Sambil mengobrol dengan Yang Xi, Ren He mencari metode memperoleh KTP ibukota di dunia paralel ini melalui internet. Banyak hal mirip dengan kehidupan sebelumnya, tapi banyak juga perbedaan. Ia menyimpulkan: Seberapa sulit siswa asal Luocheng bersekolah di ibukota? Sangat sulit.
Tapi sebenarnya selama punya surat pindah sekolah dan surat penerimaan sekolah, KTP luar daerah bisa mengajukan pinjam baca. Biaya pinjam baca memang cukup mahal saja.
Tapi yang jadi masalah adalah sekolah yang akan dimasuki Yang Xi adalah SMA 4 ibukota, keunikan SMA 4 ibukota adalah: menolak sistem pinjam baca, hanya menerima siswa lokal yang memiliki KTP ibukota!
Ini jadi geli di selangkangan, jadi jika Ren He ingin masuk SMA 4 ibukota juga, pertama-tama harus punya KTP Beijing, benda ini sulit sekali didapatkan, bahkan meski tajir, ingin mengurus KTP ibukota pun sangat mustahil!
Pembatasan KTP ibukota tidak diketahui mulai kapan, tapi umumnya ada tiga jalan untuk mendapatkan hak tinggal:
Pertama, setelah lulus langsung masuk kementerian negara. Unit-unit ini manajemen SDM-nya di bawah Kementerian Sumber Daya Manusia langsung, tidak terikat kuota masuk ibukota. Tapi Ren He sekarang masih SMA, siapa yang mau menerima setelah lulus?
Kedua, menjadikan diri sebagai objek khusus pengecualian. Saat ini, objek khusus ini terutama mencakup 13 jurusan prioritas dalam daftar penerimaan lulusan non-ibukota yang dikeluarkan pemerintah. Sama seperti syarat pertama, Ren He sekarang bahkan belum punya jurusan, apalagi masuk dalam 13 unit tersebut.
Akhirnya, masuk ke perusahaan BUMN yang relatif longgar dalam "kuota masuk ibukota"!
Semua metode ini cukup sulit bagi Ren He saat ini. Tentu ini hanya cara biasa, masih ada metode tidak konvensional seperti investasi. Tapi pertimbangan investasi juga berdasarkan standar pajak. Kalaupun perusahaan game Qinghe dipindahkan ke ibukota, kapan mereka bisa membayar pajak cukup untuk mengurus KTP ibukota? Perlu diketahui, Qinghe Game tidak menghasilkan keuntungan di fase awal.
Bisa juga mencari cara di pasar gelap, tapi jalan ini sangat rentan dibohongi, juga menjadi masalah besar.
Sekalipun sudah punya KTP, bagaimana masuk ke SMP Negeri 4 ibukota yang punya ambang batas super tinggi? Ini lagi-lagi masalah...
Karena itu Ren He agak pusing, tapi ia punya alasan yang harus dituruti.
Kalau tidak, Su Ruqing tidak akan memikirkan cara seperti ini untuk menjatuhkan sanksi total pada hubungan Ren He dan Yang Xi. Bagi Su Ruqing, putrinya yang masih SMP sudah diajak pacaran dini, hal seperti ini sama sekali tak bisa ditoleransi!
Jadi kemarin malam, meski Yang En menentang keras, Su Ruqing tetap bersikeras memaksa Yang Xi kembali bersekolah di ibukota. Dua orang berkepala keras ini bertengkar habis-habisan semalaman, akhirnya Yang En mengalah. Sebenarnya dia juga mengerti pemikiran Su Ruqing, dirinya pun tak ingin putrinya pacaran di usia SMP.
Berapa banyak orangtua yang rela melihat putri mereka pacaran saat masih SMP? Sepertinya di kolong langit ini tak ada orangtua seperti itu.
Ren He bisa merasakan harapan dalam nada bicara Yang Xi. Dia sendiri juga sangat ingin pindah sekolah ke ibukota. Karena itu Ren He merasa harus mencoba! Seorang penjelajah waktu terkungkung oleh masalah KTP, kalau kabar ini tersebar di dunia penjelajahan waktu pasti jadi bahan tertawaan!
Meski tak bisa berhadapan langsung dengan Su Ruqing, tapi sikapnya telah memicu semangat kompetitif Ren He: "Kau pikir dengan cara ini bisa memisahkan kami? Baik, akan kuberikan kejutan dan sukacita yang lebih besar..."
Ren He juga tidak memberi tahu Yang Xi apa metode yang dimilikinya, namun ia berkata: "Kamu pindah sekolah saja sesuai perintah mereka, aku akan menyusul segera! Janjiku pasti ditepati!"
Entah mengapa, saat mendengar Ren He mengatakan "janjiku pasti ditepati", hati Yang Xi langsung merasa tenang.
Setelah menutup telepon, Ren He tidak lagi mempertimbangkan cara lain. Ia mulai mencontek buku "The Kite Runner" dengan gila-gilaan. Pekerjaan yang seharusnya diselesaikan dalam 10 hari, berhasil ia salin seluruhnya dalam kondisi hampir tidak makan-minum selama mengurung diri di hotel!
Kali ini ia benar-benar mempertaruhkan nyawa, karena ada rencana belum matang yang harus ia perjuangkan!
