Seiring suara jernih sepatu hak tinggi, Xia Yuting berjalan dari pintu keluar menuju Duan Xiaolou dan Huangfu Zhuri. Di balik jas hitamnya hanya ada baju dalam renda hitam, kerah tidak terlalu rendah namun bisa terlihat lekukan menggoda.
Xia Yuting adalah wanita yang sangat cantik dan memesona, selain lima organ indera yang sempurna dan wajah putih memikat, postur tubuhnya juga luar biasa.
Kaki di balik rok terlihat panjang tegak, betisnya menunjukkan jejak latihan pembentukan tubuh jangka panjang, garis-garisnya jelas dan elegan.
Hak sepatunya rendah, sehingga terlihat lengkungan kaki sempurna dan sela jari bak giok.
“Memang benar, jangan lihat Huangfu Zhuri yang sekarang tampak tak sukses. Harus diketahui, di lingkaran pun ia punya nama dan reputasi. Biasanya selalu tersenyum, tapi saat genting tidak takut pada siapa pun. Hanya saja memang tidak suka urusan seperti ini.”
“Huangfu Zhuri yang berhati tinggi dan angkuh ini jarang mengagumi orang. Yang bisa membuatnya terbuai sepenuhnya lebih langka dari elang bertanduk.”
Xia Yuting mengangkat alis saat melihat Huangfu Zhuri: “Bukannya kamu di Australia?”
“Dulu kakekmu sering memberiku permen waktu kecil. Ulang Tahun Besar ke-70-nya mana mungkin aku tidak kembali?” gumam Huangfu Zhuri samar. “Dengar dari Liu Lei katanya kamu juga pulang, jadi kupikir sekalian saja menjemputmu pergi bersama.”
Xia Yuting meliriknya: “Ayo cepat. Habis makan malam aku harus kembali ke ibukota. Proses pemilihan peran untuk Kunlun akan segera dimulai.”
Huangfu Zhuri matanya berbinar: "Kunlun benar-benar akan difilmkan? Itu bagus! Peran mana yang ingin kau mainkan? Menurutku kau pasti bisa memerankan apapun dengan baik."
"Mungkin akan bersaing untuk peran utama Liu Yingying, nanti lihat saja," Xia Yuting mengerutkan kening: "Tekanan persaingannya sangat besar, banyak lawan. Memilih alternatif kedua juga bisa. Tapi kali ini seharusnya tidak ada kecurangan internal, karena Zhou Wumeng yang menjadi produser langsung. Beliau dikenal adil. Sebenarnya pemilihan peran Kunlun sudah seharusnya dilakukan lebih awal, tapi sepertinya Pak Zhou memutuskan untuk menunggu seseorang. Harus orang itu yang menyaring peran-perannya. Tidak tahu siapa yang punya kemampuan besar sampai Pak Zhou rela menunggu. Sudah ditunda dua minggu, akhir-akhir ini Pak Zhou sibuk urusan lain sehingga urusan Kunlun tertunda lagi."
"Aduh, benar atau tidak? Zhou Wumeng jadi produser?" Huangfu Zhuri terkejut: "Siapa yang punya harga diri sampai berani membuat Pak Zhou menunggu dua minggu?"
"Aku tidak tahu, mungkin penulisnya?" Xia Yuting berspekulasi.
“Hah,” Duan Xiaolou tiba-tiba terkejut: “Bukannya sebelumnya ada orang kaya baru yang mau membeli hak cipta Kunlun, kok sekarang produsernya jadi Lao Zhou?”
“Hmm, entah siapa yang memberi saran ke Lao Zhou. Awalnya penulis langsung menjual hak cipta ke Koran Ibukota dengan sistem bagi hasil, sekarang berubah jadi pola kerja sama. Grup Penerbitan Ibukota dan si orang kaya itu mendirikan perusahaan patungan dengan Koran Ibukota sebagai pemegang saham utama. Jadi sekarang Lao Zhou jadi Ketua Dewan perusahaan ini,” Xia Yuting yang sedang kuliah di ibukota tetap update informasi.
“Wah, sekarang orang-orang hebat terus bermunculan. Sekarang muncul lagi orang yang bisa bikin Lao Zhou rela menunggu,” Huangfu Zhuri menghela napas.
Tapi mereka tidak tahu, orang yang ditunggu-tunggu Zhou Wumeng untuk memulai proses pemilihan peran itu tak lain adalah Ren He yang mereka kenal. Siapa sangka seorang siswa SMP sudah memiliki pengaruh sebesar ini?
Dan saat ini penundaan syuting "Kunlun" juga karena Ren He. Lao Zhou sebenarnya berencana membahas pemilihan peran dengannya agar sang penulis bisa terlibat untuk mempertahankan keaslian cerita. Namun semua ini kembali kacau karena urusan Yayasan Qinghe, sampai-sampai beliau benar-benar lupa hal ini!
Di mata Lao Zhou saat ini, tidak ada yang lebih mendesak daripada membangun sekolah harapan!
Seorang siswa SMP sudah mulai mendirikan yayasan amalnya sendiri, siapa lagi yang bisa menyangka hal seperti ini?
Mungkin suatu hari nanti ketika semua peristiwa ini terungkap ke publik, akan mengguncang bola mata seluruh dunia!
