Yuan Peng nonton video drift Ren He di tikungan sampai ingin nangis, apakah salah sang mentor mengajar, atau dirinya yang salah belajar?
Apa karena kemampuannya masih belum cukup mumpuni?!
Dia berniat mengabaikan semua penilaian, malam ini langsung jaga lokasi drift itu. Rupanya selama ini dia terlalu rumit memikirkan lawannya...
Tapi begitu sampai di sana, ternyata sudah banyak orang dengan tujuan sama yang berjongkok menunggu!
Awalnya semua orang mengira Cheshen Luocheng tidak akan melakukan drift di sini lagi, jadi sama sekali tidak berniat datang berjaga. Tapi sekarang mereka baru sadar, "Hah, apa ia menganggap tempat ini sebagai markas utamanya?"
Jadi pada Jumat malam yang sepi, mereka akhirnya membawa camilan dan menunggu, ingin menyaksikan langsung kelihaian Cheshen Luocheng.
Yuan Peng merasa jantungnya berdebar melihat kerumunan orang ini. Dengan banyaknya orang di sini, meski berhasil menangkapnya, ini bukan lagi berita eksklusif! Baru beberapa menit, Yuan Peng sudah melihat dua tiga rekan seprofesi!
Sebelum datang, ia berharap sang Cheshen muncul lagi. Tapi setelah tiba, justru berharap jangan sampai muncul. Jika tidak muncul, masih ada harapan untuk mendapatkan berita eksklusif...
Saat jam menunjukkan pukul dua tiga subuh, para penggemar yang kelelahan akhirnya bubar. Tak ada yang benar-benar bertahan. Dalam sekejap, hanya Yuan Peng yang tersisa di lokasi. Sukacita langsung membanjiri hatinya!
Kesempatan datang!
Ia masih ingat pertama kali kesatria ini muncul antara pukul 4 sampai 5 subuh, mungkin kali ini juga sama. Sudah jelas dia ini tipe orang hantu malam!
Haha, kalian yang tak sabaran ini, kesempatan memang harus diserahkan pada orang sukses seperti aku yang punya ketekunan dan keuletan! Yuan Peng hampir meledak karena sukacita!
Namun faktanya, sejak jam 8 malam Ren He sudah nongkrong di forum sambil ngemil kuaci, menonton siaran langsung orang-orang yang menunggu Dewa Mobil. Sungguh menghibur, banyak sekali yang menantikan dirinya...
Tapi dia takkan muncul. Misi kedua sudah selesai, sekarang ramuan air mata telah menjadi skill tetap. Ren He sekarang gatal tangannya ingin mencoba kekuatan skill barunya - ini kan skill proaktif kedua setelah skill pemakan yang biasanya sengaja diabaikannya.
Siapa yang akan jadi kelinci percobaan? Apa Lin Hao masih di Luocheng?
Sudahlah, nanti pasti ada saatnya digunakan.
Lalu, dia pun tidur... tidur...
Saat Yuan Peng terbangun di sabuk hijau subuh itu, rasanya benar-benar campuran asam dan memuaskan. Andaikan ada meja di depannya, pasti langsung dia balikkan!
……
Ren He pagi-pagi sudah segar dan bersemangat selesai mandi, turun ke bawah lalu menyetir mobilnya. Mampir dulu menjemput Xu Nuo yang searah, baru kemudian ke rumah Yang Xi untuk menjemput Yang Xi.
Begitu naik mobil, Yang Xi langsung melihat Xu Nuo yang duduk manis di baris belakang. Alisnya berkerut menirukan dialog klise sinetron: "Jemput si pelayan ketiga dulu baru jemput aku?"
Baru mengucapkannya sendiri sudah tertawa duluan. Memandangi Xu Nuo yang masih terpaku, dia tersenyum: "Sudah, tidak usah bingung."
Sebenarnya jika bicara soal usia psikologis, baik Yang Xi maupun Ren He jauh lebih matang dibanding Xu Nuo. Ren He karena terlahir kembali dari perjalanan waktu, kalau tidak mungkin takkan lebih baik dari Xu Nuo. Sedangkan Yang Xi, secara alami perempuan memang lebih cepat matang secara psikologis dibanding laki-laki. Kadang saat seorang pria mengejar wanita, jika sang wanita menyukaimu masih mending, tapi kalau tidak, sikapnya akan membuatmu merasa tindakanmu sangat lemah pikiran...
Yang Xi sendiri lebih matang dari gadis biasa karena dunia yang pernah disaksikannya lebih luas. Lingkungan tempatnya tumbuh sejak kecil memang tidak seperti kebanyakan gadis dalam negeri yang terlindungi dengan baik, hidup mereka hanya berisi belajar dan hal-hal sederhana.
Maka wajar jika usia psikologisnya jauh lebih matang. Tapi tetap tak bisa dibandingkan dengan Ren He si pseudo paman licik yang terlahir kembali ini. Kadang Ren He sendiri bertanya-tanya: Mengapa aku bisa terlahir kembali dan jatuh cinta pada gadis 16 tahun? Setelah merenung lama akhirnya ia menemukan jawaban: Aku memang lolicon...
Tentu saja, ini adalah candaannya pada diri sendiri. Sebenarnya yang menarik hati Ren He dari Yang Xi adalah daya tarik tersembunyi dalam karakter independennya. Berapa banyak gadis yang benar-benar bisa mandiri? Sangat langka.
Namun terlalu mandiri juga tidak baik. Ren He merasa lucu saat melihat Yang Xi sesekali cemburu karena Xu Nuo si pria gemuk.
Hanya Xu Nuo yang menderita. Ia gagap bertanya: "Kalau... aku turun dulu? Lalu naik lagi..."
