Video telah dirilis dan meraih kesuksesan besar. Semua pihak senang.
Pada titik ini Ren He seharusnya kembali ke Luocheng untuk membuat permainannya sendiri dengan tenang, bagaimanapun itu adalah fondasi keberadaannya.
Rencana awal minggu ini adalah mengadakan reuni kelulusan teman-teman SMP, namun karena Ren He benar-benar tidak bisa kembali, acara terus ditunda. Teman-teman sekelas mulai curiga: Mengapa Duan Xiaolou bersikeras menunggu Ren He?
Semua orang tahu Ren He pernah menyukai Duan Xiaolau, itu rahasia umum. Saat Ren He yang pemalu menyodorkan surat cinta ke Duan Xiaolou dulu memang tak ada yang melihat, tapi isi surat itu kemudian bergema ke seluruh kelas. Saat itu semua mengira Ren He akan malu setengah mati, tapi...
Tapi Ren He tiba-tiba berubah seolah menjadi orang lain!
Seberapa besar perubahan Ren He? Mungkin teman-teman kelas 2 tingkat tiga yang paling paham, bahkan lebih dari Yang Xi yang selalu bersamanya setiap hari. Karena Yang Xi tidak pernah mengenal Ren He yang dulu.
Bagaimana Ren He di masa lalu? Membosankan, sehari-hari di kelas jarang bicara, hampir tak pernah ikut kegiatan kelas. Semua tahu ia tak punya uang jajan, lama-lama tak ada yang mengajaknya.
Disimpulkan dalam satu kalimat: Bukan penghuni yang layak.
Di era sekolah, siswa seperti apa yang jadi perhatian? Di masa semena-mena itu.
Mungkin pemuda basket yang berlarian di lapangan sambil mengucurkan keringat? Tangan mereka berhiaskan gelang warna-warni, teknik memukau.
Mungkin teman sekelas ganteng atau cantik? Setiap gerak-geriknya diamati, obrolan selalu tentang si ini-itu.
Mungkin siswa bermasalah yang punya ide nakal dan tak bisa diam? Saat kau masih sibuk belajar, mereka sudah belajar mematahkan hukum - sifat liar yang diam-diam kau dambakan.
Lalu Ren He punya apa? Ren He sebelumnya tak punya apa-apa, hanya teman sebangku yang gemuk...
Tapi sekarang? Siapa yang berani bilang bisa tak menghiraukan keberadaan Ren He?
Siapa yang berani melompati dua gedung sekolah? Tidak ada.
Siapa yang berani merangkak gedung tanpa alat? Tidak ada.
Dan Ren He sepertinya semakin memancarkan daya tarik yang memukau. Penampilannya tak terlalu ganteng, tapi pandangan orang selalu terkumpul padanya.
Kecuali masih terlihat kurang tajir, semua elemen untuk menjadi fokus sudah ia miliki. Masih perlu apa lagi? Juara ujian masuk SMA pula...
Kini semua maestro tahu Ren He punya penggemar tak terhitung di kalangan adik kelas. Cewek-cewek berbisik: "Wah, ganteng banget, jempolan!"
Cowok-cowok berdiskusi: "Denger belum? Ada jagoan kelas 3 di sekolah kita! Merangkak gedung tanpa alat, lompatan antar gedung sekolah, keren nggak tuh? Sekolah malah nggak kasih sanksi! Keren banget!"
Di kehidupan sebelumnya, Ren He sendiri sangat iri pada teman yang bisa melakukan kesalahan tanpa kena sanksi atau dipanggil orang tua. Itu baru benar-benar keren.
Di kalangan adik kelas, Ren He telah menjadi sebuah legenda...
Desas-desus itu bagai warna-warni keremajaan yang tak terpisahkan, melayang-layang tanpa peduli akhirnya akan terbang ke mana, namun pada akhirnya semua orang akan mendengar dan meresapkannya ke dalam hati.
Beberapa teman sekelas tak mengerti mengapa Ren He tiba-tiba berubah begitu cepat hingga mereka tak bisa mengikuti, namun perubahan itu terasa begitu alami. Bahkan di mata mereka, Ren He benar-benar bersinar terang.
Saat mengingat kejadian Ren He pernah menulis surat cinta untuk Duan Xiaolou, mereka langsung bersemangat! Di usia remaja, gosip tentang "siapa suka siapa" dan detail-detailnya bisa dibahas berjam-jam. Anak-anak polos ini menemukan kegembiraan tak berujung dalam hal-hal kecil seperti ini!
Jadi apakah Ren He masih menyukai Duan Xiaolou? Banyak yang yakin iya, bagaimanapun siapa yang tak pernah menyukai seseorang di masa muda?
Apa rasanya mencintai diam-diam? Seperti naga yang menjaga harta karun, ganas dan polos, perkasa namun sepi, lembut tapi compang-camping, pengecut namun merdeka. Ia begitu menggemaskan namun merendahkan diri. Entah sejak kapan, menemukan orang yang kau sukai dalam kerumunan dengan sekali sorot mata, telah menjadi keahlianmu yang paling mahir.
Perasaan tulus itu tak mudah menghilang bagai partikel yang bertebaran.
Maka banyak teman sekelas yakin Ren He pasti masih menyukai Duan Xiaolou. Mereka mengira telah menguasai kebenaran.
