Berdasarkan pengetahuan Duan Xiaolou saat ini, bakat Ren He sudah membuatnya sulit mengejar. Baru sekarang dia paham, istilah "luar biasa" hanyalah relatif adanya.
Pergi ke Australia juga bukan pilihan yang bisa ia tentukan sendiri, melainkan pengaturan keluarga. Seorang siswa SMP membicarakan pembebasan dari keluarga pada dasarnya hanyalah omong kosong, tidak realistis. Ia pun tak merasa luar negeri lebih baik dari dalam negeri, namun sepertinya sana akan menjadi panggung yang sedikit lebih besar dibanding Luocheng.
Keduanya tak melanjutkan percakapan lebih jauh. Jarak di antara mereka bagai semakin menjauh sejak awal, tercabik-cabik oleh tarikan kehidupan.
Semua akan mengejar masa depan masing-masing, mungkin takkan pernah bertemu lagi. Tapi siapa yang bisa memastikan?
Kembali ke bilik, semua orang tersenyum penuh pengertian melihat mereka. Tapi kedua pihak yang bersangkutan justru kembali tenang, tak ada lagi gelombang emosi.
Bagi Duan Xiaolou, Ren He bagai kecelakaan dalam hidupnya di masa SMP. Ia bukan burung beterbangan, Ren He pun bukan ikan yang berenang di laut dalam. Hanya saja, masing-masing memiliki arah sendiri.
Bagi Ren He, dia juga pernah menyukai seseorang secara diam-diam. Duan Xiaolou bagaikan bayangan air seorang gadis dari kehidupan sebelumnya, namun pada akhirnya bayangan hanyalah bayangan belaka.
Yang harus dilakukannya hanyalah berusaha keras terus-menerus, mengumpulkan kekuatan dalam ketenangan, lalu bergegas ke ibukota untuk bertemu Yang Xi. Dengan kekuatannya sendiri, menghantamkan kepalan tangan yang keras untuk menghancurkan semua belenggu hukum dunia ini.
Semua orang yang melihat mereka keluar dan kembali seperti biasa tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, hanya saja lelucon pun tidak dilontarkan lagi.
Saat membicarakan kenangan lucu selama tiga tahun SMP, semuanya terasa seperti baru kemarin. Setiap kali diceritakan, semua orang akan tertawa terbahak-bahak. Kali ini Wakil Ketua Kelas Liu Yinghai tidak hadir, jadi mereka juga membahas momen Liu Yinghai muntah dulu.
Xu Nuo si pria gemuk itu meniru nada bicara Li Luohe: "Kau berani menyerang guru secara terang-terangan! Hahaha!"
Harus diakui, Ren He memang meninggalkan banyak kenangan unik di masa sekolah selama tahun terakhir ini...
Lalu, semua orang pun bubar dan pergi masing-masing.
Saat Ren He dan Xunuo berjalan pulang, Ren He tiba-tiba berkata: "Aku mungkin akan sekolah di ibukota."
Waduh, Xunuo merasa seperti mendengar kabar buruk: "Ke ibukota buat apa?"
Ren He belum memberitahunya soal rencana pindah sekolah sejak kembali, jadi Xunuo sama sekali tak tahu. Dia mengira Ren He akan terus bersamanya di sekolah ini, apalagi kini ada proyek: membuat game bersama.
Tapi ternyata Ren He malah bilang mau sekolah di ibukota!
Berarti brengsek, aku akan sendirian di Luocheng? Kesedihan mengalir dari dalam tak terbendung di hati Xunuo...
"Yang Xi akan pindah sekolah, aku harus ikut dengannya," Ren He tersenyum. Pikirannya sudah melayang ke kebahagiaan saat bisa bertemu Yang Xi lagi di ibukota nanti.
“Sekolah bisa dipindah semau lo gitu?” Xu Nuo terpaku, kenapa banyak hal yang menurutnya sangat sulit di mulut Ren He jadi terasa mudah sekali: “Apa lo ada kesalahpahaman soal pindah sekolah? Atau salah paham sama Tante? Tante bakal ngizinin?”
“Haha, gak usah khawatir, aku punya cara merdeka,” Ren He tertawa. Dua hari ini dia beberapa kali berkomunikasi dengan Zhou Wumeng. Pihak sekolah ibukota sudah menyatakan masalah kuota izin tinggal tidak ada masalah lagi, hanya prosedur masuk Sekolah Menengah Sizhong yang masih perlu ditunggu, tapi sudah bisa dipastikan.
Ini artinya rencana pindah Ren He ke ibukota sudah seperti paku tertancap di papan.
