Nama "Kesatria" di momen ini di dalam hati Yuan Peng benar-benar setara dengan uang dan reputasi. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengaktifkan persneling dan mengejar. Asal bisa menghalangi pihak tersebut, headline besok pasti menjadi haknya!
Namun Yuan Peng tiba-tiba menyadari sesuatu... Dirinya ternyata agak kesulitan mengejar mereka!
Sialan, ini kan di pusat area keramaian! Meski di kota kecil Luocheng jam 10 malam jalanan sudah sepi, tapi nggak boleh ngebut kayak gini dong!
Yuan Peng melirik speedometer-nya: sudah 60 km/jam, tapi tetap saja rasanya tidak bisa mengejar! Secepat apa sih itu orang mengendarainya?
Dia langsung membuka jendela mobil dan berteriak: "Kesatria!"
Tapi sang lawan bahkan tidak menoleh. Yuan Peng merasa terprovokasi. Oke, ayo kita lihat siapa yang lebih cepat: motor lu atau mobil gue!
Biasanya pemikiran seperti ini cuma ada di dialog antagonis sinetron: "Lihat kepalan tanganmu cepat atau peluruku?", tapi faktanya selalu terbukti...
Yuan Peng tetap saja ketinggalan!
Speedometer sudah menunjukkan 70 km/jam, tapi kecepatannya cuma bisa sejajar dengan sang target.
Ini kan di tingkat kota! Pengendara berpengalaman pasti tahu: mencapai 50 km/jam saja sudah termasuk kondisi jalan yang bagus di area urban!
Yuan Peng merasa kesal dalam hati, lawannya malah bisa menggilasnya dengan sepeda. Dia merasa seperti ada api mengganjal di perut, tapi dia harus mengejar!
Sebuah mobil dan sepeda mulai balap di pusat kota, ajaibnya lampu lalu lintas sepanjang jalan berubah hijau tepat waktu!
Sepeda mengandalkan tubuh mungilnya yang mudah menyelip di jalan raya tanpa mengurangi kecepatan sedikit pun, sementara mobil di belakang nekad mengejar dengan gigih...
Tapi Yuan Peng tidak tahu, Ren He sama sekali tidak menyadari ada mobil yang mengejarnya - dia sedang memakai earphone...
Tiba-tiba, Ren He melepas kedua tangan dari setang. Keseimbangan sepeda sepenuhnya diandalkan pada kecepatan dan kontrol tubuh, namun lajunya tetap kencang seperti angin menerobos jalan raya, menyusul mobil-mobil satu per satu!
Melihat adegan ini, Yuan Peng merasa seperti dihinakan habis-habisan...
Sepeda dikayuh lebih cepat dariku saja sudah keterlaluan, masih brengsek tidak memegang setang... Kau brengsek meremehkan siapa ini?! Ini persis seperti dua orang berantem, tiba-tiba lawan bilang: "Memukulmu, aku bisa membuang kedua tanganku sendiri."
Ren He sengaja tidak memegang setang sepenuhnya demi penilaian sempurna. Setelah lama berpikir, dia menyadari bahwa untuk mencapai penilaian sempurna dalam misi, harus melakukan sesuatu yang melampaui batas - secara paksa meningkatkan kesulitan misi sendiri! Hanya dengan begitu harapan mendapatkan penilaian sempurna terbuka.
Maka terciptalah metode ini: pertama, kecepatan sepeda harus cukup tinggi dengan tetap menjamin keselamatan diri; kedua, memainkan trik berkesulitan tinggi!
Tapi Yuan Peng tidak tahu ini! Amarah di hati Yuan Peng langsung meledak, pedal gas diinjak habis-habisan hingga kecepatan mobil melesat ke 90 km/jam. Kurang dari satu menit, dia sudah menyusul dan melampaui sepeda Ren He!
Ciiit!
Yuan Peng memiringkan seluruh bodi mobilnya menghadang arah laju Ren He, berencana memaksa sepeda itu berhenti dengan cara ini!
Gagasan itu benar, Ren He langsung terpaksa berhenti, bahkan karena kecepatannya terlalu tinggi sempat tidak stabil. Ren He langsung meledak: "Sialan, cara nyetir macam apa ini! Siapa bilang pengendara sepeda nggak bisa kena sindrom amarah di jalan?"
Pengemudi umumnya mudah tersulut emosi, inilah yang disebut sindrom amarah di jalan (road rage). Sesuai namanya, mengemudi sambil diliputi amarah. Merujuk pada perilaku agresif atau penuh kemarahan dari pengemudi kendaraan bermotor. Perilaku ini bisa mencakup: isyarat kasar, penghinaan verbal, sengaja mengemudi dengan cara tidak aman atau mengancam keselamatan, atau melakukan intimidasi...
