Setelah makan malam, Ren He kembali ke kompleks perumahan dan menurunkan sepeda gunung dari pikap. Ketika dia bersiap untuk jalan-jalan sekaligus menyelesaikan misi, tiba-tiba mobil pemuda bernama Lin Hao itu kembali terlihat!
Hah, kenapa mobilnya parkir di depan gerbang kompleks rumahku? Ren He melirik ke sekeliling, mencoba memastikan apakah Lin Hao sedang menyiapkan jebakan di sekitar. Menurut analisisnya, kemunculan Lin Hao di sini mungkin karena dua konflik sebelumnya selalu dimenangkannya, bahkan membuat sang lawan muntah tiga kali. Pasti ini balas dendam!
Sampai alamat rumahku saja sudah diintai, benar-benar berusaha keras!
Sekarang Ren He yakin bisa mengalahkan Lin Hao dalam pertarungan langsung. Masalahnya, jika lawan menyergap secara licik dari tempat persembunyian, dia tidak sanggup menghadapinya. Meski tampaknya Lin Hao bukan penjahat sejati sehingga nyawanya tidak terancam, tetap saja menerima pukulan sia-sia itu bukan pilihan bijak.
Ren He melongok ke sekeliling lama-lama tapi sama sekali tidak melihat siluet Lin Hao. Ia menaruh sepeda gunungnya di samping lalu menyelinap mendekati mobil Lin Hao. Pertama-tama mengintip ke dalam jendela mobil, hmm, kosong.
Dari sakunya ia mengeluarkan kunci... Puff! Puff! Puff! Puff! Empat kali!
Menyaksikan ban mobil Lin Hao mengempis dalam sekejap, Ren He agak terharu. Rupanya terlalu sering menusuk ban, kuncinya sampai agak bengkok. Sedikit merasa malu... Tapi mengingat kemungkinan ia datang untuk balas dendam, sama sekali tak perlu memberikan belas kasihan.
Orang seperti Ren He sejak awal bukanlah junzi. Bila kau beri tahu dia "balas kejahatan dengan kebajikan" atau "perlakukan semua orang seperti diterpa angin semi", itu semua tidak realistis.
Buat apa berpura-pura? Cari uang ya cari uang, punya duit ya belanjain, punya dendam ya balas dendam. Hidup yang lancar mana perlu banyak omong kosong dan sikap dibuat-dibuat?
Saat itu Lin Hao baru saja turun dari tangga rumah Ren He, menyaksikan langsung Ren He memasukkan kunci ke saku dengan ekspresi puas. Matanya beralih ke ban mobilnya sendiri!
Sialan! Waduh! Ban mobil gue ini salah apa sih? Ini sudah ketiga kalinya!
Hati Lin Hao serasa berdarah. Uang saku dari satu misi saja sudah sedikit, harus dipakai untuk tambal ban tiga kali!
Ren He juga melihat Lin Hao. Keduanya saling bertatapan dari kejauhan. Diam-diam Ren He mulai bergerak ke arah sepeda gunung...
"Kau berhenti!" Lin Hao meledak marah. Meski tahu mungkin tak bisa mengalahkan pemuda ini, tapi ini sudah bukan soal bisa atau tidak. Harus ada perkelahian, atau dia takkan bisa memandang hati nuraninya sendiri!
Mana mungkin Ren He mendengarkan. Dia melompat ke sepeda gunung dan langsung mengayuh. Untung ban sudah kempes, kalau tidak sepeda gunungnya pasti kalah cepat dengan mobil empat roda itu.
Memandang punggung Ren He yang sudah mengayuh puluhan meter menjauh, Lin Hao nyaris putus asa. Lari saja tak bisa mengejar, apalagi lawan naik sepeda...
Dosa betul!!
Kenapa siswa SMP bisa sebandel ini? Lin Hao tak paham, apa beneran ini anak masih SMP?!
Tapi bukannya kesalahpahaman sudah berakhir? Ngapain lagi menusuk ban mobilku? Yang tak disadari Lin Hao: kesalahpahaman lama memang usai, tapi yang baru saja dimulai.
Sebenarnya sejak pertemuan pertama, sudah ditakdirkan Ren He dan Tian Qu tak akan pernah bersatu. Pun jika ada takdir, tujuan Ren He bukanlah bergabung dengan organisasi, tapi sekadar menjalani hidup sesuka hatinya.
Jalani lagi kehidupan, ngapain ikut organisasi aneh-aneh? Apa duitnya kebanyakan sampai iseng begini? Pacarnya kurang cantik? Ponselnya nggak asyik? Atau gamenya membosankan?
Jadi sejak awal ketika Lin Hao pertama kali membuka mulut, Ren He sudah memberikan jawaban: tidak tertarik, terima kasih.
Sejujurnya, di momen ini Lin Hao sangat ingin bertarung habis-habisan dengan Ren He, namun disiplin tidak memungkinkannya melakukan hal itu, bahkan dengan statusnya sebagai tenaga eksternal sekalipun.
Setelah keluar dari kompleks perumahan, Ren He langsung mengayuh sepeda menuju kawasan baru. Bagaimanapun juga dia yakin Lin Hao tidak bisa mengejarnya, dan karena belum bisa pulang untuk sementara waktu, lebih baik langsung mulai menyelesaikan misi.
