Saat Sistem Hukuman Langit meningkatkan poin fisiknya, peningkatan itu bersifat menyeluruh termasuk kekuatan tulang dan kekuatan otot. Maka kepalan tangan Lin Hao yang dikira bisa menghilangkan kekuatan tempur Ren He, hanya membuatnya merasakan sakit samar-samar...
Ini ibarat pertarungan serius: meski kekuatan fisik kedua pihak setara, Ren He adalah manusia besi sedangkan Lin Hao paling banter hanya manusia kayu raksasa. Tentu saja perumpamaan ini mengandung unsur berlebihan.
Selain itu, standar Sistem Hukuman Langit untuk orang dewasa adalah: poin fisik 3.0 setara dengan ledakan kekuatan lengan tunggal 480 kilogram.
Pada era sub-sehat sebenarnya, bahkan orang dewasa sehat pun belum tentu bisa menghasilkan ledakan kekuatan 480 kilogram dengan satu lengan. Perlu diketahui, ledakan kekuatan lengan kanan legenda tinju Mike Tyson hanya sekitar 800 kilogram lebih. Secara teori, kekuatan ledakan Ren He bahkan lebih kuat dari Tyson...
Apa artinya ini? Menurut legenda, Tyson bisa membunuh seekor sapi dengan satu pukulan. Secara teori, Ren He sekarang juga mampu. Tentu saja, kisah Tyson membunuh sapi dengan satu pukulan mungkin hanya kabar burung yang dibesar-besarkan.
Pantas saja hadiah poin fisik akhir-akhir ini sepenuhnya menghilang. Tampaknya dia sudah hampir menyentuh batas maksimal. Tidak diketahui apakah akan ada hadiah terkait fisik lagi di masa depan, tapi Ren He cukup menantikannya.
