Malam pertama Ren He kembali, semua orang langsung menggulung lengan baju dan bekerja hingga subuh pukul 3. Andai bukan karena takut mengganggu ritme kerja berikutnya sehingga dipaksa diusir oleh Ren He, mungkin mereka masih akan melanjutkan. Ren He juga mengumumkan besok boleh masuk siang, artinya malam ini mereka akan terus bekerja tanpa henti.
Untungnya tak ada yang keberatan. Jika diminta bekerja tanpa bayaran pasti tidak rela, perasaan dan kebutuhan hidup harus seimbang.
Maka dengan syarat gaji tetap, semua bersedia mengambil risiko besar.
Selama seminggu terus seperti ini. Ren He juga mengabaikan segala sesuatu dan tinggal di studio. Tiba-tiba mereka menemukan kekurangan sistem tempat sampah: kertas mudah hilang dan merepotkan untuk ditelusuri.
Sampai kadang meski masalah teratasi, saat perlu merujuk hasilnya di kemudian hari, kertasnya sudah raib entah ke mana.
Akhirnya mereka bersama-sama membuat perangkat lunak sangat mudah. Semua isi kertas diunggah dalam sistem oleh satu orang, tersedia untuk dipelajari kapan saja.
Dalam proses kerja, Ren He menyadari: masalah tim terlalu banyak. Detail-detail baru terlihat saat mulai mengerjakan.
Sementara pengalaman Ren He sendiri terbatas, benar-benar sedikit kewalahan. Akhirnya dengan terpaksa, dia harus merekrut beberapa perencana game dengan gaji tinggi. Ren He pertama-tama bekerja sama dengan mereka untuk menyelesaikan seluruh perencanaan game secara utuh. Sebelumnya, Ren He bahkan tidak memiliki naskah utuh! Para perencana game ini baru menyusun semuanya secara sistematis setelah bergabung!
Harus diakui, dia benar-benar berterima kasih atas keputusan ini. Para ahli memang ahli. Semua yang dibutuhkan untuk perencanaan game diatur secara rapi, tidak seperti dirinya yang bekerja serampangan - cara seperti ini memang tidak bisa diandalkan.
Di Qinghe Games ada dua desainer grafis lokal. Perlahan, mulai tersiar kabar di Luocheng bahwa di kota kecil ini ternyata ada perusahaan bermodal kuat yang mengembangkan game, dengan sistem gaji dan tunjangan yang ekstrem bagus, serta dipenuhi bintang-bintang besar di industri game.
Belakangan ini bahkan mulai menerapkan sistem gaji ganda, plus teh sore gratis dan makan larut yang bisa dinikmati!
Di kota kecil, ini namanya apa? Ini jelas menyimpang dari norma! Siapa yang mau membuka perusahaan dengan cara seperti ini?
Tapi reputasinya perlahan menyebar di Luocheng. Yang menjadi perhatian publik bukanlah jenis game yang mereka buat, melainkan keanehan mode kerja perusahaan ini beserta tunjangan karyawan yang benar-benar Mengguncang.
Saat Ren He dan Xu Nu asyik menggarap bisnis mereka, tiba-tiba telepon Duan Xiaolou berdering: "Hei, Ren He, apa kau sudah kembali?"
"Ah, sudah, sudah!" Ren He tertawa. "Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini sampai lupa memberi kabar. Kalian sudah kumpul?" Secara logika seharusnya dia bisa bertanya langsung ke Xu Nu, tapi mengingat Xu Nu juga figur pinggiran yang sering dilupakan, akhirnya dia ragu.
"Belum, semua masih menunggumu," suara Duan Xiaolou datar tanpa ekspresi. "Dua hari ini ada waktu luang?"
Ren He merenung. Kini tim perencana game sudah lengkap. Makan malam sebentar pasti bisa diatur. "Bisa malam ini. Coba tanya yang lain ada waktu tidak?"
Hasilnya acara kumpul-kumpul teman sekelas SMP ditetapkan malam ini pukul 6 di Hotel Triumphal Arch.
Malam harinya, Ren He mengajak Xu Nu pamit kepada rekan studio dengan alasan makan di luar sebentar. Mereka berdua langsung menyambar ke Hotel Triumphal Arch. Tidak dijelaskan bahwa ini reuni kelulusan SMP, sebab jika para pekerja dewasa tahu bos mereka masih siswa SMP, imajinasi mereka mungkin akan liar. Xu Nu kali ini cukup baik performanya, tidak salah bicara. Wajahnya memang masih kekanakan, namun dengan kehadiran Ren He yang sudah terlihat seperti mahasiswa, para kolega menganggap mereka sebagai generasi kedua orang kaya yang sedang merintis usaha.