Banyak lahan yang sedang dikembangkan di kota kecil seperti Luocheng, terutama di kawasan baru. Saat malam tiba, area ini menjadi sepiiiii kota hantu, sangat cocok untuk Ren He menyelesaikan misinya.
Dia tidak ingin menunggu hingga subuh. Misi harus dimulai sekarang juga! Kecepatan sepeda gunung Ren He langsung meningkat saat memasuki kawasan baru, panel elektronik sudah menunjukkan angka 55 kilometer per jam.
Faktanya Ren He telah menyadari: yang paling sulit dari misi "pertahankan kecepatan 70 km/jam selama 20 menit di area perkotaan" bukanlah cara mencapai kecepatan 70, tapi justru cara mencegah kecepatan TURUN!
Ketemu lampu merah harus berhenti, ketemu pejalan kaki dan truk besar harus menggeser posisi, belok harus mengurangi kecepatan. Memang dia bisa ngebut sambil drift saat belok, tapi drift dengan kecepatan 70 km/jam? Ren He juga nggak bisa jamin nggak terbalik.
Yang paling penting dalam misi ini: kecepatan nggak boleh di bawah 70! Sekalipun cuma satu detik di 69, tetap nggak boleh! Kalau dia udah bertahan 19 menit 59 detik di kecepatan 70, tapi di detik terakhir turun ke 69? Ya maaf, misi gagal. Ulang dari awal!
Makanya Ren He harus pilih lokasi yang tepat. Jalan ini harus lurus buat dikayuh 20 menit. Kalaupun ada lampu merah, harus bisa diterobos. Memang nerobos lampu merah nggak baik, tapi mau gimana lagi? Nyari jalan lurus 70 km/jam selama 20 menit tanpa lampu merah? Cuma di jalan tol...
Tapi jalan tol jelas termasuk area luar kota. Ditolak.
Ren He nemu lokasi sempurna: Jalan Utama Kaiyuan di kawasan baru! Panjang 24 km lurus semua dan lokasinya terpencil. Sempurna!
24 kilometer terlihat cukup panjang, namun perlu diketahui bahwa total jarak Tour de France mencapai 3200 kilometer yang terbagi dalam enam etape. Kadang satu etape harus dikayuh dari pagi hingga malam. Karena jarak tiap etape dianggap terlalu panjang dengan hanya enam etape, akhirnya 3200 kilometer dibagi menjadi delapan etape.
Saat menemukan titik awal Jalan Kaiyuan, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Jalan yang memang sepi kini benar-benar tanpa siluet manusia. Satu-satunya masalah adalah lampu jalan sudah dimatikan.
Ren He patut bersyukur ini masih tahun 2005 ketika polusi udara belum parah. Cahaya bulan masih menembus lapisan awan menyinari permukaan tanah, setidaknya tidak terlalu gelap.
Mari mulai. Ren He mengenakan kacamata pelindung. Dengan kecepatan 70 km/jam, angin akan membuat mata berair jika tanpa pelindung. Semua perlengkapan dasar seperti ini sudah dipersiapkannya.
Dari start hingga mencapai kecepatan 70 km/jam, Ren He hanya membutuhkan waktu sedikit di atas 10 detik. Ini mengandalkan kelompok ototnya yang kuat. Jika saat ini ada acara rekrutmen klub sepeda, Ren He pasti akan menjadi Raja Pendatang Baru 2005.
Sensi bersepeda sangatlah luar biasa. Mengandalkan tenaga fisik sendiri namun bisa mencapai kecepatan setara mobil, angin berdesir di samping, dan segalanya berada dalam kendalinya. Inilah mengapa banyak orang suka bersepeda untuk rekreasi - benar-benar olahraga yang menyenangkan.
Setidaknya sebagai proyek pertama dimana Ren He meraih posisi teratas di bidang olahraga ekstrem, ia sangat menyukainya.
Ren He terus mengayuh dengan kecepatan konstan. Beruntungnya tidak ada pejalan kaki atau truk yang muncul tiba-tiba seperti dibayangkan, juga tidak perlu khawatir dengan lampu merah. Bisa dibilang misi 20 menit ini terselesaikan dengan mulus! Sebelumnya dia pernah berpikir, jika benar-benar ada truk yang tiba-tiba menerjang, satu-satunya pilihan adalah melompat dari sepeda daripada mengerem, karena rem sama sekali tidak akan mempan.
Saat misi selesai, suara Sistem Hukuman Langit langsung bergema: "Inang berhasil menyelesaikan tugas, atribut daya tarik +1!"
"Apa? Lagi-lagi atribut daya tarik?" Ren He tertegun. Dia yang lambat menyadari ini masih belum memahami peran atribut daya tarik dalam kehidupannya sekarang. Bahkan surat cinta yang ditujukan padanya pun dikira untuk Yang Xi lalu dibuang...
Namun seandainya waktu bisa diulang, dengan tambahan tiga poin daya tarik ekstra, mungkin yang diterimanya bukan sekadar surat cinta, melainkan pengakuan langsung...
Tentu ini hanya hipotesis. Di momen ini, Ren He masih menganggap atribut daya tarik sebagai hadiah yang tak berguna.
