Yu Shixiong berhasil masuk headline hari berikutnya.
Sebenarnya kritik komposer andal seperti Yu Shixiong terhadap junior, apalagi yang baru debut, berita seperti ini paling banter jadi selingan, wartawan hanya menyebut sekilas.
Bagaimanapun para komponis andal memang tak pernah muncul di depan publik. Minat pembaca terhadap mereka tak sebesar bintang papan atas. Posisi mereka dalam lingkaran industri sangat istimewa. Rakyat jelata juga tahu mereka hebat, tapi tetap sulit membuat publik memperhatikan mereka.
Tapi kejadian ini takkan bisa diredam!
Di hari kedua, hampir semua media hiburan membahas hal ini hingga memenuhi langit dan bumi, riuh rendah tak terkira.
Sebab pendatang baru ini bukan orang sembarangan. Yang Xi sudah terkenal setengah tahun lalu, meski identitasnya tak diketahui. Kebocoran identitasnya kali ini seperti kebetulan: Saat sedang bernyanyi, cahaya tiba-tiba menyala. Banyak video menunjukkan ekspresi keheranan Yang Xi yang nyata, membuktikan ia pun tak tahu cahaya akan menyala!
Ini sangat menarik, memuaskan psikologis sifat psikopat penonton. Sebenarnya idola kita tidak pernah ingin menunjukkan wajah aslinya, namun karena kecelakaan akhirnya terekspos. Ini jauh lebih menarik dibandingkan membongkar diri secara proaktif, lebih penuh gimmick!
Maka begitu identitas Yang Xi terbongkar, popularitas topik tentangnya langsung melampaui sebagian besar selebritas papan atas.
Tentu saja tanpa karya-karya bagus, Yang Xi hanyalah sekuntum bunga yang mekar sesaat. Namun lagu-lagunya masing-masing mendapat sambutan hangat. Karena perbedaan gaya musik, beberapa lagu seperti bagian folk memang tidak disukai semua orang.
Tapi justru masalah ini secara terselubung memperluas basis pendengarnya, membuatnya semakin multisegmen!
Tak peduli berapa yang suka atau tidak, 9 lagu ini kualitasnya tak terbantahkan. Tapi kritikan Yu Shixiong justru menyasar kualitas lagu-lagu itu!
Mendengar ini, para pendengar mulai menunjukkan ketidaksukaan.
Tapi ini semua bukan alasan Yu Shixiong masuk headline, melainkan karena dalam pertempuran besar ini, perlawanan lawan Yu Shixiong terlalu dahsyat...
Pasukan bayaran online muncul diam-diam dalam pertempuran ini. Banyak selebritas besar di dalam industri yang melihat serangkaian ID dan gaya bicara lawan, orang pintar langsung tahu ini adalah pertempuran terorganisir dengan disiplin ketat.
Banyak orang menyadari satu masalah: Ternyata topik jaringan internet bisa dimainkan seperti ini!
Mereka tidak simpati pada Yu Shixiong. Dunia hiburan adalah tempat yang permukaan-nya sopan tapi suka memaki di belakang. Jadi belum tentu ada banyak artis yang benar-benar dekat dengan Yu Shixiong. Para selebritas tiba-tiba sadar mode perlawanan seperti ini ternyata sangat praktis, baik untuk mengangkat popularitas, merebut pasar, maupun pembersihan citra, semuanya efektif!
Yu Shixiong bagaikan orang yang berjalan sendirian di jalan tiba-tiba diserbu gerombolan preman dan dipukuli habis-habisan... Sungguh brengsek! Hingga kini dirinya masih belum pulih, saat sarapan melihat berita tangannya masih gemetar: "Brengsek! Brengsek!"
Tentu saja, yang paling kejam adalah Xu Nuo akhirnya membobol akunnya, lalu Ren He menggunakan akun tersebut untuk memposting: Saya mengakui kesalahan.
Inilah senjata pamungkas sesungguhnya, yang menggulingkan semua argumen yang sebelumnya dia utarakan. Orang yang membantu posting juga terlihat ekspresi wajah tidak enak - pengakuannya ini bukankah berarti semua orang hanya mengoceh sembarangan?
Saat itu Yu Shixiong langsung memposting bahwa akunnya dibobol, tapi kredibilitas hal seperti ini sangat diragukan. Media tentu hanya menulis hal-hal sensasional. Sebagai raja tanpa mahkota, media sama sekali tidak peduli dengan status komposer andal, menggulingkanmu ya menggulingkan, tanpa logika apapun.
Bukan sosok berpengaruh seperti Zhou Wumeng yang sudah lama eksis sebagai tokoh besar di dalam lingkaran, pada dasarnya tak ada yang mau mengakui.
