Tim pemilih peran total berjumlah 5 orang: Lao Zhou sebagai satu anggota, Sutradara Zhang, Ren He, seorang wakil sutradara, dan seorang penulis naskah.
Sebenarnya di lokasi syuting ini tugas editor skenario sangat ringan. Biasanya di lokasi syuting lain, editor harus memodifikasi bagian-bagian dari karya orisinal yang sulit divisualisasikan dalam serial TV, menambahkan alur yang lebih menarik, atau memperdalam dramatisasi cerita tertentu. Namun sejak melihat 《Kunlun》, Zhang Ming sudah memutuskan untuk mempertahankan keaslian karya tersebut sebisa mungkin. Jadi yang perlu dilakukan editor hanyalah mengonversi teks 《Kunlun》 ke dalam format skenario.
Karena alasan inilah, saat syuting dimulai, editor andal dari tim Sutradara Zhang bercanda bahwa ini adalah proyek paling santai sepanjang kariernya. Zhang Ming menjawab bahwa kali ini bisa dianggap sebagai liburan baginya.
Awalnya Ren He berencana duduk di pinggir, namun saat baru saja duduk, Sutradara Zhang langsung memanggilnya: "Kemarilah! Hari ini untuk peran Liang Xiao, Liu Yingying, dan Hua Xiaoshuang yang paling krusial, kami masih perlu mendengar saranmu. Duduklah di sampingku."
Saat mereka membahas peran tadi, Zhang Ming dan Ren He telah mencapai konsensus yang tinggi. Hal ini membuat Zhang Ming sepenuhnya yakin untuk melibatkan Ren He dalam proses ini.
Proses diskusi ini sebenarnya merupakan cara Zhang Ming untuk menguji tingkat kemampuan Ren He. Bagaimana jika setelah dimasukkan, dia malah bertindak sembarangan? Ini pekerjaan serius, bukan permainan anak-anak.
Ren He sendiri tidak mempermasalahkan, duduk di tengah ya ditengah. Namun yang lain justru semakin terkejut, rasa ingin tahu mereka terhadap identitas asli Ren He pun semakin membara.
Barusan Sutradara Zhang bilang apa? Tiga peran terpenting harus mendengarkan saran pemuda ini? Tidak salah dengar, kan?
Kesan Ren He di hati semua orang semakin misterius. Proses audisi terbuka berlangsung sangat lama karena jumlah peserta yang sangat banyak. Ditambah lagi Zhang Ming adalah orang yang sangat teliti, selalu berharap menemukan kandidat yang lebih memuaskan. Akibatnya, seluruh kru makan siang langsung di pekarangan dengan nasi kotak. Karena aura misterius Ren He, saat pembagian nasi kotak siang itu, koki yang bertugas malah mengeluarkan kotak khusus dari kardib sebelah sambil tersenyum dan menyerahkannya padanya. Saat dibuka, Ren He langsung geli-geli kesal - ternyata ada tambahan telur mata sapi goreng...
Audisi dimulai. Peserta masuk sesuai nomor urut yang tidak mencerminkan status apapun, hanya menunjukkan urutan pendaftaran. Puluhan orang masuk bergantian, tapi begitu dilihat sekilas oleh Zhang Ming, semuanya langsung dipersilakan keluar dengan sopan.
Tak satupun yang layak dipilih!
Tiba-tiba seorang pemuda botak berjalan masuk dari luar dan berdiri tegap di hadapan Ren He dan semua orang. Namun ketika hendak memperkenalkan diri, ia tiba-tiba terpaku!
Waduh, bukankah ini pemuda yang diajak kenalan di luar tadi? Kok bisa duduk di sini?
Brengsek, kesalahpahaman ini jadi parah! Ternyata dia salah satu jurinya!
Tapi... masa sih segini muda bisa jadi juri?
Ren He duduk tenang berpura-pura tak mengenalinya. Tapi dia tahu pria ini ingin berebut peran tokoh pendeta kecil Huasheng sebagai aktor pendukung. Sayangnya penampilannya... meski botak tetap terlihat preman, sama sekali tak berkesan biksu.
Dari percakapan dengan Zhang Ming tadi, Ren He sudah tahu peran biksu kecil itu sudah ditetapkan secara internal untuk mantan bintang laga yang pernah bekerja sama dengannya. Aura polos si seleb itu lebih cocok dengan peran tersebut.
Tapi pemuda botak ini punya kelincahan. Zhang Ming malah memberinya tugas khusus untuk akting 30 detik, tidak seperti kandidat lain yang langsung diusir sekilas pandang.
Setelah tampil, pemuda botak itu menatap Sutradara Zhang Ming dengan harapan. Zhang Ming mengerutkan kening seolah merenungkan peran apa yang cocok untuknya, karena performanya tadi cukup baik.
Setidaknya terlihat ada usaha keras dan cukup natural.
Akhirnya Zhang Ming menetapkannya sebagai karakter antagonis pendukung, menjadi daun hijau belaka.
Awalnya ingin menjadi pemeran pendukung pria kedua, malah jadi figuran antagonis. Harapan pemuda botak itu meleset jauh, tapi begitulah hidup.
Saat audisi terbuka memasuki sore hari, semua mulai kelelahan. Yang cantik, ganteng, jelek, hingga aneh-aneh sudah mereka lihat.
