Ren He memandang para penonton yang semua menantikan panggung. Mereka tak bisa melihat dirinya yang tersembunyi dalam gelap, tapi ia bisa melihat mereka dengan jelas.
Momen seperti ini benar-benar bisa membangkitkan gejolak semangat, tak heran banyak selebriti yang kecanduan panggung dan sanjungan penggemar.
Jika suatu hari tak ada lagi penggemar, pasti akan depresi sampai sulit tidur.
Suatu ketika Ren He sempat berpikir, haruskah ia mencoba sensasi menjadi selebriti, perasaan ini sepertinya benar-benar memuaskan. Diteriaki sorak, dinantikan.
Namun Ren He tersenyum dalam hati dan mengusir pikiran itu: itu bukan kehidupan yang ia inginkan.
Sebenarnya setiap orang dalam perjalanan hidup akan menemui banyak godaan, kesempatan, pilihan, tapi pernah ada yang serius memberitahu Ren He, hal terpenting dalam hidup bukanlah menangkap kesempatan, melainkan melepaskannya.
Kita selalu menemui persimpangan jalan saat berjalan maju, di sana ada bunga dan pemandangan indah, sementara orang-orang selalu menganggap pemandangan di tepi seberanglah yang terindah, sehingga mudah melupakan niat awal mereka.
Awalnya kau ingin menjadi ilmuwan, tapi di usia 25 tahun kau menemukan menjadi pengusaha lebih menjanjikan secara finansial, akhirnya, karena tak punya bakat berbisnis kau mengalami kegagalan, dan juga gagal menjadi ilmuwan.
Kau menjadi pengusaha hanya karena iri pada mereka, karena iri lalu melupakan jalannya sendiri, akhirnya tak punya prestasi apapun.
Ren He tersenyum, jari-jarinya yang panjang namun berotot mengelus gitar. Anehnya, alunan kecapi kali ini membuat semua yang hadir merasakan kelegaan yang tak terduga. Mereka tak tahu apa yang terjadi, namun merasa seolah telah melepaskan beban tertentu. Target di hati mereka terasa semakin jelas dan mantap.
Bahkan Ren He sendiri tak menyadari, inilah tingkat keahlian gitar sesungguhnya: kemampuan menyampaikan gejolak emosi!
Lagu pertama malam ini: "Aku Makan Ayam Goreng di Lapangan Rakyat!"
Meski bercerita tentang patah hati, gaya musiknya justru riang tak biasa. Seperti gadis remaja yang ditipu pacar, ditinggal begitu saja, namun tak benar-benar larut dalam kesedihan. Baginya, hidup hanyalah soal membuka babak baru.
Saat semua penyanyi di dunia hiburan masih meratapi cinta dengan lagu sendu, gaya musik dan lirik segar ini bagai hembusan angin sepoi-sepoi di awal musim semi!
Segar dan menyegarkan!
Banyak orang berpikir dalam hati: Ternyata memang berbeda dengan si genit jelita itu!
Semakin didengar semakin menarik, benar-benar semakin didengar semakin menarik!
Saat lagu pertama berakhir, Ren He bahkan tak berniat beristirahat, langsung beralih ke lagu kedua, "Wo De Ai" karya Sun Yanzi!
Perasaan ini bagai membawa semua yang hadir naik roller coaster di telinga, sedetik sebelumnya masih bersemangat, tapi detik berikutnya benar-benar duka menyergap, bahkan emosi yang ditransmisikan gitar mulai terasa samar, namun hanya segelintir ahli musik sejati yang sensitif menyadari, dalam gejolak ini masih tersembunyi seberkas ketegasan.
Mengapa? Mengapa ada emosi seperti ini?!
Sambil memetik gitar, Ren He merenungkan pertanyaan: Seandainya dia dan Yang Xi tidak berada di panggung ini sekarang, melainkan sang gadis mengutarakan keinginan untuk studi ke luar negeri demi mimpi.
Meski tahu kepergiannya mungkin mengakibatkan putusnya hubungan, akankah ia tetap menjemput Yang Xi pergi dengan tangannya sendiri?
Ini sebenarnya sama prinsipnya dengan apakah ia harus mengantarkan bintang bernama Yang Xi ke panggung di langit dengan tangannya sendiri.
Dia bisa memprediksi bahwa setelah usaha keras yang begitu lama, Yang Xi pasti akan langsung menjadi superstar sejati begitu terekspos, melampaui ambang batas yang bahkan tak bisa ditaklukkan banyak selebritas seumur hidupnya, langsung menuju awan hijau kemakmuran.
Saat itu, dia akan menerima undangan, menghadiri berbagai macam acara, dan diserbu oleh sponsor tak terhitung jumlahnya.
Waktu kebersamaan mereka akan dikompresi hingga tak terhingga, sampai akhirnya lenyap sama sekali.
Inilah jarak, jurang pemisah selebar parit-parit lebar.
Tapi setelah lama berpikir, jawaban akhir Ren He adalah: Akan ku lakukan. Ia tetap akan menghaturkan semua pengorbanannya dengan tangan sendiri.
Karena ia takkan membiarkan cinta terkikis oleh jarak!
Benar, jika hidup kedua kali dengan keuntungan ekstra sebesar ini pun ia tak bisa berdiri di sampingnya menyaksikan siklus rumput layu dan berkembang di dunia ini, itu namanya kegagalan total.
Di hati Ren He tiba-tiba bergelora semangat sepuluh ribu zhang. Saat menyadari Yang Xi akan menjadi selebriti yang mulai menjauh darinya, ia sempat ragu sejenak, tapi hanya sesaat belaka!
