Soal menulis lagu untuk Liu Erbao, Ren He berpikir sederhana: Posisi Liu di industri sangat terpandang, bahkan pengaruhnya di dunia hiburan cukup besar. Semua pihak memberi hormat.
Cara Ren He mempromosikan Yang Xi selalu penuh strategi. Liu Erbao dkk yang tak pernah syuting MV untuk selebritas, akhirnya menggarap seluruh proses untuk Yang Xi. Membayangkannya saja sudah sangat memuaskan.
Orang-orang di Ladang ketenaran ini suka meninjau identitas, kemampuan, penghasilan, dan latar belakang orang dengan kacamata kuda, baru kemudian menentukan cara memperlakukanmu. Yang Xi tak pernah peduli hal-hal ini. Gadis polos itu mengira cukup menyanyi dengan baik. Tapi Ren He harus memikirkan semua ini untuknya.
Orang lain boleh mengabaikannya karena memang ia bersikap rendah hati, tapi ia tak bisa membiarkan orang lain mengabaikan Yang Xi.
Ren He kini berharap Yang Xi mengambil jalur berbasis kemampuan, sepenuhnya menolak kegiatan di luar bernyanyi. Memang tak perlu ikut hal-hal norak itu. Reputasi sudah ada, yang perlu dilakukan ke depan adalah menjamin kualitas lagu, berbicara dengan kemampuan nyata.
Di lingkaran ini konspirasi bertebaran bagai samudera, namun lagu-lagu yang tersimpan di kepala Ren He adalah kekuatan yang bisa menggilas segala bentuk konspirasi.
Tapi saat Ren He menawarkan 10 lagu dalam satu album sebagai penukar pembuatan MV oleh mereka, Liu Erbao malah diam. Harga satu lagu saat ini maksimal sekitar 800 ribu, sementara biaya pembuatan satu MV minimal 1,5 juta. Tapi yang dipikirkannya bukan masalah itu. Liu Erbao tidak merasa dirugikan, justru merasa Ren He-lah yang dirugikan!
Dan benda ini musik yang sudah ia mainkan sejak SMA sampai sekarang, bahkan tidak punya satu lagu yang sedikit saja benar-benar berkualitas dan bisa memenuhi standar dirinya sendiri. Di dunia hiburan, betapa sulitnya menciptakan lagu hits, bukankah dia juga tahu? Dia pernah berpikir untuk mencari bantuan orang lain menulis lagu, tapi para komposer andal itu lebih sombong daripada mereka. Liu Erbao kapan pernah menerima perlakuan seperti itu? Tidak!
Jadi dia memilih untuk bermain sendiri daripada meminta bantuan orang lain. Membuka mulut kepada Ren He benar-benar karena merasa Ren He juga cocok wataknya, dan pihak lain tidak punya kebiasaan buruk seperti para komposer andal itu.
9 lagu Ren He dan Yang Xi memberinya kilau permata. Tapi dia selalu merasa lagu-lagu Ren He itu adalah hasil kumpulan selama bertahun-tahun. Meminta dia menulis satu lagu lagi untuknya diperkirakan mustahil. Bagaimanapun juga, menciptakan karya semacam ini juga bicara soal inspirasi. Mana ada komposer andal yang tidak perlu setahun penuh untuk mengukir satu lagu bagus?
Fakta bahwa harga satu lagu mencapai puncak sekitar 800 ribu memang benar, tapi itu karena kondisi pasar yang seperti ini. Jika lebih tinggi lagi, perusahaan-perusahaan media akan merugi. Tapi mendapatkan lagu bagus bukan perkara mudah! Beberapa perusahaan media sengaja menggaji komposer andal dengan bayaran tinggi - tak peduli apakah mereka masih bisa menciptakan lagu atau tidak, tetap dipertahankan. Bagaimana jika suatu saat mereka bisa menciptakan lagi?
Tapi Liu Erbao tiba-tiba menyadari masalah: Lawannya brengsek percaya diri, begitu membuka mulut langsung minta sepuluh lagu, sepenuhnya tanpa sedikit pun keraguan. Seolah-olah lagu-lagu itu sudah tersimpan di kepala mereka dan bisa dikeluarkan kapan saja.
Jenius? Liu Erbao hampir tak percaya!
Namun kelebihan terbesar Liu Erbao adalah ia tidak akan sembarangan meragukan temannya. Asalkan pihak berani berkata, ia pun berani percaya. Tapi syarat yang diajukan pihak lain tetap ia tolak setelah dipertimbangkan: "Sepuluh lagu terlalu banyak. Sebenarnya kami hanya iseng-iseng memenuhi penyesalan masa kuliah, fotografi komersial tetaplah urusan resmi. Aku tahu betapa sulitnya menciptakan satu lagu, jadi tiga lagu saja cukup. MV adik iparmu nanti kami yang tangani, tidak gratis juga, harganya sesuai pasaran jangan terlalu tinggi. Lagipula yang bayar kan perusahaan media, aku tidak akan sungkan. Kalau suatu hari adik iparmu keluar dari perusahaan, biaya shooting MV kami hapus. Soal lagu, terserah kamu berapa!"
