Saat tiba di studio, Ren He terkejut melihat semua anggota masih berjuang di tempat. Sejujurnya ini benar-benar mengejutkannya. Di kehidupan sebelumnya, kontak terbesarnya adalah bagaimana sebagai kepala SDM memotivasi karyawan untuk bekerja keras. Namun hal seperti ini sangat sulit. Ada yang selalu menggunakan teori 28: hanya 20% karyawan yang benar-benar berperan di perusahaan, sementara 80% sisanya hanyalah figuran.
Fenomena ini benar-benar ada, tapi ada juga yang bisa melanggar metode konvensional semacam ini.
Ren He tidak menganggap bahwa dengan membereskan tunjangan karyawan, semua orang akan sibuk bekerja secara spontan. Segala sesuatu ini mungkin tetap harus dikembalikan pada visi bersama semua orang: membuat permainan jempolan ini!
Desainer grafis belum perlu dibahas, ambil contoh 6 orang programmer yang direkrut sekarang, mereka semua pernah mengerjakan game. Game offline domestik sedikit banyak terlibat, seperti genre petualangan, strategi, penembak, dan lain-lain.
Namun beberapa poin yang dijelaskan Ren He dalam PPT sebelumnya tetap membuat para bintang besar pengembangan game yang sudah punya nama ini merasakan kesegaran.
Ada beberapa poin yang paling menarik minat mereka.
Pertama, meskipun internet mulai berkembang pesat saat ini dan semua perusahaan game mulai merambah ke dunia online, pola pikir para pelaku industri masih berada dalam fase eksplorasi. Game yang benar-benar terbentuk jumlahnya masih bisa dihitung jari. Selama ini fokus utama hanya pada alur cerita dan unsur hiburan dalam game, namun belum menggenggam erat inti sari dari game online: interaksi.
Saat Ren He menyebutkan berbagai mode dalam perencanaan Kunlun seperti peringkat, sekte, misi, kesepakatan, stan pribadi, hewan peliharaan, arena pertarungan, pernikahan, dan membuat senjata sendiri - semuanya terdengar sangat nyata, seolah-olah akan langsung diterima masyarakat begitu diluncurkan.
Kedua, game strategi 5v5 seperti Dota terasa sangat inovatif. Pahlawan yang kompleks, skill rumit, strategi dan taktik multilapis - beberapa programmer bahkan meragukan apakah game serumit ini bisa diterima pasar?
Kontradiksi yang mereka hadapi adalah: Di satu sisi Ren He menuntut Kunlun harus sederhana dengan pengalaman operasional yang sangat kuat, sementara di sisi lain Dota tidak boleh dikurangi sedikitpun dan harus menjaga sifat kompetitifnya.
Maaf kami belum sepenuhnya paham. Game ini juga harus memiliki elemen kompetitif? Mengapa?
Bisa dikatakan ketika sebuah game belum sepenuhnya terbentuk, sangat sulit untuk memiliki konsep visual yang jelas. Misalnya, jika seseorang mengatakan akan membangun rumah, tapi sebelum rumah itu selesek bahkan tanpa gambar rancangan, bisakah Anda membayangkan seperti apa rumah itu nanti? Bagaimana denahnya? Mustahil untuk dibayangkan!
Anda bisa membuat tebakan, tapi apakah jawaban tebakanmu itu kebenaran?
Karena itu para programmer merasa bingung, tapi entah mengapa, mereka selalu merasakan aura percaya diri dan daya tarik tak kasat mata dari Ren He. Pihak seberang yang serius memberi tahu mereka banyak hal, segalanya terencana dengan matang, hingga saat Ren He bicara, bawah sadar mereka langsung memilih untuk percaya.
Karena Ren He bukan sekadar memiliki rencana matang, tapi game-game itu dulunya memang bagian dari hidupnya. Ia mencintai Dota, sehingga semua detail Dota ia kuasai. Yang lebih mengerikan dari persiapan matang adalah ini: saat Anda mengira dia hanya punya gambaran di hati, ternyata ia telah bermain game itu selama bertahun-tahun.
Para programmer percaya, baiklah, game kita ini pasti bisa menjadi penanda zaman baru, pasti sukses! Hmph, meski kita sendiri brengsek nggak tahu kenapa...
Para programmer merasa diri mereka seperti orang gila, tiba-tiba punya kepercayaan diri misterius seolah sedang membuat game revolusioner...
Tapi game revolusioner ini, sang perancangnya kabur... Sialan, bisa ditahan nggak ini?!
Jadi ketika pria gemuk itu tak sengaja bilang Ren He sudah kembali, semua sepakat menyuruh si gemuk langsung menjemput Ren He untuk menyelesaikan semua masalah. Mereka ini orang-orang obsesif, rasanya seperti muntah darah kalau kerjaan mentok di tengah jalan!
