Ren He membeli peralatan sketsa di supermarket - pensil sederhana dan kertas sketsa, tapi jumlahnya cukup banyak hingga membentuk tumpukan tebal!
Bagaimana pun, yang harus ia gambar bukan hanya 100 lebih pahlawan, tapi juga peta, peralatan, dan banyak sekali benda di dalam peta. Bahkan di tahap akhir akan lebih banyak lagi, karena masih ada skin dan kulit binatang!
Dota sebagai game gratis, benda apa yang paling menghasilkan uang? Bukankah skin dan perhiasan!
Ingin mengganti penampilan hero, beberapa skin langka di pasar bahkan bisa terjual lebih dari 20.000 RMB! Ada yang merasa ini tidak masuk akal, tapi sebenarnya di antara pemain game, orang kaya baru jumlahnya sangat banyak!
Saat ia mencoba menggambar di rumah, teknik melukis tingkat ahli ini memang bagus. Apa pun yang ingin digambar bisa terwujud, teknik garis arsiran dalam sketsa dan ekspresi cahaya-bayangan semuanya sudah menjadi hal yang sangat mendasar.
Sistem Hukuman Langit memang ajaib. Orang lain mungkin butuh beberapa tahun untuk menguasai keterampilan sampai tingkat matang, di sini hanya perlu menyelesaikan satu misi saja sudah bisa tercapai.
Ren He langsung menggambar tiga konsep hero sekaligus, rasanya sangat memuaskan!
Seperti kata pepatah, banyak skill tidak memberatkan. Ren He merasa dengan berbagai kemampuannya sekarang, meski berhenti mencontek buku pun tetap bisa hidup.
Sementara itu, Yuan Peng sudah pulang ke rumah dan mulai menyelesaikan naskah. Sorot matanya berbinar-binar penuh semangat, seolah dirinya sudah kembali ke masa muda ketika masih menjadi penyiar paling mencolok di stasiun TV.
Dalam tulisannya, ia mendetailkan proses mengintai Sang Kesatria, serta menambahkan tiga kali pertemuannya dengan sosok tersebut.
Push-up, juara maraton, drift bersepeda - semuanya ditulis secara utuh. Melalui narasi yang samar, ia menggambarkan pengorbanannya sendiri, agar publik yang mengikuti kisah Sang Kesatria juga memperhatikan sang wartawan misterius ini, Yuan Peng!
Yuan Peng seakan sudah melihat momen dirinya menjadi terkenal, beserta undangan kerja dari berbagai platform besar.
Siapa tahu bahkan bisa masuk ke Koran Ibukota!
Ketika selesai menulis, Yuan Peng mengangkat telepon dengan penuh percaya diri dan menelepon kepala editor Koran Malam Luocheng: "Hei, Selamat sore Pak Pemred, saya punya naskah yang ingin jadi headline besok!"
Langsung meminta jadi headline, di masa lalu Yuan Ping pasti tak berani, tapi sekarang berbeda - dia telah menggali informasi yang paling ditunggu seluruh negeri!
Pemred mengira Yuan Peng mungkin sudah gila, dengan keraguan bertanya: "Mungkin telingaku tidak bermasalah, ulangi sekali lagi?"
Yuan Peng menarik napas dalam-dalam: "Saya bilang, saya telah menemukan informasi identitas sebenarnya Kesatria, semoga naskah ini bisa jadi headline besok!"
Kesatria? Mata pemred berbinar: "Xiao Yuan, tak kusangka kau bisa menggali berita sebesar ini! Sudah diverifikasi? Jangan sampai ada kesalahan!"
"Tenang saja, pasti tidak ada kesalahan. Malam ini saya bertemu langsung dengannya, melihat wajah aslinya. Tidak hanya itu, saya juga menemukan bahwa saya pernah beberapa kali bertemu dengan pemuda ini, jadi langsung tahu informasi identitasnya!" kata Yuan Peng penuh keyakinan.
“Bagus! Bagus! Bagus!” Pemimpin redaksi berseru tiga kali: "Kali ini Koran Malam Luocheng kita menduduki peringkat pertama nasional, kontribusimu tak ternilai! Aku pasti akan melaporkan jasamu ke pimpinan!"
Di ujung telepon, Yuan Peng tertawa dingin. Pemimpin redaksi ini telah menekannya selama hampir 7 tahun. Janji pujian sekarang ini hanyalah basa-basi belaka. Begitu panasnya berita ini mereda, dia pasti akan melepaskan diri darinya lagi.
Tapi tak masalah. Saat itu Yuan Peng yakin dirinya pasti telah mendapatkan posisi yang lebih baik. Di sorot matanya sekarang, Koran Malam Luocheng hanyalah papan loncatan semata.
Keesokan harinya, Koran Malam Luocheng sudah dicetak dan mulai dijual pada siang hari!
Halaman pertama menampilkan judul besar: Cheshen Luocheng Xu Nuo Ternyata Seorang Siswa SMP!
