Jadi di kelas 2 tingkat tiga muncul pemandangan unik: Ren He yang tak pernah belajar, mulai membimbing Xu Nuo yang juga tak pernah belajar. Ini benar-benar keajaiban kedelapan dunia!
Meskipun Ren He menunjukkan performa luar biasa dalam ujian diagnostik dan bulanan terakhir, masalahnya semua orang tidak percaya itu level sebenarnya. Wajar saja, siapa yang percaya seorang "peserta" yang bulan lalu masih peringkat ketiga terakhir, tiba-tiba melesat ke peringkat atas kelas?
Saat melihat peringkat nilai, semua orang sudah terbiasa melewati Ren He. Jika Ren He di posisi ke-4, siswa peringkat ke-5 akan merasa bawah sadar bahwa merekalah yang sebenarnya peringkat ke-4...
Bahkan guru-guru pun setiap kali membagikan kertas ujian dan membacakan nilai, selalu secara bawah sadar melupakan Ren He. Nilainya biasanya tidak diumumkan, dan semua orang sudah menganggapnya biasa.
Dalam hal akademik, Ren He bagaikan sosok tak kasat mata yang sengaja dilupakan semua orang. Namun di luar pembelajaran, tak seorang pun bisa mengabaikannya. Di bawah penguatan 2 poin atribut daya tarik, seolah dalam waktu singkat ia menjelma menjadi keberadaan yang memikat perhatian. Saat ini bahkan Ren He sendiri belum menyadari betapa dahsyatnya 2 poin atribut daya tarik itu.
Ketika ia membeli air di koperasi sekolah, gadis-gadis kecil berbisik-bisik di belakangnya. Ren He merasa heran, jangan-jangan sweternya terbalik? Tapi tidak juga!
Saat ia bersantai di depan kelas sambil berniat menyita surat cinta yang ditujukan untuk Yang Xi, tiba-tiba seorang gadis junior menyodorkan kertas surat ke tangannya lalu lari malu-malu. Ren He pun tertegun... Apa sekarang perempuan-perempuan mulai mengirimkan surat cinta ke Yang Xi? Apakah Yang Xi sudah mulai populer di kalangan para gadis?
Lalu ia membuang surat cinta itu ke tempat sampah layaknya surat-surat untuk Yang Xi. Dulu ia masih sempat membaca surat-surat cinta Yang Xi, tapi karena terlalu menjijikkan sekarang bahkan tak mau melihat sekalipun.
Hal ini membuatnya agak iri pada teman-teman yang bisa menerima surat cinta saat sekolah, kenapa dirinya tak pernah mendapatkannya?
Yang Xi yang setiap hari berinteraksi dengan Ren He sebenarnya tak melihat perubahan signifikan padanya. Sejak awal ia selalu merasa Ren He memiliki daya tarik misterius yang memikatnya, bukan dari penampilan luar melainkan bakat intrinsik.
Menulis novel, mencipta lagu, memainkan gitar, plus jago bertarung...
Dalam hidupnya belum pernah ada orang seunik ini. Yang Xi pun punya kebanggaan tersendiri, setiap teringat ada yang rela mempertaruhkan nyawa untuknya dalam situasi berbahaya, hatinya selalu tergetar.
Seperti pertanyaan klasik pasangan kekasih: "Apa kau rela mengorbankan nyawa untukku?"
Pertanyaan seperti ini biasanya hanya berupa kata-kata manis, namun tak terkonfirmasi kebenarannya.
Namun bagi Yang Xi, dia tak pernah meminta Ren He mengorbankan nyawa demi membuktikan makna keberadaan penghuni, namun hal itu justru telah terverifikasi dalam kehidupan nyata.
Tapi bagi Duan Xiaolou, perbedaan 2 poin atribut daya tarik itu sangat signifikan. Dia merasa Ren He seakan berubah total. Dulu seperti apa Ren He? Meski tampak bersih dan rapi, sama sekali tak berkesan menarik, makanya dia menolak. Karena sejatinya Ren He di hatinya masih belum cukup luar biasa.
Namun setelah benar-benar berinteraksi, Duan Xiaolou selalu merasa ada nyala api yang membara di hati Ren He, meski tak jelas apa sebenarnya nyala itu.
Belakangan Ren He berubah. Perubahannya begitu mencolok sampai kadang dia tak kuasa menahan diri untuk memandangi pemuda itu - penuh vitalitas, percaya diri, bahkan sampai teman dekatnya diam-diam bertanya: "Apa benar kau tak merasa apa-apa padanya?"
Duan Xiaolou tidak bisa menjawab, dia hanya tahu sekarang bukan saatnya untuk berpacaran.
Dibandingkan dengan Yang Xi yang tumbuh dalam lingkungan beragam, Duan Xiaolou sejak kecil hidup teratur. Dia kekurangan semangat berani melanggar konvensi yang dimiliki Yang Xi. Menurutnya dirinya sudah cukup mandirii, pandangan hidup dan nilai-nilai sudah cukup utuh, tapi dia salah.
