Lin Hao adalah orang yang pernah dua kali berkelahi dengan Ren He. Begitu melihat bentuk tubuh Ren He, dia langsung tahu lawannya ingin berkelahi lagi! Sekarang perampok sudah tumbang, dengan siapa lagi dia mau bertarung kalau bukan dirinya?! Pemuda ini bukan mengira aku sekutu perampok, kan?!
“Bicaralah baik-baik, dengan kemampuannya sendiri… Ugh!” Lin Hao baru saja berbicara setengah, tapi sudah terlambat. Ia langsung merasa brengsek, ini sudah kali kedua ia muntah hari ini?! Bisakah kau biarkan orang menyelesaikan kalimatnya?! Lin Hao bahkan mulai merasa terbiasa muntah...
Dan dia tahu, benda ini mirip dengan gerakan pembuka jurus Ren He. Membuatmu muntah biasanya pertanda akan memukulmu, Lin Hao secara bawah sadar langsung bersiap untuk bertahan.
Memikirkan ini, Lin Hao merasakan kesedihan mengalir dari dalam tak terbendung. Di lingkaran pertarungan, dirinya seharusnya terkenal dengan kegarangan serangan pembuka. Mengapa sekarang begitu bertarung langsung refleks bertahan? Mengapa nasibnya berakhir seperti ini!?
Yang tak disadarinya, saat berhadapan dengan Lin Hao, Ren He secara bawah sadar membandingkannya dengan dua penculik tadi. Penculik itu bahkan tak bisa menggenggam pistol setelah kena Jurus Muntah, langsung KO dengan satu pukulan.
Namun Lin Hao tidak demikian. Saat ini, apa yang bisa dimuntahkan Lin Hao sudah habis, yang tersisa hanyalah empedu kehijauan. Meski begitu, sikap bertahan yang diselesaikannya dalam sekejap membuat Ren He merasa titik lemah yang bisa diserang menjadi sangat berkurang. Kehendak yang mampu mengatasi Jurus Muntah ini benar-benar dahsyat.
Berkelahi sambil muntah juga terasa sangat... epik...
Awalnya Ren He mengira meski Lin Hao bukan orang biasa, kekuatannya tidak akan jauh berbeda. Tapi sekarang ternyata kemampuan lawannya cukup mumpuni. Dibandingkan melawan Lin Hao, mengalahkan dua penculik itu seperti main-main. Meski terlihat berbahaya karena lawan bersenjata, tapi orang yang bahkan tidak bisa mengangkat pistol setelah kena Jurus Muntah - apa bedanya dengan tidak punya senjata?
Di dalam hati Lin Hao rasanya seperti ditampar realita: Bukankah tugas utamaku adalah melindungi Yang En? Mengapa situasi bisa berubah kacau seperti ini!?
Siapa brengsek yang bisa kasih tahu apa orang-orang Luocheng semuanya seperti ini? Sangat brengsek mengerikan! Kalau ada misi ke Luocheng lagi, terserah yang mau pergi, yang pasti gue enggak!
Yang En, Lin Hao, Ren He. Kesalahpahaman di antara ketiganya tercipta secara tak terduga. Kesalahpahaman ini akhirnya membawa kejadian ke arah yang sulit dibayangkan...
Lin Hao sambil memuntahkan empedu bergumam tak jelas: "Ji... ji yin!"
Ren He tertegun. Benda apa yang diomongin? Tapi dia cepat menyadari: Yang dimaksud lawan adalah... orang dalam...?
"Sok ngaku orang dalam gitu aja?" Ren He mengamati Lin Hao dengan curiga. Dia menoleh ke Yang En dan Yang Xi: "Dia itu si penyimpang yang aku sebutkan tadi, yang mengawasi Yang Xi!"
Lin Hao langsung terpaku. Ini semua ngomong apa sih?!
Yang En juga agak bingung. Saat Ren He bilang sudah memukul orang sebelumnya, dia berpikir: Orang yang bahkan kalah dari siswa SMP, pasti sangat lemah.
Namun dari kejadian yang baru saja terjadi hari ini, mulai dari menendang pintu hingga membuat seseorang pingsan langsung, hingga menghancurkan lawan lain dengan gerakan gesit, Yang En akhirnya menyadari kesalahpahamannya - dia telah meremehkan kemampuan sejati Ren He!
Yang En mengira Ren He hanyalah siswa SMP biasa yang paling-paling suka olahraga, tapi sisi lain yang ditunjukkan Ren He tadi sama sekali berbeda!