Paling jempolan adalah seorang pemuda yang langsung mengaku ayahnya seorang kepala dinas dan minta jadi pemeran utama. Zhang Ming langsung menyuruh pengawal menghambatnya keluar...
Tepat pukul dua siang, seorang peserta masuk membawa aroma segar yang menyegarkan kesadaran semua orang di ruangan.
Kali ini malah Ren He yang terpaku, Xia Yuting muncul dari balik pintu dengan anggun di tengah ruangan sambil membungkuk hormat, siluet tubuhnya yang sempurna dan lekuk tubuh menggoda mampu membuat mata bersinar.
Peserta audisi hari ini memang ada yang lebih cantik darinya, namun tak satu pun mampu menghadirkan kesan menyegarkan seperti dirinya.
Sejujurnya selain Ren He dan Zhou Wumeng, semua yang hadir di sini terbiasa melihat kecantikan sehari-hari. Apa yang tak pernah langka di dunia hiburan? Tentu saja pria tampan dan wanita cantik.
Namun setelah membungkuk, Xia Yuting pun tertegun—dari sudut pandangnya yang terangkat, Ren He ternyata duduk persis di hadapannya! Kejutan ini terlalu tak terduga.
Pagi tadi saat melihat punggung Ren He, ia masih mengira pria itu takkan muncul di audisi terbuka ini. Tapi nyatanya...
Ternyata bukan sebagai peserta audisi... melainkan sebagai juri seleksi!
Orang lain mungkin belum merasakan apa-apa, si pemuda botak hanya menganggap Ren He terlalu muda belaka. Tapi bagi Xia Yuting, dalam pemahamannya selama ini, Ren He hanyalah siswa SMP biasa tanpa keistimewaan apa pun.
Bagaimana mungkin ia muncul di sini?
Untungnya faktor psikologis Xia Yuting cukup kuat. Sadar ini bukan tempat untuk merenung, dengan tegas ia mengabaikan pertanyaan mengejutkan ini dan mulai memperkenalkan diri dengan percaya diri.
Bahasa Mandarinnya sangat standar, penampilan dan aura juga sempat membuat mata berbinar. Ini sudah memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan.
Zhang Ming mengamati Xia Yuting di hadapannya, tiba-tiba timbul minat. Dengan spontan ia berkata: "Tolong peragakan wujud seseorang yang sedang berenang di kolam renang, syaratnya harus nyata."
Ren He jelas merasakan perubahan ekspresi pada wajah penulis skenario dan wakil sutradara di sampingnya. Mungkin ia tidak menyadari, tapi wakil sutradara yang telah bertahun-tahun mengikuti Zhang Ming paling paham: Busana Xia Yuting yang sederhana namun elegan - kaos putih dipadukan rok panjang katun-linen - terlihat sangat segar dan transenden. Jika benar-benar harus memeragakan gerakan berenang, setidaknya harus berbaring rata di tanah. Dalam posisi itu, pasti seluruh tubuhnya akan penuh debu. Berapa banyak gadis yang mau menerimanya? Namun ketika Zhang Ming memintanya memperagakan gerakan berenang, bukan sekadar gerakan "whoosh" asal-asalan, pasti ada makna lebih dalam!
Meski belum tahu apakah gadis ini akan memenuhi permintaan Zhang Ming, penulis skenario dan wakil sutradara sama-sama pahap di hati: Zhang Ming sedang serius! Gadis ini sangat mungkin terpilih sebagai salah satu pemeran utama!
Di depan semua orang, Xia Yuting justru tanpa ragu-ragu langsung berbaring rata di tanah. Tangan dan kakinya mulai membuat gerakan gaya katak, terus dilakukan selama lebih dari 10 detik sebelum akhirnya ditutup dengan gerakan mengangkat kepala seolah sedang muncul dari air.
Saat dia berdiri, T-shirt putihnya sudah penuh debu, termasuk rambutnya.
Ren He paham, Zhang Ming tidak hanya menguji kemampuan akting tapi juga dedikasi profesional. Syuting film genre wuxia sangat melelahkan, beberapa aktor punya bakat tapi tidak tahan kesulitan.
Hal seperti ini bukanlah kejadian langka di lokasi syuting.
Zhang Ming melirik Lao Zhou yang mengangguk, lalu tiba-tiba menoleh ke Ren He dan berbisik: "Bagaimana menurutmu?"
"Menurutku cukup bagus," Ren He berbisik sambil tersenyum. Selain memang performanya bagus, sebagai teman dia pasti akan membantu. Ren He tidak sok suci berpura-pura semua demi seni, dia tidak suka berpura-pura.
Para wakil sutradara sudah punya persiapan mental tentang konsultasi Zhang Ming dengan Ren He, karena sebelumnya sudah diingatkan. Tapi pemandangan ini membuat Xia Yuting tercengang, meski dalam situasi ini dia tidak bisa berkomentar apapun.
Zhang Ming berkata: "Tolong jelaskan pandanganmu tentang beberapa sosok penting di Kunlun."
Begitu kalimat ini keluar, batu di hati wakil sutradara dan penulis skenario langsung jatuh: Pasti gadis ini adalah salah satu peran perempuan kunci.
……
