Saat Ren He menanti misi hukuman, Lao Zhou tiba-tiba bertanya dengan takjub: "Apa yang kau katakan di bagian belakang tadi? Ulangi!" Lao Zhou merasa paruh kedua ucapan Ren He sangat menarik, bagai membuka jendela yang menerangi ide samar-samar dalam hatinya!
Wajah Ren He menghijau. "Lao Zhou, saat saya masih gemetar ketakutan, Anda malah menyuruh mengulang? Apa ini mempercepat kematian saya?" Ia memberanikan diri: "Pemuda cerdas maka negara cerdas, pemuda kuat maka negara kuat, pemuda maju maka negara maju."
"Brilian!" Lao Zhou tiba-tiba memuji: "Ucapan ini sungguh sangat brilian! Ini ide mu sendiri? Ada artikel terkait?"
Artikel memang ada, tapi benda ini kalau ditulis tidak hanya harus menyelesaikan satu misi, tapi juga tidak bisa menghasilkan uang. Ren He ragu-ragu... Tidak benar, benda seperti ini sepenuhnya bisa digunakan untuk mendapatkan hak imunitas! Kalau memang harus mengorbankan keuntungan, buat apa memikirkan ada untung atau tidak!
Baru di saat inilah hati Ren He tiba-tiba tercerahkan. Dalam ingatannya sebenarnya ada banyak karya klasik yang tidak cocok untuk menghasilkan uang. Jika di masa lalu dia pasti tidak akan melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti ini, tapi sekarang berbeda. Ren He bisa dengan bebas menukarnya untuk mendapatkan hak imunitas!
Sistem Hukuman Langit mungkin juga sudah memperkirakan alasan ini sebelumnya sehingga menyetujui. Ren He hampir bisa memastikan hal ini. Hanya mengandalkan sedikit kecerdikannya untuk melawan Sistem Hukuman Langit yang maha kuasa itu sungguh tindakan yang tidak tahu kemampuan sendiri! Jika bukan karena ini benar-benar sesuatu yang bermanfaat, mana mungkin Sistem Hukuman Langit akan menyetujui?
"Karya memang ada, judulnya Pidato Pemuda Tiongkok, tapi baru bisa saya berikan beberapa waktu lagi. Dan honorariumnya juga bisa dimasukkan ke Dana Qinghe," Ren He memutuskan akan menyelesaikan misi tahap ini terlebih dahulu sebelum menulis Pidato Pemuda Tiongkok. Bagaimanapun juga, karya ini memang sangat bermakna. Saat pertama kali membacanya dulu, Ren He juga merasa sangat terpana.
"Tak kira kesadaranmu benar-benar meningkat," kata Zhou Wumeng dengan gembira. "Ini tidak bisa dijelaskan lewat telepon. Tunggu aku, beberapa hari ini aku akan terbang ke Luocheng untuk membahas hal ini khusus denganmu. Kita harus menyelesaikan urusan baik ini dengan sempurna, Ren He. Jika ini benar-benar berhasil, kau akan mendapat karma Wuliang!"
Karma Wuliang atau sejenisnya hanyalah ilusi. Yang nyata bagi Ren He adalah mendapatkan hak imunitas. Dulu dia pernah mendapat kesempatan menjadi guru relawan selama satu bulan di daerah miskin sejati untuk merasakan kehidupan nyata. Sekolah-sekolah di sana adalah bangunan berbahaya, tanpa plester dinding sama sekali. Jangan bicara tulang baja, temboknya benar-benar hanya tumpukan tanah!
Di sana, murid-murid harus berjalan puluhan li jalan gunung untuk bersekolah, di tengah perjalanan ada sebuah sungai. Bahkan di musim gugur yang dalam, anak-anak terpaksa menyeberangi sungai itu. Air sungai yang sedemikian dinginnya sampai Ren He enggan sekadar mencelupkan tangannya untuk mencuci, terlalu menggigil!
Anak-anak tak bisa pulang saat makan siang, mereka hanya mengunyah jagung di ruang kelas sebagai makan siang. Kepedihan seperti itu takkan pernah dipahami anak-anak kota.
Saat itulah Ren He memahami satu logika: dunia ini jauh lebih rumit dari yang dibayangkan, kesetaraan manusia hanyalah omong kosong belaka.
Kini, ketika terpikir untuk membantu anak-anak itu sesuai kemampuannya - membangun sekolah di lokasi yang logis, memberi mereka tempat belajar bercahaya terang - hatinya dipenuhi kehangatan.
Sedangkan alasan memilih San Zi Jing juga ada dasarnya, mengingat San Zi Jing tidak bisa diperjualbelikan hak cipta filmnya. Meski saat ini pendapatannya terlihat lebih tinggi daripada Kitab Suci, tapi batas maksimalnya juga yang terendah. Kitab Suci ingin melampauinya hanyalah masalah waktu, dan hak cipta Kitab Sucilah yang menjadi kepala besar.
Sekarang setelah urusan Yayasan Qinghe mulai jelas, saatnya memikirkan cara menyelesaikan tiga misi saat ini.
