Bab 101: Sebesar Apa Sebenarnya Kesalahpahaman Ini!?

　　Ren He berjongkok sambil berpikir, "Kurasa... mungkin ada kesalahpahaman di antara kita...?" 　　Salah paham apa Da Ye?! Lin Hao hampir melompat sambil mengumpat. Gak jelas, pertama-tama ngehajar gue, terus ngerusak teropong gue, terus nusuk ban mobil gue. Apa salah gue? Lu bilang ini cuma salah paham?! 　　Jangan keterlaluan oi?! 　　Ini sudah kali kedua Lin Hao kalah oleh siswa SMP. Rasanya campur aduk, tapi justru dua kekalahan ini membuatnya menyadari betapa tidak biasa anak SMP itu. 　　Sekalipun atlet profesional punya fisik super, apa bisa mengalahkannya? Mustahil! Tapi Ren He berhasil. 　　Ini pasti bukan cuma soal fisik dan kekuatan otot. Seperti kata pepatah, setiap jurus punya spesialisasi. Dari umur 18 sampai 26 tahun, Lin Hao hanya fokus mempelajari satu hal: cara membunuh. 　　Apa ini cuma kebetulan? Lin Hao tidak percaya. Setelah pulang, dia benar-benar harus menyelidiki pemuda ini. 　　Saat ini, hadiah untuk menyelesaikan misi merangkak gedung tanpa alat tiba tepat waktu: "Inang berhasil menyelesaikan misi, hadiah: Rekaman visual super, termasuk penglihatan malam." 　　Ren He tertegun, hadiah apa ini? Tiba-tiba ia merasakan mata-nya dingin menusuk, seolah ditetesi obat tetes mata super asam yang membuatnya refleks menutup mata. Ketika membuka kembali, ia terkejut menemukan dalam gelapnya malam ini ia bisa melihat setiap helai bulu halus di wajah Lin Hao! 　　Wow, sensasi ajaib! Seperti orang rabun yang tiba-tiba memakai kacamata tepat ukuran, atau perbedaan antara "standar" dan "kualitas ultra" di video situs. Melihat dunia sekarang, lalu mengingat pemandangan sebelumnya, rasanya seperti sebelumnya mata-nya tertutup debu! 　　Di tengah rasa sakit, Lin Hao sebenarnya terus mengamati Ren He. Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi - lawannya tiba-tiba menutup mata selama 3 detik. Saat Lin Hao merasa ini kesempatan untuk menyerang balik, mata lawannya terbuka kembali... Dan kedua mata itu telah berubah drastis dari sebelumnya! 　　Bersinar terang, bulat sempurna, jernih bagai bintang di langit malam. Pikiran ini tiba-tiba muncul di benak Lin Hao, membuatnya sendiri terkejut. Bagaimana mungkin perubahan sebesar ini terjadi hanya dalam sekejap mata? Tapi Lin Hao yakin matanya tidak salah lihat! 　　Tampaknya memang terjadi perubahan misterius pada tubuh lawannya! 　　Ren He berdiri dan berjalan ke pinggiran arena. Dengan indra penglihatan barunya yang ajaib ini, ia bahkan bisa membaca subtitle acara TV yang sedang ditonton di gedung residensial 1000 meter jauhnya! 　　Mata 1.000 li ini! Dulu saat Ren He kuliah, seluruh penghuni asrama memakai teropong untuk mengintip asrama siswi di kejauhan. Hasilnya malah dilaporkan ke sekolah karena pantulan lensa, sampai teropong mereka semua disita. Sekarang dengan rekaman visual super ini, buat apa lagi pakai teropong! 　　Brengsek, benar-benar tidak punya masa depan... 　　Tapi bawah sadar Ren He langsung menyapu pandangan ke jendela rumah Yang Xi... 　　Tapi pandangan sekilas ini membuatnya terpaku! 　　Karena di balik jendela terlihat pria Asia tak dikenal sedang menutup tirai ruang tamu rumah Yang Xi. Sebelum menutup, Ren He sudah melihat Yang En dan Yang Xi diikat di kursi sebelah meja makan! 　　Ini apaan brengsek!? Ren He merasa kesadarannya kosong sejenak melihat adegan ini - disandera? Kenapa? Karena identitas asli Yang En? 　　Sebelum tirai tertutup sepenuhnya, ia melihat hanya ada dua pria Asia asing di dalam ruangan - satu sedang menarik tirai, sementara yang lain duduk berhadapan dengan Yang En di sebelah meja makan. 　　