Makan langsung pesan dari hotel, air mineral juga dibeli di sana. Setelah tiga hari menyelesaikan "The Kite Runner", bahkan atlet dengan poin fisik dan keadaan mental melampaui manusia biasa seperti Ren He pun mulai linglung...
Bersamaan dengan itu, sistem hukuman langit mengeluarkan misi: "Tugas: Mendaki markas besar CCTV tanpa alat, batas waktu satu minggu. Hukuman jika gagal: inang menari di atas podium Gerbang Tiananmen."
Brengsek, menari di atas panggung Gerbang Tiananmen? Apa tidak akan ditembak di tempat, dasar Da Ye! Ini yang disebut menari dengan mempertaruhkan nyawa?! Misi ini harus berhasil, gagal sama sekali tidak diperbolehkan!
Markas Besar CCTV yang mana lagi? Ren He mencari informasi di internet, dan langsung terpaku: Bukankah ini "celana dalam" yang legendaris dalam ingatanku! Bangunan ini tidak memiliki dasar tradisional maupun puncak, tak berawal maupun berakhir, apalagi menara runcing yang menjulang ke cakrawala. Justru terdiri dari dua menara miring sebagai pilar utama, melayang sekitar 180 meter di udara dengan bagian yang menjorok keluar puluhan meter untuk "penyambungan udara", membentuk lingkaran raksasa yang kontinu.
Tak disangka misi kali ini adalah memanjat struktur ini. Setelah dipikir-pikir, bagian luar gedung menggunakan rangka baja ringan. Kalau benar-benar dipanjat, sepertinya tidak terlalu sulit - hanya agak berbahaya.
Memikirkan ini, Ren He akhirnya lega. Brengsek, ini masih lebih baik daripada menari di Gerbang Tiananmen. Sistem Hukuman Langit ini benar-benar bisa diandalkan - pergi ke mana, misi dirilis di sana.
Perjalanan ke ibukota kali ini penuh rintangan. Awalnya rencana datang hanya untuk membantu Yang Xi debut, namun akhirnya harus berjanji pada Lao Zhou untuk menulis "Sang Pengejar Layang-Layang", ikut audisi terbuka Kunlun, berjanji pada Liu Erbao membuat tiga lagu, hingga kini masih memikirkan cara menemani sekolah di ibukota. Ren He sendiri tidak punya kebutuhan akan KTP ibukota - tak perlu anaknya menikmati kebijakan Ujian Nasional di sini, juga tak perlu berjuang hidup di ibukota. Bagi dia, KTP ibukota hanyalah alat untuk mengatasi rintangan dari ibu mertua dan menyambung takdir pertemuan dengan Yang Xi.
Semua urutan ini menumpuk. Bahkan saraf seberotot Ren He pun mulai kelelahan. Kini dia hanya ingin membereskan semuanya satu per satu, kembali ke Luocheng, dan mengembalikan permainan Qinghe ke jalur semestinya.
Lalu baru kembali ke ibukota untuk menemani sekolah, melanjutkan kehidupan era pelajar dengan serius, sekaligus menikmati olahraga ekstrem.
Cepat selesaikan semua! Mari mulai dari urutan pertama!
Alasan Ren He terburu-buru menyelesaikan "Sang Pengejar Layang-Layang" adalah karena status kependudukan ibukotanya sepenuhnya bergantung pada Zhou Wumeng!
Perlu diketahui bahwa Kelompok Media Ibukota merupakan BUMN di bawah sistem keuangan ibukota, yang setiap tahunnya memiliki kuota penetapan status kependudukan ibukota! Ini adalah satu-satunya cara paling realistis yang terpikir oleh Ren He dalam waktu singkat - masuk ke Kelompok Media Ibukota sebagai pegawai dengan jabatan apa pun, lalu menggunakan "Sang Pengejar Layang-Layang" untuk menukar tujuannya. Bahkan jika satu buku ini belum cukup untuk transaksi, masih banyak ide lain di kepalanya.
Zhou Wumeng sendiri adalah Ketua Dewan Kelompok Media Ibukota. Pemberian kuota sepenuhnya ada di tangannya. Karena itulah Ren He ingin membuat kesepakatan dengannya. Su Ruqing pasti tak menyangka bahwa pemuda yang diremehkannya ini ternyata mengenal Zhou Wumeng, bahkan memenuhi kualifikasi untuk bernegosiasi dengannya!
Sejujurnya, mengatakan Ren He bisa bernegosiasi dengan Zhou Wumeng juga agak meninggikan dirinya. Namun Zhou Wumeng menghargai bakat dan merasa Ren He memang pribadi yang baik, apalagi Sang Pengejar Layang-Layang memang akan digunakan untuk amal.
Jika tidak, memaksa Zhou Wumeng dengan alasan apapun hanyalah khayalan belaka. Beliau adalah tokoh besar sastra! Bahkan untuk mendapatkan surat penerimaan Sekolah Menengah Kyoto ke-4, Ren He harus bergantung pada Zhou Wumeng.
Su Ruqing takkan menyangka betapa besar kejutan dan sukacita yang dipersiapkan Ren He untuknya.
Ren He menghubungi telepon Zhou Wumeng, dengan nada bicara yang terdapat kelelahan ringan: "Lao Zhou, Sang Pengejar Layang-Layang sudah selesai ditulis sebelumnya. Tapi aku ingin meminta kuota KTP Beijing dan undangan masuk ke Sekolah Menengah Kyoto ke-4."