Seandainya Yang En tahu kemampuan sebenarnya Ren He, pasti akan menangani masalah ini dengan serius, sebab jumlah orang yang tak mampu mengalahkan Ren He brengsek banyaknya!
Pikiran yang sama dengan Lin Hao muncul di benaknya: Bagaimana mungkin siswa SMP bisa bertarung sehebat ini?! Yang En memandang pintu rumahnya yang penyok parah, lalu menatap Ren He, tiba-tiba merasakan ketidakberdayaan... Pemuda macam apa gerangan yang selalu menemani putrinya ini?!
Ren He menatap tajam setiap gerakan Lin Hao sambil membuka tali yang mengikat Yang Xi. Setelah berhasil melepaskannya, ia segera memeriksa apakah Yang Xi mengalami luka. Yang En di samping mereka menghela napas kesal - tali pengikatnya sendiri masih belum dilepas!
Suara mobil polisi tiba-tiba bergema dari lantai bawah. Dentang langkah bergegas menaiki tangga dengan langkah cepat. Beberapa saat kemudian, dua polisi muncul di depan pintu: "Ada laporan tetangga tentang kebisingan. Ada apa di sini?"
Pandangan polisi langsung tertuju pada Yang En yang masih terikat di kursi, serta dua pria tak sadarkan diri di lantai. Mata mereka membelalak, "Sialan! Ini kan TKP pembunuhan!"
Tapi... yang terus-menerus dimuntahkan di sudut itu apa pula...
Sambil membuka ikatan Yang En, Ren He berkata: "Pak Polisi, dua yang di lantai itu penculik. Yang masih muntah-muntah itu sangat saya curigai sebagai komplotan mereka. Cepat diborgol!"
Wajah Lin Hao berubah gelap.
Untungnya efek Jurus Muntah mulai mereda, akhirnya ia bisa berbicara: "Aku datang untuk melindungi Yang En, kita satu tim, bukan penculik!"
Yang En mengerutkan kening merenung selama dua detik tiba-tiba berkata: "Aku tahu siapa kau, terima kasih sudah datang membantu. Ren He, dia bukan penculik."
Hah? Ren He penasaran bagaimana Yang En bisa tahu, mungkin pekerjaan mereka memang memiliki hal-hal misterius. Kalau benar dia satu tim... hehe, Ren He merasa mungkin telah melakukan kesalahan besar...
"Ahem, sudah larut dan besok harus sekolah, Paman Yang aku pamit dulu," kata Ren He sambil tersenyum lebar. Yang penting Yang Xi sudah aman, selanjutnya pasti ada proses rekam keterangan atau urusan rumit lainnya. Apalagi Lin Hao mungkin akan menuntut balas - Jurus Muntah sudah digunakan 3 kali padanya, bayangkan saja mengerikannya. Kalau tidak pergi sekarang, kapan lagi?
Saat ini tempat kejadian berantakan, di antara pihak yang terlibat selain Ren He, mungkin yang lain masih bingung memahami sebenarnya apa yang terjadi. Bahkan Ren He sendiri belum tentu sepenuhnya paham - misalnya siapa sebenarnya Lin Hao? Atau siapakah para penculik ini?
Tapi dia malas memikirkan hal-hal ini. Meskipun Sistem Hukuman Langit memberinya jurus bela diri tingkat ahli, namun dia belum tentu berniat menggunakan skill seperti ini setiap hari. Konsepsi Ren He tentang kehidupan masa depannya adalah menjadi seseorang yang pernah terkenal, main nyali, kaya raya, pernah jadi Si Tukang Pamer, lalu di paruh usia akhir hidup menjadi pengangguran sejahtera.
Jadi sebenarnya dalam pandangannya, Ren He tidak berencana terlibat dengan orang seperti Lin Hao. Sekarang dia sudah tahu, level Lin Hao pasti tidak rendah, TAPI yang diberikan Sistem Hukuman Langit padanya, levelnya lebih tinggi!
Melihat Ren He hendak pergi, Lin Hao memutuskan untuk menaruh permusuhan pribadi sejenak. Dia bertanya: "Apa kau punya minat untuk bergabung..."
“Tidak tertarik terima kasih,” Ren He langsung kabur sebelum Lin Hao selesai bicara. Sepanjang apapun pertanyaan yang diajukan, Ren He tak berniat terlibat dalam hal seperti ini. Polisi di pintu juga tidak menghalanginya. Rekan-rekan polisi merasa kejadian ini sepertinya melampaui tingkat imajinasi mereka...
Yang En justru tertegun. Apakah Lin Hao sedang berusaha mengundang Ren He? Mengundang seorang siswa SMP bergabung dengan kelompok itu? Bagaimana mungkin?!
