Saat malam tiba, Ren He mengajak Yang Xi dan Xu Nu makan di warung kecil Area Wisata Gunung Laojun. Hidangan ayam kampung rebus jamur asli di sini memang juara, setidaknya alami tanpa bahan kimia.
Setelah kenyang, ketiganya bersiap kembali ke kamar. Ren He melihat jam - sudah pukul 9 lebih. Saatnya memulai misinya.
Perhitungan waktu berkuda besi ini cukup menarik: turun sekitar 1 jam, naik lagi dengan mobil butuh 1 jam lebih. Lucunya, kecepatan bersepedanya malah lebih cepat dari menyetir. Sebagai pengemudi biasa, ia hanya bisa melaju 60 km/jam di jalan gunung berliku itu. Bahkan di kecepatan itu, ia masih harus mengurangi kecepatan saat belokan.
Tapi kecepatan bersepedanya... mencapai 100 km/jam!
Di perjalanan kembali, mereka melihat villa itu sepertinya sudah bubar. Banyak orang keluar dari villa dan masuk ke mobil, lalu perlahan mengarah ke kaki gunung. Mungkin pesta ulang tahun sudah berakhir dan mereka buru-buru pulang.
Ren He dan yang lain tidak lama memandang sebelum langsung kembali ke kamar. Saat ia menyelipkan Kacu Merah ke saku dan memikul sepeda gunung keluar, Yang Xi sudah menunggu di depan pintu sambil tersenyum tenang, "Perhatikan keselamatan, aku akan menunggumu kembali untuk melihat matahari terbit bersama."
Ren He tertegun sejenak. Perasaan ini... seakan tiba-tiba memiliki tempat kembali, ada seseorang yang menanti dirinya.
Ia pernah membayangkan bentuk sebuah rumah.
Pintu tertutup, saat menoleh ada sofa besar yang memenuhi separuh ruang tamu. Bantal sandaran tidak perlu terlalu tinggi, tapi pasti sangat empuk. Di dapur, panci rebusan mendidih dengan suara gemericik, aroma kaldu iga yang pekat menguar membawa wangi yang tumpul.
Langit hampir gelap, cahaya Bintik Bintang memantulkan bayangan kota di kaca jendela. Di bawahnya, aliran sungai kendaraan yang tak henti mengalir, sementara di dalam mobil terlihat orang-orang yang sibuk bergegas.
Ia mendorong pintu masuk dengan suara "krak", Ren He kembali ke rumah dengan udara dingin masih melekat di bajunya sambil tersenyum, "Aku pulang."
Lalu ia memeluk orang di dalam ruangan itu, seolah sedang merangkul seluruh alam semesta.
Tiba-tiba Ren He ingin membeli rumah, menciptakan tempat yang hanya menjadi hak dua orang, benteng tak tertembus yang menjamin keselamatan.
Ia tersadar dari lamunannya dan tertawa, "Tenang, pasti kembali dengan selamat. Aku ini Dewa Mobil."
Benar! Mulai sekarang hingga ia mengayuh sepeda menuju kaki gunung, dialah Cheshen Luocheng!
Ren He menghilang dalam langit malam dengan sepedanya. Sesampainya di titik awal jalan gunung berliku, ia mengenakan kacamata pelindung dan mengikat Kacu Merah di wajahnya hingga hanya menyisakan mata - mata yang memancarkan keteguhan hati yang telah membuat tak terhitung orang berdecak kagum.
Tantangan baru dimulai. Kecepatan 100 km/jam, hambatan angin akan membuatnya tidak nyaman, tapi tidak masalah. Tantangan kehidupan baru saja dimulai.
Rantai sepeda mengeluarkan bunyi klik-klik yang jernih. Ren He dan sepeda barunya sudah seperti anak panah yang dilepaskan dari busur, melesat pergi.
Hanya dalam 16 detik, kecepatan Ren He sudah mencapai 100!
Saat menyetir mobil, kecepatan 100 km/jam tidak terasa apa-apa. Tapi ketika mengendarai sepeda, Ren He merasa setiap detik seperti berpapasan dengan maut. Memori super-nya berfungsi sekarang. Dia tahu persis berapa lama lagi akan memasuki tikungan berikutnya. Seluruh jalan gunung yang berliku terpeta jelas di kepalanya seperti peta 3D.
Rekaman visual super-nya juga membuat kegelapan malam di pegunungan terang benderang bagai siang hari.
Ren He mengagumi keajaiban Sistem Hukuman Langit yang memberinya begitu banyak kemampuan tak terbayangkan dalam hidup ini. Maka dia akan membuat perjalanan hidup yang diulanginya ini benar-benar bermakna!
Cepat selesaikan! Masih ada orang yang menunggu kepulangannya!
Satu pikiran terucap, 10 ribu gunung tak mampu halangi!
Percepat!
Pada detik ini, sepeda Ren He kembali melaju kencang. Di 2 kilometer yang hampir lurus ini, kecepatannya telah mencapai angka mengerikan 12345 km/jam!