Ren He baru kembali ke Hotel keesokan paginya, dan ketika terbangun sudah siang hari. Ia membuka ponsel dan melihat lebih dari 10 panggilan tak terjawab dari Yang Xi. Segera ia menelepon balik: "Hei, aku baru bangun jadi tak lihat teleponmu. Semalam sibuk sepanjang malam."
Yang Xi penasaran: "Kau sibuk apa?"
"Batuk-batuk, post tentang Yu Shixiong itu sudah kau lihat?"
"Sudah, tapi sepertinya sudah selesai. Ada sekelompok orang yang menghujatnya habis-habisan, terlihat sangat menyedihkan..." kata Yang Xi.
“Hm, aku yang lakukan…” Ren He tersenyum lebar menjawab. Ini saatnya memamerkan jasa! Dia langsung bercerita detail pada Yang Xi tentang bagaimana setelah melihat postingan, segera pergi ke warnet mengorganisir teman-teman untuk gesek komentar. Awalnya Ren He khawatir Yang Xi akan marah karena metode ini terlalu norak, tapi di tengah cerita, Yang Xi sudah tertawa terpingkal-pingkal.
Yang Xi tiba-tiba menahan tawa bertanya: “Akun bernama 'Aku Penggemar Fanatik Yang Xi' itu benar-benar kamu sendiri?”
“Tentu! Mana mungkin palsu. Aku penggemar nomor satu kamu! Hati Merah mengarah ke Partai gitu!”
“Selera kamu lumayan,” Yang Xi bercanda, tapi tiba-tiba wajahnya berubah muram. Suara diam membeku di telepon, seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri.
Ren He merasakan kejanggalan. Dia menduga: “Apa ibumu bilang sesuatu?”
“Hmm,” Yang Xi berbisik melalui telepon: “Dia bertengkar dengan Ayah, ingin memindahkan sekolahku ke SMA Negeri 4 Ibukota agar semakin jauh darimu. Awalnya Ayah tidak setuju, tapi akhirnya menyetujui. Saat tahun ajaran baru nanti, prosedur pindah sekolah akan diurus. Tapi dia tidak melarangku bernyanyi lagi. Katanya akan mendirikan perusahaan media sendiri, hanya menandatangani kontrak denganku sebagai artis tunggal, klaimnya ini bentuk perlindungan.”
Hush! Ren He menghirup napas dingin. Tindakan ibu mertua ini terlalu kejam, langsung mengambil tindakan drastis memindahkan sekolah Yang Xi. Dengan jarak antara Ibukota dan Luocheng yang begitu jauh, apa bedanya hubungan mereka dengan hubungan jarak jauh?
Ini jelas upaya menghapuskan perasaan dengan jarak. Pihak lawan cukup cerdik, tahu cinta pemuda paling rapuh menghadapi waktu dan jarak. Maka langsung mereka mainkan jurus mematikan.
Ren He juga diam. Serangan ini datang terlalu tiba-tiba. Sebelumnya dia mengira selama Yang En sebagai wali masih di Luocheng, setidaknya Yang Xi tidak akan meninggalkan Luocheng. Namun fakta membuktikan dia masih terlalu muda...
Yang Xi menyadari keheningan Ren He. Tiba-tiba dia berkata: "Bagaimana kalau kita kabur saja? Aku juga akan berhenti menyanyi. Atau kita bisa berpentas di bar kecil..."
Ren He tersenyum. Sejak pagi Yang Xi sudah meneleponnya, mungkin saat itu dia sudah tahu kabar tentang rencana pindah sekolahnya. Setelah merenung sepanjang pagi, inilah solusi yang terpikir oleh gadis seusianya - sangat sesuai dengan karakter independen dan usia remajanya yang cenderung mengambil tindakan tanpa memikirkan akibat. Alasan Ren He tidak pernah berkonfrontasi langsung dengan ibu mertua adalah karena menghargai perasaan Yang Xi. Ucapan Yang Xi yang ingin kabur bersamanya memang membuatnya tersentuh, tetapi Yang Xi masih terlalu muda. Bagi remaja seusianya, melarikan diri dengan mengabaikan mimpi dan tanggung jawab hidup mungkin bisa dimaklumi. Tapi sebagai dewasa, Ren He tak boleh melakukan itu.
Ia tidak bisa begitu egois, bahkan jika ke mana pun ia pergi setidaknya tidak akan kekurangan makan dan minum.
Ren He tertawa: "Ini kabur lho, inikah solusi yang kamu pikirkan sepanjang pagi?"
Mendengar nada bicara Ren He yang terdengar santai, mata Yang Xi berbinar: "Apa kamu punya cara?"
Dalam ingatan Yang Xi, Ren He memang mahir menciptakan keajaiban. Kesan ini begitu tertanam di kepala, tak lagi bisa dihapuskan.