"Omong-omong, kalian tahu kan soal munculnya Dewa Mobil di Luocheng kita?" Huangfu Zhuri matanya berbinar-binar, "Wocao, kalian nggak tahu, akhirnya Tiongkok punya jagoan ekstrem! Meski cuma di bidang sepeda, tapi semua temen Aussie-ku pada nanya-nanya ke aku, tanya kenal nggak sama siswa SMP yang dijuluki Kesatria itu! Pas mereka tahu aku dan Kesatria tinggal di kota yang sama, ekspresi mereka langsung nggak karuan! Aneh juga sih, akhir-akhir ini banyak siswa SMP jempolan bermunculan, mulai dari yang jago nyanyi berdua, terus ada lagi Dewa Mobil ini... Jujur aja aku pengen banget ketemu langsung sama Dewa Mobil di Luocheng."
Xia Yuting merapikan rambut bergelombangnya dengan dingin tanpa ampun, "Penduduk yang satu kota dengannya ada jutaan. Ngapain juga ikut-ikutan semangat? Lagian itu bukan prestasimu. Tapi tatapan terakhir di video itu memang memukau jiwa. Cuma modal tatapan kayak gitu buat akting, pasti nggak bakal kelaparan."
Entah mengapa, selama beberapa malam setelah menonton nama Kesatria, Xia Yuting terus bermimpi tentang tatapan itu. Seolah-olah mata itu sendiri memiliki daya pikat magis. Keteguhan dan kegigihan itu sangat menggema dalam hatinya. Keluarga selalu tidak setuju dengan jalannya menjadi selebritas, tapi dia tetap bersikeras. Bukan demi uang - dia tidak kekurangan itu. Xia Yuting hanyalah gadis yang sejak lahir mendambakan kilauan. Sebagian besar gadis memang begitu, tak hanya perempuan, tapi juga para lelaki.
Ini bukan soal terlalu dibuat-dibuat. Ingin terkenal bukanlah kesalahan. Dia memperoleh reputasi dengan usahanya sendiri. Xia Yuting tak pernah merasa ini tidak benar.
Ada yang rela menggunakan tubuh untuk meraih tempat duduk premium, menganggap itu cara cepat. Bukankah menjadi selebritas juga mengejar kepentingan? Tapi Xia Yuting lebih memilih memulai dari awal, menapaki jalan ini dengan kokoh!
Sejak masuk universitas, figuran pun dia jalani, pengganti yang melelahkan juga dia lakukan. Asal syuting dimulai, dia rela menanggung kesusahan, rela berjongkok di pinggir jalan kecil studio sambil menyantap nasi kotak seharga beberapa yuan seperti kebanyakan orang, melepaskan semua rasa sungkannya.
Xia Yuting tak pernah meminta keluarga membantunya dalam hal ini. "Karena kalian tak setuju, aku akan mandiri."
Dia ingin tahu siapa sebenarnya orang di balik sorot mata itu, bahkan ada perasaan rindu yang membara.
Hanya Duan Xiaolou yang berjalan membisu. Pengendara sepeda itu terasa begitu akrab namun asing baginya. Tentang identitas Sang Kesatria, di hatinya ada jawaban, tapi belum bisa dipastikan.
Tiga orang duduk di mobil Huangfu Zhuri menuju pintu masuk tol. Sesampainya di pintu tol, Huangfu Zhuri berteriak kaget: "Waduh, di Luocheng masih ada yang beli mobil ini!"
Xia Yuting dan Duan Xiaolou menatap ke arah itu, terbuka dengan jelas sebuah pikap raksasa yang seolah monster, ukurannya begitu besar hingga kendaraan di belakangnya merasakan penindasan tak kasat mata!
"Mobil ini harganya lebih dari 2 juta yuan! Kalau muncul di tempat lain mungkin tak aneh, tapi di Luocheng kita ini ada juga, hebat," kata Huangfu Zhuri sambil menggerakkan bibirnya.
Xia Yuting sama sekali tak bereaksi. Di ibukota, mobil mewah sudah terlalu biasa - di Gedung Tari Umum, Zhongxi, Institut Film Beijing, parkiran penuh mobil mewah.
Tapi belakangan ini orang tajir lebih suka beli SUV besar atau mobil sport. Monster seperti ini memang unik, tapi cuma sekedar keunikan saja.
Hanya Duan Xiaolou yang membeku di tempat, karena dia tahu itu sebenarnya mobil Ren He!
Dulu Duan Xiaolou tak paham nilai mobil ini, tapi sekarang dia tahu - lebih dari 2 juta yuan!
Bagaimana mungkin seorang siswa SMP bisa membeli mobil mewah 2 juta yuan?!
Dari orangtua? Atau hasil usahanya sendiri? Jika dari orangtua, itu menunjukkan kasih sayang yang berlebihan. Tapi kalau hasil sendiri, sungguh mengerikan.
Pertanyaan ini tetap menjadi misteri bagi Duan Xiaolou.
Dan kemana tujuan orang itu sekarang? Jangan-jangan juga ke Luanchuan Gunung Laojun? Bisa saja kedua pihak bertemu di sana. Meski pemikiran ini agak mengada-ada, tiba-tiba Duan Xiaolou mulai berharap perjalanan yang seharusnya membosankan ini menjadi menarik. Ia sendiri tak tahu apa yang dinantikannya.