Masa remaja siapa yang tidak punya kepercayaan diri misterius? Semua akan mengalaminya.
Kadang saat memandang Ren He, dia juga ingin berubah, mencoba menjalani kehidupan penuh warna seperti yang dimiliki sang pemuda, tapi merasa dirinya sekarang belum mampu.
Kapan itu bisa terjadi, tak ada yang bisa memberinya jawaban.
Malam itu, Ren He mengeluarkan sepeda gunung yang dibuat khusus dari bagasi pikap yang terparkir di lantai bawah, bermaksud merasakan sensasinya. Ini bukan misi resmi, hanya uji coba belaka.
Tujuan utamanya adalah untuk melihat pada jam berapa dan segmen jalan mana arus pejalan kaki dan kendaraan paling sepi di waktu subuh, sebab beberapa lokasi tetap dilalui truk besar di malam hari yang bahkan mungkin tidak berhenti meski lampu merah menyala.
Jika benar-benar ada truk besar yang tiba-tiba menerjang keluar saat kecepatan 70 km/jam, Ren He pasti akan hancur lebur! Mobil masih punya kesempatan mengerem di kecepatan 70 km/jam, tapi sepeda yang melaju 70 km/jam mencoba mengerem? Bisa dipastikan seluruh tubuhnya akan terlempar!
Sistem Hukuman Langit telah mengajarkan semua teknik penguasaan sepeda padanya. Saat Ren He menggenggam stang sepeda, ia langsung merasakan kendaraan itu menyatu menjadi satu entitas dengannya. Perasaan ini sungguh sangat memuaskan, persis seperti memegang mouse paling ergonomis saat bermain game!
Pada pukul 4 subuh ini, Ren He mengendarai sepeda gunungnya diam-diam pergi. Di awal, kecepatannya masih relatif lambat karena ia perlu merasakan dengan seksama seluruh sensasi yang diberikan sepeda selama perjalanan - persis seperti ahli sejati dalam novel silat yang harus menyatu dengan senjatanya. Proses penyatuan manusia-pedang itu tidak bisa dicapai seketika, bahkan jika ia menguasai jurus pedang terhebat di seluruh jagat.
Perlahan, Ren He mulai mempercepat. Sejujurnya, ia belum pernah merasakan bagaimana rasanya mengayuh sepeda secepat mobil. Angin menerpa tubuhnya hingga baju nya berkibar-kibar. Untungnya ia sudah mempersiapkan kacamata pelindung sebelumnya, kalau tidak matanya pasti tidak bisa terbuka.
Mungkin area yang paling sepi di Luocheng sekarang adalah kawasan baru. Mengingat belum banyak penghuni di sana, seluruh wilayah kota baru ini memang baru dikembangkan.
Tiba-tiba Ren He teringat gambar animasi yang pernah ia lihat di kehidupan sebelumnya: Seorang pemuda mengendarai sepeda sambil drift di berbagai tikungan, sensasinya seperti menyatu dengan angin, elegan sampai menciptakan keindahan yang tak terungkap.
Dan juga percakapan itu!
Kemarin aku kalah dari sebuah sepeda di Gunung Akina, kecepatannya sangat tinggi, menggunakan drift inersia saat menikung, aku tidak melihat jelas wajahnya, hanya ingat di rangka sepeda tertulis kata "Yongjiu". Jika kau melihatnya, sampaikan bahwa Jumat malam aku akan menunggunya di Akina. Yang kalah harus meninggalkan...LOGO KENDARAAN!
Tentu saja, joke ini juga dipakai untuk mobil legendaris Wuling Hongguang, tapi bagaimanapun juga, Ren He ingin merasakan sensasi drift yang elegan itu!
Bagaimana rasanya melakukan drift dengan sepeda? Malam ini Ren He sama sekali tidak memikirkan misi, tapi justru mencari medan yang cocok untuk drift!
Langit malam pekat, angin dingin musim dingin menggerus, tapi Ren He tidak terlalu merasakan hawa dingin. Sepertinya peningkatan kemampuan fisik membuat ketahanan terhadap dingin ikut naik.
Pada pukul empat lebih dini hari, jalanan nyaris sepi dari pejalan kaki. Jika ada, kemungkinan besar adalah pekerja klub malam atau para pemuda yang baru keluar dari warnet, plus sopir taksi. Lampu jalan masih menyala dengan cahaya kekuningan yang redup. Ren He mengayuh sepeda dengan santai, sesekali menikmati perasaan sepi yang justru terasa menyenangkan.
Seakan seluruh dunia ini hanya menjadi milik diri sendiri, tanpa hiruk-pikuk lalu lintas siang hari, tanpa keriuhan kerumunan orang.