Koran ini bagai batu yang melemparkan riak ke ribuan gelombang. Saat semua orang ingin tahu identitas asli Sang Kesatria, tiba-tiba meledaklah berita besar yang menggemparkan!
Cheshen Luocheng? Xu Nuo? Seorang siswa SMP dari Sekolah 13?
Setiap poin ini merupakan titik cahaya besar yang menggemparkan! Tepat satu jam setelah koran beredar, berbagai platform internet berebutan mengupdate berita ini. Di bawah setiap berita tercantum jelas: Diterjemahkan ulang dari Koran Malam Luocheng, Wartawan Yuan Peng!
Yuan Peng merasa hati berbunga-bunga menyaksikan semua ini. Inilah momen termasyhur baginya! Mulai saat ini, seluruh lingkaran jurnalistik negeri akan mengenal namanya!
Sekejap mata, puluhan media nasional serentak mengirim wartawan ke Luocheng. Wartawan lokal Luocheng ibarat menara dekat bulan mudah diraih, sudah berada di jalan menuju Sekolah 13 untuk mewawancarai Xu Nuo yang pertama kali!
Namun Xu Nuo yang ingin mereka wawancarai ini, di dalam kelas justru terpaku, terpaku, dan semakin terpaku melihat berita tersebut...
Ia berbisik pelan ke Ren He: "Kok aku bisa jadi Dewa Mobil?!"
Ren He menahan tawa: "Aku juga nggak tahu... Ehem, kau yang bertahan di sini, aku duluan menghindari sorotan."
Ia langsung kabur dari kelas tanpa basa-basi, meninggalkan Xu Nuo sendirian menanggung semua pandangan iblis di kelas. Yang paling terkejut adalah Duan Xiaolou, dia jelas-jelas tahu bahwa Cheshen Luocheng sebenarnya adalah Ren He, kok bisa berubah jadi Xu Nuo? Ada masalah apa di tengah-tengah ini?
Ren He langsung tahu saat melihat berita itu, pasti ada gerombolan wartawan sedang bergegas ke sini. Bahkan dia sendiri tidak mengapa Koran Malam Luocheng bisa melacaknya. Apa karena wartawan tadi malam? Tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan informasi Xu Nuo?
Dalam menilai kasus ini, Ren He sama sekali mengabaikan perlombaan maraton yang seolah tak ada hubungannya dengan hari ini. Makanya dia selalu merasa ada kesalahpahaman besar yang tersembunyi dalam peristiwa ini...
Tapi apapun itu, yang harus dilakukannya sekarang adalah menghindari sorotan dulu. Jika tetap di kelas dan dikenali oleh wartawan itu, lalu kesalahan ini dibetulkan, pasti jadi tidak seru. Jadi Ren He berencana menunggu sampai para wartawan menyadari Xu Nuo bukan orang yang mereka cari.
Saat itu para wartawan mungkin akan pulang dengan kecewa.
Hanya Xu Nuo yang menderita...
Saat ini Xu Nuo sedang duduk di ruang kelas. Ia memandangi teman-temannya yang menatapnya dengan tatapan penuh keanehan. Bahkan dia bisa menebak isi hati mereka: "Ini brengsek Dewa Mobil? Ini lelucon terbesar dunia untuk kita hari ini! Dewa Mobil... Xu Nuo?"
Namanya saja tidak cocok dengan gelar Dewa Mobil!
Apa ada yang salah dengan dunia ini? Mungkin aku membaca berita palsu hari ini!
Tapi karena Ren He sebelumnya menyuruhnya untuk bertahan, Xu Nuo yang tidak mengerti maksud sebenarnya memutuskan untuk hanya tersenyum dan diam jika ada yang menanyakan tentang Dewa Mobil.
Namun saat tersenyum, hatinya ingin menangis... Ia melirik Yang Xi meminta pertolongan, tapi malah melihat Yang Xi sudah tertawa terbahak-bahak sambil menempelkan wajahnya di meja.
Brengsek, masih pantaskah disebut teman seperjuangan mendaki gunung?!
Tak lama kemudian para wartawan tiba di Sekolah 13. Dengan menunjukkan kartu pers, mereka berduyun-duyun masuk tanpa bisa dihalangi penjaga sekolah.
Begitu masuk langsung bertanya di manakah kelas 2 tingkat tiga, setelah menemukan ruang langsung menyambar ke pintu kelas!
Berjejalan di depan kelas mereka berseru: "Mana siswa Xu Nuo? Silakan Dewa Mobil menerima wawancara kami!"
Seluruh kelas diam-diam mengalihkan pandangan ke Xu Nuo yang duduk di dekat jendela. Wartawan mengikuti arah pandangan mereka dan seketika terpaku!
Ini Dewa Mobil?! Telur anjing suci!
Xu Nuo tetap duduk sambil mengingat janjinya sebelumnya: Saat menghadapi wartawan hanya tersenyum mengembang, tak bicara sepatah kata!
Senyumannya sepolos mungkin seperti anak desa yang lugu!
Para wartawan terpana, setidaknya mestinya manusia normal walau bukan dewa, tapi ini mirip lemah pikiran...