"Haha, jangan cari-cari masalah! Berangkat!" teriak Ren He. Setiap kali akan jalan-jalan, hatinya selalu riang! Karena itu berarti dia akan melepaskan diri dari lingkaran perkotaan saat ini menuju tempat asing tanpa kenalan - bebas lepas, tak perlu hidup dalam penilaian orang.
Yang Xi mengeluarkan beberapa kantong penyegar berisi buah-buahan, yogurt, dan beberapa bakpao besar dari tasnya. Aroma bakpao daging langsung tercium bahkan sebelum mobil Ren He menyala.
"Ini baru saja dikukus ayahku. Katanya berangkat pagi-pagi begini, pasti kamu belum sarapan," jelas Yang Xi: "Keahlian ayahku mengukus bakpao di ibukota merupakan juara, coba cicip."
Xu Nuo di belakang mendengar langsung mulutnya menganga: "Kamu jujur bilang ke ayahmu mau jalan-jalan bersama? Ayahmu tahu Ren He? Malah menyiapkan sarapan untuknya?"
Dunia ini brengsek keterlaluan! Xu Nuo merasa perspektif hidupnya terbalik 180 derajat. Jangan-jangan bergaul dengan teman perempuan, sekadar memberi tahu ayahnya bahwa ia tidak ikut bimbel tapi jalan-jalan saja, sedang murka akan memukulnya sampai tidak perlu ikut ujian masuk SMA!
Ren He memutar matanya: "Makan saja bakpao mu. Ayahnya tidak tahu kami sedang berhubungan."
"Bisa mengizinkan putrinya jalan-jalan jelang ujian SMA saja sudah jempolan!" Xu Nuo sampai air mata panas menggenang: "Yang Xi, apa ayahmu masih kekurangan anak laki-laki? Aku rasa aku bukan anak kandung ayahku sendiri..."
"Konsep tradisional Tiongkok 'tongkat menghasilkan anak yang berbakti' benar-benar menjebak..."
……
Saat Xu Nuo dan rombongan berangkat, Duan Xiaolou dan Huangfu Zhuri menunggu di pintu keluar Bandara Suburban Utara Luocheng. Huangfu Zhuri gugup bertanya: "Bagaimana gaya rambutku?"
Duan Xiaolou berkata dengan ekspresi datar: "Serius, Kakak, ini sudah kelima kalinya kau tanya. Gaya rambutmu sangat bagus, rapi dan berenergi."
"Benarkah?" Huangfu Zhuri berseri-seri.
"Aku paham waktu Kakak Yu Ting bilang suka gaya rambut pendek yang rapi, lalu kau langsung potong pendek. Tapi aku tak mengerti kenapa kau menyukai Kakak Yu Ting tapi tidak langsung mengatakannya padanya?" Duan Xiaolou bersandar di pagar bertanya tenang.
“Kakak Yuting pasti tidak tertarik padaku, tapi tak apa. Manusia selalu berkembang, kan? Kuharap dia bisa perlahan menyadari perubahanku sendiri, baru sempurna!” Huangfu Zhuri buru-buru menjelaskan: “Bukan takut mengungkapkan perasaan, jangan berpikir macam-macam.”
Duan Xiaolua malas menanggapi sikap keras kepalanya. Jelas-jelas sangat mencintai, sampai ketika orang lain pulang merayakan tahun baru, dia langsung terbang dari Australia. Hari kedatangan pesawatnya sengaja disamakan. Mau makan pun harus mengajak Xia Yuting, seolah tanpa dia tak bisa makan!
Sekarang, kakek Xia Yuting sedang merayakan Ulang Tahun Besar ke-70 di rumah perawatan Gunung Laojun, jadi dia pulang ke Luocheng dua hari. Eh, si dia juga ikut balik cuma buat ikut ramai!
Huangfu Zhuri sendiri merasa agak canggung, buru-buru mengalihkan topik: “Bagaimana hubunganmu dengan cowok di kelasmu yang bernama Ren He itu?”
Duan Xiaolou tertegun: “Bagaimana maksudmu?”
"Jangan malu-malu, cepat ceritakan. Menurutku dia cukup baik, moralnya, cara bicara, esensi vital-energi spiritual-semangat, semuanya terlihat sangat bagus. Aku serius, awalnya tidak merasa dia begitu menonjol, tapi setelah berinteraksi, kulihat bocah ini benar-benar yang teratas di antara siswa SMP. Dia punya ide-ide sendiri, pasti akan jadi orang yang melakukan hal-hal besar di masa depan. Apa kamu tidak pertimbangkan?" Huangfu Zhuri berkata sambil mengedip-ngedipkan mata.
Perkataan ini membuat Duan Xiaolou terpaku lama, bahkan sampai lama tidak tahu harus menjawab apa.
Tiba-tiba terdengar suara sepatu hak tinggi berketuk-ketuk menabrak permukaan lantai dari pintu keluar. Huangfu Zhuri langsung bersemangat, suara hak tinggi itu seperti menggaruk-garuk di lubuk hatinya!
Setelah bergaul lebih dari belasan tahun, langkah kaki siapa ini bisa langsung dikenali Huangfu Zhuri dari kejauhan.
"Tak ada harganya," ujar Duan Xiaolou dengan ekspresi datar.
……
Tambahan bab untuk Sultan Hantu Pengembara yang malang. Semoga kau menemukan jati dirimu kembali.
Sebenarnya hidup di saat ini paling penting, pemandangan indah sesaat, jika telah berlalu tak akan kembali. Daripada meratapi diri masa lalu, lebih baik tegak kepala melangkah keluar dari awan hitam.
Ingatan-ingatan mendalam itu hanyalah foto lama.