Bagaimana perasaan Duan Xiaolou? Dari sikapnya yang bersikeras menunggu Ren He, para siswa merasa ada harapan.
Dalam hidup nyata, jarang ada "bunga sekolah" yang diakui umum. Siapa yang mau repot memperhatikan semua gadis cantik di sekolah? Di kehidupan sebelumnya, Ren He selalu bersikap meremehkan ketika membaca berita tentang "bunga sekolah X", "Ini penilaian sendiri kan?" Di sekolahnya tak pernah ada pemilihan semacam itu! Jangan mengada-ada.
Tapi di kelas, siapa yang paling cantik sebenarnya semua sudah tahu. Dalam satu kelas hanya ada puluhan teman sekelas, kalau sampai tidak bisa melihat itu berarti buta.
Bisa dibilang, sebelum Yang Xi datang, di kelas 2 tingkat tiga hanya ada Duan Xiaolou yang menarik... dan sangat cantik.
Begitu seorang gadis di masa SMA bisa menerima surat cinta dari kelas lain, itu membuktikan dia benar-benar cantik. Duan Xiaolou menerima banyak surat cinta, tapi tak ada yang berhasil.
Jangan-jangan reuni kali ini akan terjadi kesalahan besar? Teman-teman sekelas berspekulasi.
Sedangkan salah satu tokoh utama yang mereka duga, Ren He, baru saja tiba di Luocheng setelah perjalanan melelahkan dan hanya ingin tidur nyenyak!
Sejak ke ibukota, dia tak pernah berhenti: membawa Yang Xi debut, menghindari ibu mertua, ikut audisi terbuka Kunlun, memanjat gedung celana dalam tanpa alat, lalu langsung menantang Jalan Langit dan menyelesaikan pembuatan fade.
Semua kejadian ini dibangun dengan kokoh tanpa satu pun yang palsu.
Jadi meski Xu Nuo si pria gemuk tahu Ren He sudah kembali ke Luocheng, tapi tetap tidak bisa menemukannya. Ren He langsung mematikan ponsel!
Namun masih terlalu banyak keputusan terkait produksi game yang harus ditentukan Ren He. Mustahil semua detail bisa dipahami tim hanya lewat presentasi PPT satu kali itu. Tapi Ren He sudah kabur setelah presentasi, tim hanya bisa melanjutkan pengerjaan bagian yang sudah jelas.
Baru-baru ini tim desainer grafis merekrut 17 orang untuk memperbesar tim. Ini baru cukup untuk memenuhi jadwal pemodelan Kunlun dan Dota 2. Tapi masih banyak detail yang perlu persetujuan Ren He, seperti: Bagaimana gerakan mengangkat tangan karakter hero ini? Bagaimana volume tabrakan antar karakter?
Di bidang desain grafis, Ren He telah menunjukkan begitu banyak gagasan matang. Hal ini membuat para desainer yakin: Begitu Ren He kembali, semua masalah akan terpecahkan.
Baru tidur 6-7 jam, Ren He terbangun oleh suara ketukan pintu yang keras. Ia bangkit dari tempat tidur dan melihat jam di ponsel - pukul 6 sore.
Begitu bangun tidur, Ren He langsung segar bugar. Soalnya poin fisiknya terlalu tinggi, kemampuan pemulihan alaminya juga lebih dari dua kali lipat orang biasa. Makanya energi Ren He jauh melampaui manusia biasa.
Ia membuka pintu dan melihat Xu Nuo di luar: "Ada urgent ya?"
Xu Nuo langsung buru-buru masuk sambil ngomel: "Cepetan dong Kak, banyak banget hal yang nungguin elu!" Begitu Ren He selesai ganti sandal, langsung ditariknya pergi. Sepanjang jalan, Xu Nuo menjelaskan secara ringkas pekerjaan mereka yang mandek dan perlu segera diselesaikan.
Awalnya Xu Nuo kira ini simpel, tapi begitu Ren He pergi mereka jadi mentok. Contoh kecil aja: konsep ranked mode sama tangga langit yang pernah Ren He sebutin, sampai sekarang mereka masih belum paham betul! Gimana cara kalkulasi Fen-nya? Kalau masalah fundamental ini belum jelas, sebagoes apa pun kemampuan programming mereka tetap ga bakal bisa jalan.
Ren He malah tertawa mendengarnya. Ia mengamati pria gemuk itu dengan penasaran: "Bisa juga lu, progresnya lumayan!"
Kemajuan yang ia maksud adalah kondisi Xu Nuo saat ini, kemampuan Xu Nuo dalam merangkum masalah, serta pemikiran terhadap detail-detail tertentu. Jika dulu, pria gemuk ini mungkin hanya akan patuh menjalankan perintah dan membuat program.
Meski masih banyak kekurangan, kemajuan ini sudah sangat signifikan. Tak ada manusia yang sempurna. Ren He tak bisa memaksa Xu Nuo tiba-tiba menunjukkan bakat luar biasa lalu menjadi sama sekali tidak bergantung padanya, hanya karena dirinya tak ingin mencurahkan energi ke bidang game.
Pertumbuhan memerlukan proses. Ren He bersedia menunggu Xu Nuo berkembang. Setidaknya sekarang ia sudah melihat harapan untuk menjadi manajer penginapan yang melemparkan tanggung jawab di masa depan.