Nanti dia akan menggunakan alasan sebagai juara ujian masuk SMA yang diundang Sizhong untuk meyakinkan Lao Ren dan Ibu Ren. Dia yakin mereka akan setuju, toh siapa orang tua yang tidak ingin lingkungan belajar lebih baik untuk anaknya?
Lagipula alasan ini sangat logis. Sebagai juara ujian, Sizhong pasti menganggap tulangnya istimewa lalu mengundangnya sekolah di sana...
Makan hari ini berjalan lancar tanpa ada ketidaknyamanan. Hanya Ren He, bahkan pandangan Xu Nuo sudah tertuju ke masa depan yang lebih jauh, SMP hanyalah garis start dari perjalanan panjang ini.
Jadi ketika sudut pandangmu cukup tinggi, kamu akan pahami bahwa apapun yang terjadi saat ini akan kamu lewati seiring aliran waktu. Tak ada lagi yang bisa menghalangimu.
Setelah kembali ke studio, keduanya langsung melanjutkan kerja. Ren He menangani berbagai masalah, sementara Xu Nuo terlibat penuh dalam penulisan kode. Semua kode yang ditulis programmer akhirnya terkumpul di tangan Xu Nuo, lalu melalui prosesnya perlahan berubah menjadi fondasi perusahaan game Qinghe.
Setiap orang berjuang di studio yang tidak terlalu besar ini. Untaian kode demi untaian tercipta, model 3D demi model 3D dibangun. Setiap tetes keringat ini adalah pencapaian bagi masing-masing individu.
Bahkan sekarang Ren He tidak lagi memasang program pengaman khusus antar programmer untuk mencegah kebocoran kode.
Masalah yang dihadapi Dota saat ini adalah, sebagai game gratis dan kompetitif sebenarnya tidak takut dengan server pribadi. Ancaman utamanya justru game tiruan dengan grafis lebih bagus tapi mode permainan lebih sederhana.
Bukankah sudah banyak game yang meniru Dota sebelumnya? Mengapa hanya League of Legends yang berhasil?
Karena selain mempertahankan aspek kompetitif, mereka juga mengurangi tingkat kesulitan pemula. Inilah kunci utamanya!
Beberapa gadis di tim desain grafis mengusulkan: Bisakah kita membuat peta Dota lebih harmonis dan hero-hero lebih imut? Model saat ini terasa memberi tekanan misterius.
Ren He menepuk ubun-ubunnya, hampir lupa hal ini!
Saat menggambar prototipe manual dulu, ia hanya fokus pada keaslian tapi melupakan hal penting: memperluas daya tarik visual Dota.
Apakah grafis Dota 2 bagus? Bagus! Efek khususnya menyilaukan? Sungguh menyilaukan!
Tapi ada masalah besar yaitu, game ini lebih dekat dengan mitologi Barat sehingga pahlawan-pahlawannya terlihat sangat berwajah jahat dan menyeramkan. Pemain LOL yang menganggap Cho'Gath mungkin yang paling jelek, itu pasti karena belum pernah main Dota 2...
Bukan berarti Dota 2 jelek, ini masalah preferensi. Ren He hanya memilih untuk membuatnya lebih imut dan warna map yang tidak terlalu suram.
Harus diingat, salah satu alasan League of Legends begitu populer di kehidupan sebelumnya adalah karena banyak cewek yang main! Ada cewek pasti ada cowok, logika ini perlu dijelaskan lagi? Orang bodoh pun tahu!
Jadi Ren He tidak menolak desain konsep Dota 2, tapi ingin membuat alur yang lebih diterima kalangan perempuan - itu semua adalah sumber uang!
Beberapa cewek membeli skin dan aksesoris tanpa alasan logis - suka ya beli!
Lagi pula, apakah kesulitan Dota benar-benar alasan cewek tidak mau main? Tidak.
Ada yang selalu ngomong alasan sialan kayak "cewek nggak bisa deny" dan sejenisnya, apa ini alasan yang mempengaruhi mereka main Dota atau nggak? Maksudnya pas main League of Legends mereka bisa last hit dengan bagus?
Aliran Last Hit Ikatan: Last hit ngandelin ikatan. Bukannya ini brengsek muncul karena para cewek?
Di mata banyak cewek, nggak masalah bisa last hit atau nggak, yang penting seru dan bagus aja...
Jadi ketika model Dota hampir selesai dibangun, Ren He demi mencapai target ini malah membalikkan dan mengulang banyak pahlawan. Kali ini para desainer grafis perempuan juga ikut terlibat, semua orang berusaha keras di jalan memanisfestasikan Dota...
Tidak mempengaruhi sifat kompetitif Dota, sekaligus membuat visualnya menarik lebih banyak cewek bergabung. Mengapa tidak?