Ada masalah! Itulah pikiran Ren He sepersekian detik kemudian. Kemungkinan besar mereka menargetkan Yang En. 　　"Yang Xi, tunggu aku!" seru Ren He sambil langsung berlari ke lantai bawah tanpa peduli Lin Hao. Inikah takdir cinta pandangan pertama yang ingin ia mulai dengan gemuruh dalam kehidupan keduanya, akan gagal sebelum waktunya? 　　Bagaimana bisa? 　　Biarlah ini menjadi bagian dari kisah heroik itu. Meski dirinya mungkin ikut celaka, Ren He tak bisa tinggal diam. 　　Melapor ke polisi sudah terlambat. Jika dilakukan, malah bisa memperburuk situasi karena baik Yang En maupun Yang Xi berada di tangan mereka. Kini Ren He paham mengapa keluarga korban penculikan enggan melapor - yang penting keselamatan orang tersayang, harta tak berarti. 　　Meski pernah dua kali berkelahi dengan Lin Hao, Ren He tidak mengetahui identitas sebenarnya Lin Hao. Jadi mengenai apakah bisa mengalahkan dua penculik yang terlatih itu - bukan berarti ia tidak menyadari kemampuan dirinya sendiri, melainkan belum paham level sebenarnya jika dibandingkan orang lain. 　　Tapi mungkin setelah malam ini ia akan tahu. 　　Ren He dengan cepat menuruni tangga atap. Lin Hao berbalik bangkit berdiri dengan ragu, kini ia sudah menerima data tentang Yang En dari markas besar, sehingga tahu putri Yang En bernama Yang Xi. 　　Melihat gelagat Ren He seperti ini, apakah ada sesuatu yang terjadi?! 　　Mungkin memang ada kejadian darurat, kalau tidak, reaksi Ren He tidak bisa dijelaskan! Lin Hao juga berhamburan menuju lantai bawah untuk memberikan bantuan. Meski baru saja terkena pukulan Ren He, rasa sakitnya sudah mereda. Kekuatan tempurnya masih di atas level. Cuma Lin Hao agak jijik dengan jejak muntahan yang mengotori dadanya, benar-benar brengsek jorok! 　　Lin Hao sampai tidak bisa berkata-kata. Meski tidak tahu bagaimana caranya Ren He melakukannya, tapi kemampuan ini terlalu brengsek jijik! 　　Sesampainya di lantai bawah, dia bersiap mengemudi. Meski Hotel Grand tempatnya menginap sangat dekat dengan rumah Yang Xi—bahkan tanpa mobil pun bisa cepat sampai—tapi dia khawatir kalau sampai terjadi pengejaran, tidak punya kendaraan akan membuatnya pasif. 　　Namun... 　　"Sialan!" teriak Lin Hao sambil menatap empat ban yang kembali kempes. Matanya terbelalak. "Brengsek! Sudah selesai atau belum?! Baru pagi tadi gue tambal ban ini!" 　　Ini pasti ulah si brengsek yang menusuk ban sebelum merangkak gedung, kalau nggak, lawan sekarang pasti nggak sempat ngelakuin hal seperti ini. 　　Gue brengsek sebenernya punya kesalahpahaman segede apa sama lo?! Lin Hao merasakan kebencian dunia yang begitu dalam terhadap dirinya! 　　Udah nggak usah banyak bacot, lari aja langsung! 　　Saat ini, Ren He sudah lebih dulu tiba di bawah rumah Yang Xi. Ia mengamati dengan seksama topografi gedung, awalnya berencana langsung merangkak masuk lewat kamar tidur Yang Xi karena skala gedung ini terlalu kecil untuknya, tapi metode ini jelas nggak bisa dipake soalnya rumah Yang Xi dipasang jeruji pengaman! 　　Secara logika Ren He seharusnya nggak boleh gegabah sekarang. Cara terbaik ya lapor polisi biar profesional yang ngurusin. Tapi dia benar-benar khawatir para penculik bakal membalas budi, apalagi 110 di tahun 2005 jauh nggak sebagus 110 di kehidupan sebelumnya setelah 2013. Lo nelpon, bisa aja dikirimin truk polisi yang baru abis makan hotpot plus mabok arak! 　　Bahkan mungkin nggak bakal percaya laporannya. 　　Tak ada cara lain, Ren He langsung menaiki tangga, berdiri di depan pintu rumah Yang Xi sambil menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk. Dengan sengaja memeragakan suara kekanak-kanakan, ia berteriak: "Paman, apakah Yang Xi ada di rumah? Aku ingin mengembalikan PR bahasa Inggrisnya."