Ketika Ren He kembali ke lokasi kerja sementara Liu Erbao dan tim, kebetulan Liu Erbao juga sedang mencarinya untuk meminta saran pemilihan angle kamera. Namun Ren He menolak. Ia lebih mempercayai ahlinya mengerjakan bidangnya. Lagipula, semua saran pemilihan angle kamera sebenarnya sudah tercermin dalam musik FADE ini.
Ia yakin setelah mendengar lagu ini mereka akan mendapat inspirasi baru, karena musik ini sendiri mampu membuat orang terpana.
“Sudah ada ide untuk musik latar?” tanya Ren He penasaran.
"Sudah, tapi masih kurang pas. Masih terasa terlalu datar," kata Liu Erbao dengan nada menyesal. "Dan royalti hak cipta yang mereka minta masih terlalu mahal."
Ren He hampir lupa hal ini. Di dunia ini karena sistem perlindungan hak cipta yang ketat, membuat video tidak bisa sembarangan menggunakan lagu orang tanpa membayar 'biaya penggunaan'.
Justru ini kesempatan baik. Dia memanggil seluruh tim Liu Erbao dan menyuruh mereka mengangkut peralatan sound system profesional dari mobil. Liu Erbao bertanya heran: "Ini mau ngapain?"
"Aku akan memperdengarkan sebuah musik dulu, baru bicara," ujar Ren He sambil tersenyum misterius.
"Jangan-jangan lagu untuk kami sudah selesai?" tanya Liu Erbao gembira. Sebelumnya Ren He memang sudah berjanji akan menulis tiga lagu untuknya.
Wajah Ren He menghitam seketika: "Bukan. Dengarkan dulu, lagu untukmu juga tidak akan ketinggalan."
Setelah peralatan suara terpasang, Ren He memasang flashdisk ke port komputer dan menekan tombol putar. Seketika, semua orang di dalam ruangan terpaku. Bulu halusnya mulai meregang ke luar, bahkan merinding memenuhi seluruh tubuhnya!
Musik itu seakan membawa diri tiba-tiba berada di dunia es dan salju, badai hitam menerjang langit dan bumi. Di tengah gunung salju, kau mengibaskan kapak pendakian di tangan, mendaki dengan sekuat tenaga.
Badai datang, tak menjatuhkanmu dari gunung salju. Dingin ekstrem pun tak mampu membekukan hatimu.
Saat kau mencapai puncak, berdiri tegak di atap pegunungan, badai menghilang. Cahaya keemasan tiba-tiba menembus lapisan awan hitam, menyinari wajahmu. Butiran kehangatan jingga mengetuk lembut pipimu. Kau melepas papan seluncur dan mengaitkannya di kaki, mengenakan kacamata pelindung. Tarik napas dalam-dalam, sekali, dua kali, tiga kali. Mulailah bersyukur atas keajaiban kehidupan.
Lalu... terjunlah!
Di momen ini di antara langit dan bumi, hanya Anda seorang yang meraih kehidupan baru di bawah cahaya keemasan, terlahir kembali bagai phoenix dari api!
Liu Erbao tiba-tiba berdiri sambil memandang Ren He dengan takjub, bahkan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun!
Sebagai fotografer komersial yang sering menerima job video promosi merek olahraga multinasional, ia selalu bertanya-tanya: mengapa tak ada satu lagu pun di dunia ini yang bisa secara sempurna menyatu dengan semangat olahraga?
Benar, tepat perasaan itu!
Selama bertahun-tahun membuat video, Liu Erbao selalu merasa ada yang kurang. Videonya tak utuh. Tatapan Ren He dalam "Ksatria" bisa menyublimkan roh video, lampu-lampu di Jalan Langit bisa membangun tangga surgawi untuknya.
Tapi untuk musik latar, ia benar-benar tak berdaya!
Semakin sempurna video yang dibuat, semakin terasa menyakitkan ketidaklengkapan musik latar baginya, seperti tulang ayam yang tersangkut di tenggorokan. Terkadang bahkan sampai membuatnya sulit tidur karena video bagus tanpa musik latar yang memadai - sebuah kesedihan akibat kegigihan mengejar kesempurnaan yang belum terwujud.
Hasratnya membara, dan baru saja ia seperti menemukan Harta Karun Tertinggi!
"Saudara, kau benar-benar jenius," Liu Erbao memeluk Ren He seraya berkata: "Aku akan membayarmu tarif tertinggi untuk penggunaan musik ini, izinkan aku memakainya!" Biaya penggunaan musik sudah termasuk dalam 5 juta yuan itu, jadi yang membayar Liu Erbao bukan An Si. Uang yang dikeluarkan An Si dan timnya hanya untuk melihat produk jadi, selain itu tidak ikut campur.
Ren He sendiri tahu bahwa standar tertinggi biaya penggunaan musik ini sebenarnya hanya 50 ribu yuan sekali pakai, bisa dibilang sebagai tambahan penghasilan. Pagi ini, perusahaan TK sebagai hadiah tambahan sudah mentransfer 300 ribu dolar AS yang dengan kurs tahun 2006 dikonversi menjadi lebih dari 2,4 juta yuan. Dengan ini, kondisi keuangan Qinghe Game menjadi lebih longgar.