Apa itu speed descent? Ada yang bilang cuma turun cepat biasa. Bagi Ren He, dengan poin fisiknya yang luar biasa, kecepatan 100 km/jam sama sekali bukan tantangan sejati!
Jika sudah mempertaruhkan nyawa, harus dimainkan sampai puas! Pikirkan para legenda di kehidupan sebelumnya yang bisa mencapai 150 km/jam di lintasan gunung, atau wingsuit flying dengan kecepatan 170 km/jam bahkan ada yang menyelesaikan tembus target seperti panah di 200 km/jam.
Itulah ujung perjalananku, sedangkan ini baru garis start!
Pemandangan gunung bergerak mundur dengan cepat di belakangnya, hingga saat memasuki tikungan pertama kecepatannya baru turun kembali ke 68 km/jam. Saat masuk tikungan, seluruh tubuhnya miring tajam, memperlihatkan drift kecepatan tinggi di tikungan! Kecepatan kali ini bahkan mencapai 68 km/jam, 8 poin lebih tinggi dari kecepatan dalam video Kesatria.
Tapi Ren He tahu, drift sepeda di tikungan dengan kecepatan 68 km/jam sudah mencapai batas maksimalnya, tak bisa lebih cepat lagi!
Setelah aksi drift selesai, kecepatan Ren He melesat kembali. Menyelesaikan misi akumulasi 30 menit dengan kecepatan 100 km/jam bukanlah hal sederhana.
Tiba-tiba ia melihat puluhan mobil melintas perlahan di mulut gunung depan. Bukankah itu orang-orang yang tadi dilihatnya di depan villa? "Kenapa jalannya lambat sekali?" Ren He mengerutkan kening. Ia mengira mereka sudah sampai di kaki gunung.
Ya, kecepatan mobil-mobil itu 50 km/jam. Relatif terhadap kecepatan mobil lain di jalan gunung berliku ini sebenarnya tidak rendah, tapi dibandingkan kecepatan Ren He saat ini, itu seperti gerakan merangkak!
Ren He melesat ke depan dengan kecepatan yang sangat tinggi, Kacu Merah di lehernya tertiup angin hingga menempel erat di pipinya.
Tiba-tiba, sopir di mobil terakhir rombongan tanpa sengaja melirik kaca spion - awalnya hanya gerakan refleks, namun hasilnya membuatnya terkejut bukan main: "Sepertinya ada sesuatu yang mendekat dengan kecepatan tinggi, bukan mobil!"
Penumpang di dalam mobil bertanya-tanya: "Bukan mobil lalu apa lagi?"
"Tidak tahu, tidak ada lampu kendaraan. Cahaya bulan kurang terang, seperti ada orang yang sedang mengayuh sepeda!" sopir berteori. Ia melirik kaca spion lagi untuk memastikan, lalu berteriak: "Loh, kok sepedanya bisa secepat ini?!"
Ia kini melihat jelas: benar-benar sebuah sepeda! Jarak yang awalnya jauh itu tiba-tiba menyempit drastis dalam sekejap mata, sepeda itu kembali mendekati rombongan mereka!
Dan saat itu pula sang sopir akhirnya melihat dengan jelas... Kacu Merah yang berkibar di leher pengendara itu!
"Cheshen Luocheng! Astaga, kenapa dia ada di jalan gunung yang berliku ini!" Pori-pori di tubuh sopir langsung merinding. Dua hari ini dia sering mendengar orang membicarakan Cheshen Luocheng, tapi di hatinya bertanya-tanya: "Naik sepeda kok disebut dewa mobil?" Akhirnya dia menonton video tersebut, dan setelah melihatnya malah mulai terobsesi, ingin membeli sepeda untuk main-main.
"Kecepatan yang luar biasa, dua kali lebih cepat dari mobilku!" Sopir terguncang. Tak ada yang menyangka akan bertemu Cheshen Luocheng di lokasi terpencil ini. Tapi kecepatan gerakan dan Kacu Merah di wajahnya membuktikan bahwa segala sesuatu yang dia lihat saat ini NYATA!
Di depan ada tikungan. Sopir mulai panik. Dengan kecepatan mendekat kedua kendaraan saat ini, kemungkinan besar mereka akan masuk tikungan secara sejajar!
Ciiiit!
Sopir terpaksa menginjak rem. Meski lawannya punya kemampuan tinggi dan berani mengambil risiko, tapi dia sendiri tidak ingin terjadi apa-apa!
Pada detik menginjak rem, ia melihat di area yang diterangi lampu depan tiba-tiba ada sepeda yang menerobos melintasi dan menyusulnya, lalu di tikungan seluruh tubuh pesepeda miring hampir menempel permukaan tanah!
Itu aksi drift di tikungan yang klasik!
Ia sendiri ternyata menyaksikan langsung drift ini!
Cheshen Luocheng!
"Brengsek ini seru! Jempolan!" Sopir meski dipaksa mengerem oleh sepeda Ren He, tapi di hatinya hanya ada keterpanaan yang mendalam!