Begitu Ren He tiba di perusahaan, sekelompok orang langsung mengepungnya. Mereka mulai berbicara tentang masalah masing-masing dengan riuh, sampai Ren He dikepung rapat dan tak bisa mendengar jelas perkataan siapa pun.
Ini brengsek juga bukan cara yang baik! Ren He menggerakkan tangannya sambil berteriak: "Tunggu dulu, dengarkan aku bicara!"
Barulah semua orang diam mendengarkan Ren He berkata: "Kita sekarang menghadapi banyak masalah, tapi kita semua paham, masalah-masalah ini pasti bisa diselesaikan! Kita atasi satu per satu perlahan."
Sambil berbicara, Ren He mengosongkan tempat sampah berisi kertas bekas di sampingnya lalu melanjutkan: "Sekarang, setiap orang pisahkan masing-masing masalahmu, tulis di kertas lalu lemparkan ke dalam. Aku akan mengambilnya satu per satu, lalu menanganinya satu persatu sampai tempat sampah ini benar-benar kosong!"
Mata semua orang berbinar, ini benar-benar bisa dilakukan! Mereka pernah mengalami proses rapat di perusahaan besar dimana orang-orang hanya berdebat berjam-jam tanpa hasil, sekarang berbeda - cara ini jauh lebih efisien!
"Diselesaikan sampai tuntas, kedengarannya sangat memuaskan!"
Namun ketika semua orang melemparkan masalah mereka, Ren He kebingungan - satu tempat sampah ternyata tidak cukup! Terpaksa dia mengosongkan tempat sampah kedua untuk menampung sisa kertas masalah.
Saat melakukan hal ini, Ren He sendiri tidak pernah membayangkan bahwa tindakannya hari ini akan menambahkan mode kerja paling menarik bagi masa depan internal Qinghe Games: Mode Tong Sampah.
Semua orang melempar kertas masalah ke dalam tong sampah, lalu setiap masalah di dalam tong harus diselesaikan satu per satu. Menolak penundaan, menolak alasan yang dicari-cari, tidak ada rapat panjang, segalanya harus diselesaikan dalam proses pemecahan masalah.
Masalah baru terus bermunculan, namun semuanya berhasil diatasi. Inilah yang kelak menjadi Sistem Tong Sampah yang dipuji karyawan di internal Qinghe Games.
Ren He memandangi tumpukan kertas setinggi gunung di hadapannya dengan putus asa. Ia berkata sambil setengah tertawa, "Apa kalian tidak berencana pulang hari ini? Xu Nuo, bawa timmu beli makan malam! Hari ini kita akan bermain besar. Siapa yang ngantuk boleh tidur dulu, setelah bangun kita lanjutkan pemecahan masalah! Sebelum tong sampah ini kosong, semua dapat gaji ganda!"
Bicara panjang lebar tak ada artinya dibanding memberi uang. Meski biaya tenaga kerja meningkat, tapi di masa normal uang belum tentu bisa membeli efisiensi. Semangat semua sedang membara, ini saatnya memanfaatkan momentum.
Banyak perusahaan menggaungkan persatuan, tapi tak paham satu hal: persatuan ditempa lewat ujian. Contoh terbaik adalah persatuan nasional saat gempa Wenchuan di kehidupan sebelumnya Ren He, juga ikatan prajurit yang pernah menderita bersama.
Kini saat tepat Ren He menyatukan hati anggota Qinghe Game. Dengan uang dan keringatnya sendiri, ia akan membangun persatuan dan eksekusi solid. Bisnis ini mungkin takkan rugi!
Semua berkumpul dengan meja kantor disatukan. Deretan komputer seperti warnet. Ren He di posisi utama, yang lain mengelilingi sambil menunggu solusi. Sambil makan malam larut, mereka bekerja dalam harmoni sempurna.
Sepucuk demi sepucuk kertas diambil oleh Ren He, masalah langsung diselesaikan di tempat, kemudian beralih ke masalah berikutnya.
Awalnya tak ada yang merasa aneh, namun perlahan timbul perasaan tak terdefinisi. Pemuda yang duduk di posisi paling atas itu seolah benar-benar bisa menyelesaikan semua masalah yang mereka hadapi, baik di bidang perencanaan maupun desain grafis. Dengan cepat ia memecahkan untaian masalah satu per satu, sementara yang lain membangun bentuk samar kerajaan game berdasarkan kehendaknya - inilah kebangkitan Qinghe Games.
Dan pemuda itu, bagaikan sanggup melakukan segalanya.