Dalam pembuatan game, membuat game berkualitas tinggi memang membutuhkan biaya besar. Apalagi rencananya langsung melompati Dota 1 untuk membuat Dota 2 versi 3D. Meski hanya satu peta, jika ingin dibuat sempurna, menghabiskan puluhan juta yuan bisa semudah membalik telapak tangan.
Saat ini mesin game Kunlun sudah selesai dikembangkan. Apakah efek visual Dota dan kualitas permainan bisa naik ke level berikutnya, semuanya tergantung kemampuan Kunlun dalam menghasilkan uang.
Liu Erbao sekarang bahkan tak sempat mengurus Ren He, langsung memerintahkan semua orang untuk membatalkan rencana sebelumnya. Ia memutuskan mulai memilih ulang semua rekaman kamera berdasarkan ritme fade! Liu Erbao bertaruh fade bisa membangkitkan resonansi para maestro, mampu mencengkeram jiwa semua orang di detik musik itu bergema!
Awalnya Ren He mengira kemunculan fade mungkin akan mempengaruhi alur produksi Liu Erbao. Namun di luar dugaan, pihak lawan justru bermain begitu besar, bahkan membalikkan semua pekerjaan sebelumnya. Sungguh memiliki keberanian visioner.
Tapi sebenarnya ciri terbesar Liu Erbao hingga kini adalah keberanian visionernya. Untuk mengejar kesempurnaan, ia sanggup melakukan segala sesuatu!
Jenius itu selalu gila-gilaan.
Ren He akhirnya bisa bernapas lega. Pada titik ini, di domain sepeda, ia sudah tak terbantahkan sebagai nomor satu. Dalam waktu dekat, ia perlu melakukan pemulihan, serius menggarap Kunlun dan Dota sebagai jalur mundur. Dapat diprediksi kedua game online ini akan memicu badai revolusi game raksasa di seluruh Tiongkok, persis seperti Kitab Suci di dunia novel web, di mana novel-novel berduyun-duyun mulai bermunculan hanya untuk hiburan.
Jika Kunlun hanya bisa mencapai puncak di dalam negeri, maka keganasan virus Dota akan menyebar ke seluruh dunia. Itulah game yang pernah benar-benar punya peluang menjadi nomor satu di daftar penghasil uang global. Tugas Ren He adalah memanfaatkan peluang ini, mencegahnya tumbuh liar tanpa kendali seperti di kehidupan sebelumnya - tanpa rencana bisnis, tanpa mode operasi yang terstandarisasi.
Melainkan membuatnya bersinar gemilang kembali. Sejak lahir dari tangan Ren He, ia akan langsung memiliki daya visual yang melampaui League of Legends di kehidupan sebelumnya, bukan seperti Dota 1 yang terus dikritik karena lag dan grafis kasar setelah kemunculan League of Legends.
Ini akan menjadi monster di dunia game, tumbuh perlahan hingga tak ada yang bisa mengabaikannya.
Setelah semua ini selesai dan memastikan tak ada lagi kekhawatiran, barulah memulai fase berikutnya dari jalan mempertaruhkan nyawa!
Fase berikutnya apa? Panjat tebing tanpa peralatan? Atau menantang gunung-gunung salju yang selalu menjadi titik pandang bidang batas maksimal manusia?
Gunung salju... Perasaan Ren He agak campur aduk. Di wilayah dengan udara paling tipis itu, salah satu lokasi paling ekstrem di bumi, mayat manusia pun hanya bisa menjadi penanda lokasi yang kembali ke pelukan Ibu Bumi.
Siapapun yang mempertahankan keadaan diam di gunung se-terjal dan sejauh Everest, mungkin akan menemui ajal.
Di atas ketinggian 8.500 meter, manusia tak bisa menuntut standar moral, itu adalah zona terlarang umat manusia.
Memikirkan ini, Ren He tak tahu mengapa malah merasa bersemangat. Di kehidupan sebelumnya, begitu banyak orang mengagumi Everest. Ia sendiri pernah berpikir untuk mendaki puncak itu, namun di sana hanya akan mengubur dengan tenang kelompok demi kelompok pemberani yang berani menantang, lalu terus ada yang datang silih berganti.
Di kehidupan ini, Ren He memiliki fisik yang paling cocok untuk mendaki Everest: daya tahan tak terkalahkan, daya ledak, serta jaringan otot yang membutuhkan oksigen sangat minim.
Jika ia tidak pergi sekali pun, kemungkinan ini akan menjadi penyesalan baginya.
Ren He tersenyum, perjalanan baru ini masih permulaan.
……
Dari rumah ibu mertua sudah kembali, hari ini akan update sebanyak mungkin bab. Sebelumnya sudah izin sama maestro semua ya. Jujur senang banget lihat komentar kalian yang terharu sama update kemarin, bener-bener senang. Soalnya pas nulis bagian Tikungan hairpin pertama, aku sendiri juga nangis sampai dua tetes air mata. Tapi masih takut jangan-jangan cuma hibur diri sendiri.
Terima kasih semua, kayaknya janjiku dulu sudah terpenuhi: nggak lebay, nggak asal-asalan. Yang bisa kubawa adalah gelak tawa, darah panas, keharuan, plus ledakan kepuasan!
Kalau emang sukses, tolong sebut aku Penulis olahraga ekstrem nomor satu ya? Hahaha.