Wajah Ren He langsung memerah. Jadi karena aku bukan kendaraan bermotor roda empat, kalian anggap aku nggak bisa meledak? Hari ini akan kuperlihatkan apa itu isyarat kasar, penghinaan verbal, mengemudi dengan cara mengancam! Beneran mengira buff membuat orang menangis yang melekat padaku ini palsu?!
Bahkan ia belum tahu mengapa pihak lawan menghentikan mobil tepat di depannya. Ren He menepikan sepedanya ke samping. Yuan Peng baru saja turun dari mobil dan hendak berbicara, namun tiba-tiba... menangis...
Yuan Peng hanya merasakan kelenjar air matanya seolah meledak! Air mata muncrat deras keluar, tangisannya menyayat hati!
Tiba-tiba di detik berikutnya, perutnya terasa dihantam kepalan tangan. Seluruh tubuhnya langsung tidak karuan!
"Sakit sakit sakit sakit sakit!" Saat terjatuh, melalui air mata yang mengaburkan pandangan, Yuan Peng melihat wajah asli Ren He. Meski sangat buram, wajah itu meninggalkan kesan familiar yang kuat di benaknya!
Pasti pernah! Ia yakin pernah melihat Kesatria ini! Yuan Peng berani bersumpah!
Setelah menghempaskan Yuan Peng ke tanah, Ren He langsung melesat naik sepeda. Baru saat itulah Yuan Peng menyadari identitas sebenarnya lawannya. Potongan-potongan memori dalam pandangan kabur akibat air mata itu akhirnya tersusun utuh seperti puzzle!
Ia tidak hanya pernah melihatnya, tapi sudah dua kali. Pertama di depan warung sarapan, saat itu dirinya ingin mewawancarai pemuda yang sedang push-up namun tiba-tiba muntah tanpa alasan!
Kedua saat maraton! Ya, maraton!
Meski rasa sakit di tubuhnya belum hilang, Yuan Peng tiba-tiba ingin tertawa terbahak-bahak. Identitas asli Sang Kesatria akhirnya ketemu: Xu Nuo dari kelas 2 tingkat tiga SMP 13!
Inilah informasi poin tambahan ujian masuk SMA yang dulu ia tinggalkan sendiri! Hahaha, akhirnya gue menemukannya!
Kalau dipikir-pikir, kedua kali bertemu, ia selalu sedang berolahraga - push-up super cepat dan juara maraton. Semua informasi ini sangat cocok dengan karakteristik pecinta olahraga ekstrem. Hati Yuan Peng begitu bahagia seolah-olah ingin terbang! Pasti! Xu Nuo dari kelas 2 tingkat tiga SMP 13! Akhirnya kutemukan kau!
Saat ini Yuan Peng belum tahu, informasi yang ia dapatkan akan memicu masalah tak terduga sebesar apa...
"Dia cuma mau segera mengekspos informasi lawannya demi menguasai kesempatan liputan eksklusif! Pukulan ini nggak boleh sia-sia. Lu mau merahasiakan identitas sebenarnya? Gue bakal bongkar semuanya!"
Beberapa orang mulai berkerumun dan berbisik-bisik, "Dia kenapa sih?"
"Nggak tau juga, tadi liat dia nangis habis dikepal tangan anak kecil..."
"Iya, gue juga liat, nangisnya kayak orang kesetanan gitu..."
Dasar lu! Yuan Peng hampir gila. Ini mah cuma flu aja oi! Dia belum sadar kalau air matanya itu sebenarnya efek samping faktor non-ilmiah, masih ngira karena pilek aja soalnya sebelumnya juga terus-terusan ngeluarin ingus sama air mata.
Kok di mata orang malah jadi dikira nangis habis dipukulin anak kecil sih...
Saat ini Ren He belum tahu apa yang akan terjadi. Dia baru saja menyelesaikan misi dan mendapat penilaian sempurna lagi meski berkendara tanpa pegang setir di jalan tol!
"Inang berhasil menyelesaikan misi dengan penilaian sempurna, bisa menentukan arah hadiah!"
"Melukis!" seru Ren He mantap.
"Hadiah inang teknik melukis tingkat ahli."
Hah, langsung diberikan tingkat ahli? Agak menarik, jangan-jangan Sistem Hukuman Langit juga merasa pemberian 0.1 poin fisik kemarin berlebihan sehingga memberi kompensasi? Bagaimanapun ini hal baik, meski teknik melukisnya tidak perlu terlalu tinggi, sebenarnya dasarnya saja sudah cukup.
Kebutuhan teknik melukis ini sepenuhnya untuk proyek pengembangan game yang akan datang. Ia harus menggambar sendiri semua desain karakter pahlawan game lalu mengajarkan ke desainer grafis untuk membuat model 3D. Jika tidak bisa menyediakan konsep visual, seberapa detail pun penjelasannya, para desainer grafis tetap sulit memahami konsep yang ia maksud.
Daripada buang waktu berkomunikasi, lebih baik menggambar sendiri semuanya!