Pasalnya postur Ren He sekarang benar-benar setara mahasiswa. Prinsip "segala wujud tercipta dari hati" memang ada benarnya. Sejak kembali dari perjalanan waktu, raut wajahnya dengan cepat matang. Saat bercermin pun ia sulit membayangkan perubahan ini, seolah mata barunya yang menjadi penyebab transformasi tersebut.
Saat mereka tiba, hampir semua teman sekelas sudah berkumpul. Mata semua orang langsung berbinar melihat Ren He masuk, seolah rumor yang dinanti-nantikan akhirnya akan terbukti. Benar saja, pertemuan alumni langsung dimulai begitu Ren He datang.
Suasana makan perlahan mulai terasa aneh. Beberapa teman bercerita tentang liburan bersama orangtua setelah lulus, yang sebenarnya hanya ingin pamer dengan niat psikologis terselubung.
Hidup orang biasa memang seperti ini, tanpa gejolak yang berarti.
Perlahan obrolan beralih ke tiga topik terpanas liburan musim panas ini. Yang pertama tentu debut Yang Xi. Sebagai mantan teman sekelas, perubahan drastisnya menjadi selebritas membuat semua orang terkesima dan sulit menerima kenyataan ini pada awalnya.
Seolah langsung melompat dari dunia nyata ke dalam dongeng, tiba-tiba ada selebritas besar di samping kita! Selama liburan musim panas ini, teman-teman sekelas 2 tingkat tiga tak henti-hentinya berkata ke orang: Yang Xi tahu kan? Itu teman sekelasku!
Sepertinya dengan menjadi teman sekelas Yang Xi, ia ikut merasa bangga. Tentu saja, pemikiran seperti ini wajar.
Yang pasti, Ren He selalu mendengarkan dengan penuh antusias setiap topik tentang Yang Xi. Karena di sekolah ia tidak terlalu dekat dengan Yang Xi, tak ada yang menebak-nebak identitas pacarnya. Rasanya sangat menggelikan.
Setiap kali diskusi tentang Yang Xi dimulai, Duan Xiaolou tak kuasa menahan pandangannya ke arah Ren He. Mungkin di antara semua yang hadir, hanya dirinya yang mengetahui kebenaran?
Saat topik pacar mengemuka, beberapa orang mulai memperhatikan Duan Xiaolou. Tanpa sengaja mereka menyadari tatapannya kerap mengarah ke Ren He. Hal seperti ini tak bisa dihindari dari orang yang berpikiran tajam. Lagipula Duan Xiaolou bukanlah orang dewasa dengan pikiran yang sangat dalam.
Tapi sekarang semua orang tiba-tiba merasa, mereka berdua benar-benar cocok. Mungkin dulu tidak ada perasaan seperti ini, karena dulu Ren He terlalu merendahkan diri. Tapi sekarang berbeda, orang-orang selalu memiliki perasaan kompleks terhadap Ren He.
Secara logika, setiap tahun upacara kelulusan selalu ada 10 besar sekolah yang naik ke atas panggung untuk berpidato. Namun entah mengapa tahun ini tahap itu langsung dibatalkan...
Saat upacara kelulusan, Ren He sudah tiba di ibukota dan sama sekali tidak menghadiri!
Tak ada yang tahu tokoh utama yang mereka bahas sedang duduk manis di sini, sambil dengan sifat psikopat mendengarkan pujian untuk dirinya sendiri.
Hal kedua tentu saja video Kesatria Akhir, ditambah lagu fade yang bagusnya bikin ledakkan. Persis seperti membakar darah panas dalam tulang punggung di usia mereka.
Tiba-tiba seseorang berkata sambil tertawa pada Ren He: "Kesatria itu juga dari Luocheng. Ren He, kamu sering main olahraga ekstrim. Bisa jadi Kesatria berikutnya adalah kamu. Kalau sudah terkenal nanti, jangan lupa teman sekelas ya!"
“Haha, aku akan berusaha,” Ren He tersenyum lebar berkata: “Aku akan berusaha melakukan sesuatu yang lebih jempolan untuk menghancurkan Kesatria.”
Tentu saja, tak ada yang mempedulikan ucapannya, hanya menganggapnya sebagai candaan belaka.
Terkadang memang seperti ini - sebelum orang di sampingmu mulai bersinar dan menghangat, sulit membayangkan bagaimana teman sekelas biasa yang duduk di sebelah ini akan meraih pencapaian apa di masa depan.