Misi ketiga yaitu menyelesaikan total 36 kali drift merupakan yang paling sederhana baginya, hanya perlu bolak-balik tiga kali di jalan tanjakan untuk syuting video saja. Lagipula misi hukuman langit tidak memiliki persyaratan khusus untuk kecepatan saat drift di tikungan, sehingga semakin mudah. Drift dengan kecepatan 23 km/jam pun tetap dihitung satu kali, sama sekali tidak ada risiko keselamatan.
Misi kedua yaitu melampaui 100 kendaraan bermotor juga tidak sulit. Cukup cari jalan utama kota saat macet, dengan mudah bisa melampaui seratus kendaraan... Bukankah semua pengemudi pernah mengalami sepeda melewati mobil mereka?
Yang paling sulit tetap misi pertama, karena persyaratan lokasinya sangat spesifik. Untuk mencapai kecepatan 100 kilometer per jam, harus ada kemiringan yang cukup. Selain itu, total jaraknya harus memungkinkan downhill cycling selama lebih dari setengah jam, minimal 30 kilometer lebih!
Sebenarnya lokasi downhill cycling paling terkenal di Tiongkok adalah Jalan Langit di Gunung Tianmen Zhangjiajie. Dengan perbedaan ketinggian 1.100 meter dan 99 tikungan, termasuk tikungan hairpin yang beruntun!
Banyak orang tahu istilah "hairpin bend", tapi tidak paham kriteria tikungan yang layak disebut demikian. Ren He di kehidupan sebelumnya pernah menonton film Initial D yang menyebut Five Consecutive Hairpin Bends di Gunung Akina, dan banyak orang baru tahu dari situ.
Tikungan hairpin adalah tikungan dengan kelengkungan mendekati 180 derajat, mirip bentuk penjepit kertas! Tikungan jenis inilah yang paling berbahaya saat melakukan drifting!
Ren He merasa gatal di hati setiap kali ingat hal ini, bertekad suatu saat pasti akan mencoba downhill di Jalan Langit itu.
Tapi sekarang jelas tidak bisa, yang bisa ia pilih hanya daerah sekitar Luocheng... Di manakah yang tepat?
Ketemu! Gunung Laojun di Kabupaten ZC dengan ketinggian 2.193 meter!
Ini memang lokasi terbaik saat ini, Ren He sudah memutuskan untuk menyelesaikan misi di sana. Dari Luocheng hanya perlu dua jam berkendara, bisa ajak Yang Xi jalan-jalan. Lagi pula mereka berdua bukan tipe yang melankolis karena pelajaran. Justru saat orang lain sibuk belajar, mereka malah santai bisa.
Tidak perlu belajar keras mungkin hal paling memuaskan di masa sekolah... Ini seperti ketika semua orang sibuk mempersiapkan Ujian Nasional, tapi setengah tahun sebelumnya kamu sudah ditetapkan sebagai calon mahasiswa penerima rekomendasi. Guru dengan serius bilang: "Kamu sudah tidak perlu belajar, tapi jangan ganggu teman sekelas. Selamat bersenang-senang..."
Ini rasa apa coba! Seperti mengambang di atas awan!
Melompat keluar Tiga Ranja, bukan bagian dari Lima Elemen. Hal yang kalian perjuangkan mati-matian, Kakak sudah lewati dengan mudah. Duduk manis melihat kalian belajar keras, Kakak sungguh... "Bagus, bagus, bagus!"
Ren He memang orang yang jahat. Jika di kehidupan sebelumnya dia bisa diterima tanpa ujian, dia hampir tak sabar ingin menyanyikan "Lagu Pahlawan" di depan murid-murid berprestasi: "Bintang di langit mengitari Biduk! Milikku milikmu semua punya!"
Sayang sekali di kehidupan sebelumnya dia tidak diterima tanpa ujian...
Namun pengalaman terlahir kembali membuatnya akhirnya bisa menikmati psikologis seperti ini. Baru sekarang dia paham, ini benar-benar memuaskan! Jangankan soal ujian masuk SMA, soal ujian nasional pun sudah ada di kepalanya!
Tapi yang agak disayangkan, dia tidak bisa terlalu pamer. Pertama karena ini terkait fenomena supernatural, kedua kalau sampai kebocoran soal ujian nasional diubah, itu bukan hanya menjerumuskan diri sendiri tapi juga Xu Nuo si pria gemuk...
Kamu berharap anak seperti Xu Nuo bisa lulus ujian masuk universitas dengan kemampuannya sendiri? Lulus diploma saja sudah dipaksakan!
Saat Ren He menyodorkan catatan kecil ke Yang Xi yang menyebutkan rencana main ke Gunung Laojun bersama di akhir pekan, mata Yang Xi langsung berbinar. Waktu itu ke Gunung Awan Putih nonton matahari terbit gagal karena teman sekelasnya terlalu bertele-tele. Meski Yang Xi tidak mengeluh, ini tetap menjadi penyesalan.
Sekarang bisa pergi melihat matahari terbit bersama Ren He justru lebih bermakna, mungkin ini pertama kalinya kami berdua menikmati sunrise bersama.