Ngobrol dengan Liu Erbao sangat menyenangkan, karena saat kamu memikirkan kepentingannya, ia juga serius mempertimbangkan kepentinganmu. Inilah sebabnya meski grupnya sombong, jumlah temannya tidak bisa dibilang sedikit.
Hanya saja Liu Erbao tidak tahu: Bagi Ren He, mengeluarkan satu lagu sama sekali tidak sulit. Cuma menjalankan misi biasa...
Dan belakangan ini terlihat jelas, misi-misi antara Turun Gunung dengan Sepeda juga diselingi proyek sederhana seperti menyalip mobil. Tidak setiap misi menuntut kesulitan ekstrim. Sistem Hukuman Langit benar-benar menguasai ritme dengan baik dalam proses penerbitan misi aktual.
Ren He menulis tiga lagu untuknya, mungkin terdiri dari dua misi sederhana dan satu proyek berkesulitan tinggi. Tadi bicara sepuluh lagu memang agak berlebihan, lagipula menyelesaikan sepuluh misi pasti sangat geli di selangkangan.
Ren He berpikir sejenak lalu tertawa: "Baiklah, kalau Kakak Kedua sudah berkata begitu, aku juga tidak akan berlagak sok tahu. Akan kujalani sesuai perkataanmu, dan kujamin lagu-lagu yang kubuat pasti cukup klasik."
Pihak lawan main genre rock, sedangkan di sini lagu rock-ku sangat banyak. Meski selalu ada yang suka mencela cara bermain rock, Ren He percaya musik rock mengekspresikan emosi melalui bentuk pertunjukan yang fleksibel dan berani serta ritme musik yang penuh gairah. Yang terpenting di sini adalah menyampaikan emosi, bukan cara menyampaikannya.
Apa itu esensi rock? Sebenarnya ada banyak interpretasi tentang semangat rock, bahkan saling bertentangan. Yang penting diri sendiri senang.
"Saudara, nggak usah banyak bicara. Hanya karena kamu bisa bantu aku mewujudkan mimpi, kita saudara seumur hidup," Liu Erbao berkata dengan penuh semangat: "Kamu nggak tahu betapa sombongnya komposer andalan yang kuhubungi sebelumnya. Dia nyeletuk, 'Bukannya kamu cuma tukang video, mau nyanyi juga?' Langsung kuhajar brengsek itu! Sekarang aku yakin kamu jauh lebih jempolan dari mereka. Lagu bagus seumur hidup mereka nggak ada apa-apanya dibanding yang kalian nyanyikan sekali ini. Jempolan, beneran jempolan!"
Setelah menutup telepon, Liu Erbao mengepal tangan ke seluruh kru di gudang sambil berteriak: "Saudara kita Ren He sudah janji, tiga lagu!"
Seketika sorak-sorai yang menggelegar memenuhi gedung pabrik yang telah direnovasi ini. Mereka adalah orang-orang yang murni, bahagia ya bahagia, marah ya marah. Ada yang menganggap hidup mereka terlalu egois, tapi Liu Erbao dan kawan-kawan merasa inilah kehidupan yang sebenarnya.
Setelah menutup telepon Liu Erbao, Yang Xi penasaran bertanya, "Tim Liu Erbao sangat terkenal di industri ini. Satu foto saja harganya mulai dari 100.000, banyak yang ingin merekrut mereka untuk syuting MV tapi gagal. Kok kamu bisa berhasil meyakinkannya?"
"Haha, kami kan teman," kata Ren He sambil tertawa. Merasa cukup bangga dengan pencapaian ini.
Setelah makan malam, Ren He awalnya ingin mengantar Yang Xi pulang. Tiba-tiba firasat buruknya muncul: Jangan-jangan kalau mengantar pulang, dia akan bertemu ibu mertua?!
Dalam situasi seperti ini, kalau tidak bersikap rendah hati buat apa maju menghadapi bahaya? Aku kan bukan pahlawan!
Pihak lawan belum tentu benar-benar akan berbuat sesuatu pada dirinya, namun kritikan dan wejangan yang panjang lebar disertai pengawasan lebih ketat di masa depan pasti terjadi. Tapi tak ada gunanya ia sengaja menginjak ranjau saat ini, lagipula Su Ruqing takkan mau berdiskusi secara logika dengannya...
Karena itu, Ren He mengantar Yang Xi hingga 500 meter sebelum pintu rumahnya, memandangi perlahan langkah gadis itu memasuki kompleks perumahan. Begitu Yang Xi masuk, telinga tajam Ren He langsung menangkap suaranya: "Bu, kenapa Ibu di sini?"
Diikuti suara Su Ruqing yang bergemuruh penuh amarah di tengah keheningan malam: "Dia mana? Suruh dia datang menghadapku!"
Gila, nyaris ketahuan! Ren He langsung berputar mobil dan langsung kabur! Dari kaca spion terlihat siluet sang ibu yang mengejar dari dalam kompleks. Di saat seperti ini, mengalah adalah keharusan. Untuk Yang Xi, menelan keegoisan bukanlah hal besar.
Sama seperti jika kelak Yang Xi nekat hadapi langsung Ibu Ren setiap hari, sekalipun Ren He sangat mencintainya, hubungan mereka pasti takkan bertahan.