Itulah dirinya yang hidup dalam kebingungan di kehidupan sebelumnya. Di kehidupan itu, menjadi selebriti adalah hal yang tak terjangkau baginya.
Tapi kali ini Ren He menggunakan sebilah golok, memutuskan secara total hubungan antara kehidupan sebelumnya dan masa kininya. Tak lagi hidup dalam kebingungan, tak lagi ragu, tak lagi ada keraguan.
Dialah pemilik masa depan Yayasan Qinghe, pendiri perusahaan game Qinghe, Raja Ekstrem yang akan datang!
Yang Xi juga merasakan gejolak emosi Ren He. Ia memalingkan wajah dan melirik Ren He, tatapannya penuh pertanyaan seolah khawatir menanyakan ada apa.
Tapi Ren He tidak merespons. Dalam kegelapan panggung, ia mengangguk ke Xie Zexi yang berada di belakang. Ini adalah hadiah yang telah diputuskan untuk Yang Xi sejak keberangkatan dari Luocheng.
Tak ada yang bisa membayangkan persiapan rumit yang telah dilakukan Ren He untuk momen ini, bahkan Yang Xi tak menyadari bahwa insiden kecil beberapa hari lalu telah dipersiapkan sedemikian rupa hingga akhirnya tersulut sepenuhnya oleh Ren He hari ini!
Plak! Seluruh lampu di bar padam sekaligus, menyisakan kegelapan tak berujung!
Penonton saling pandang bingung, "Apa mati listrik?"
"Tidak mungkin! Di luar masih terang benderang," kerumunan tidak panik, hanya bertanya-tanya dalam kebingungan apa yang sebenarnya terjadi.
Yang Xi duduk tegang di panggung gelap, tiba-tiba Ren He di sampingnya menyelipkan gitar ke pelukannya dan berbisik: "Ini hadiahku. Penuhi janjiku untuk menyanyikan lagu terakhir, lalu tunggu aku di Sembilan Langit."
Usai berkata, Ren He berbalik turun panggung sambil mengambil topi baseball dari kepala Yang Xi, membiarkan rambut indahnya berhamburan bebas.
Yang Xi mendengarkan langkah kakinya menjauh, hingga turun dari panggung dan keluar dari bar. Karena gelap, bahkan tak ada yang menyadari ia telah pergi.
Yang Xi ingin mengejarnya, namun tiba-tiba lampu panggung menyala terang!
Hanya lampu panggung yang menyala!
Yang Xi tertegun di sana. Tanpa topi baseball, di atas panggung tinggi, semua mata tertuju pada kecantikannya yang sempurna bagai perabot keramik paling indah di dunia.
Tiba-tiba seseorang berteriak: "Wocao, bukankah ini gadis dalam lukisan itu?!"
"Benar!"
"Lukisan sketsa 'Pengejar Mimpi'! Kami selalu penasaran siapa gadis itu, ternyata muncul di depan mata!"
"Panggung, cahaya, gitar, sempurna! Meski wajahnya tak detail dalam lukisan, aku yakin pasti dia gadis itu!"
“Langitku, ini keren sekali! Ternyata dua gadis yang selama ini kucari adalah orang yang sama!”
Kemunculan wajah asli Yang Xi saja sudah cukup membuat kagum, namun saat semua orang menyadari gadis ini terkait dengan peristiwa lain, perasaan itu seperti api yang siap membara!
Lukisan itu memang sudah mistis sejak awal, mampu membangkitkan kenangan berbeda pada tiap orang. Setiap yang melihatnya merasakan hal unik, namun kesamaannya adalah kesan baik terhadap gadis dalam lukisan itu, seolah ia pernah benar-benar hadir dalam suatu momen kehidupan mereka.
Maka ketika mereka mengetahui Yang Xi adalah gadis itu, gejolak emosi itu kembali bergolak. Sejak detik itu, beberapa orang resmi menjadi penggemar setia Yang Xi!
Inilah hadiah yang Ren He persembahkan untuk Yang Xi. Sejak goresan pertama, rencananya telah mengarah pada momen ini – kemampuan yang diberikan oleh teknik lukisan tingkat ahli Larangan!
Cukup untuk menciptakan keajaiban!
Semua ini adalah hal yang sudah direncanakannya bersama Xie Zexi.
Dan di atas panggung, Yang Xi akhirnya memahami hadiah yang dimaksud sang kekasih di momen ini.
Juga menyadari alasan Ren He menyuruhnya menunggu di "sembilan langit" - untuk mengantarnya terbang ke puncak ketenaran dengan sorotan lampu ini, yang justru berpotensi merenggangkan jarak di antara mereka.
Tiba-tiba ia teringat surat cinta Ren He: "Kau menari dalam kebanggaan dan keindahanmu di atas panggung, sementara aku terdiam dalam kegelapan hening di luar panggungmu."
Namun Yang Xi malah tersenyum. "Ini tidak seru sama sekali," gumamnya sambil memeluk gitar dan membungkuk ke penonton. "Maaf, ada urusan lebih penting. Lagu terakhir kita tunggu lain kali. Terima kasih, semuanya!"
Seperti burung kecil, ia melesat keluar pintu. Para penonton terpaku, tak satu pun yang berusaha menghentikannya!
Pada detik Yang Xi menerjang pintu gerbang bar, ia merasa seolah melakukan hal yang luar biasa—ternyata membatalkan janji tiba-tiba pada begitu banyak orang!
Tapi memang ada urusan lebih penting: ia harus segera memberi tahu orang itu bahwa "bintang" yang disebut-sebut ini sudah direnggut olehnya.
Kalau tidak, mengapa album ini bernama "Sang Penggapai Bintang"?
