Kunlun telah dirilis dan membutuhkan periode operasional, sementara belum bisa diprediksi sejauh apa pencapaiannya. Sementara Dota berjalan teratur, Ren He bersyukur telah merekrut beberapa perencana game baru untuk membagi bebannya. Masuk akal juga, update berbagai versi Dota ke depan pasti membutuhkan tim perencana game, tak mungkin ia mengerjakan setiap update sendirian kan?
Kini akhirnya ia bisa mengalihkan fokus ke hal lain, seperti berterus terang pada Lao Ren dan Ibu Ren tentang rencana pindah sekolahnya.
Pelatihan militer siswa baru dimulai pada 16 Agustus, tinggal beberapa hari lagi. Surat penerimaan SMA Negeri 4 Ibukota telah dikirimkan ke tangan Ren He. Melihat cap merah yang tertera, akhirnya ia bisa lega.
Masalah registrasi rumah tangganya sendiri masih harus didiskusikan dengan Lao Ren dan Ibu Ren.
Begitu mendengar kabar besar ini melalui telepon, Lao Ren dan Ibu Ren langsung pulang bersama. Ketiganya duduk di sofa. Ibu Ren memeriksa surat penerimaan sekolah sambil bertanya dengan keraguan: "SMA Negeri 4 Ibukota mengundangmu bersekolah di sana?"
Meskipun Ren He meraih gelar juara ujian kerajaan, di mata Lao Ren dan Ibu Ren hal ini masih terasa tidak masuk akal. Terlalu lama mereka melihat Ren He sebagai siswa terbelakang, otak mereka belum bisa beradaptasi dengan perubahan ini untuk sementara waktu...
Ren He tersenyum lebar: "Bukankah aku juara ujian kerajaan? SMA Negeri 4 Ibukota sebagai SMA unggulan nasional tentu akan menyerap para juara dari berbagai daerah."
Logika meski terdengar masuk akal, tapi Ren He tetap meremas keringat dingin. Dengan wajah terlalu serius ia terus membujuk: "Lagipula ini masuk dalam Rencana Rekrutmen Talenta, sekaligus bisa mengurus KTP ibukota. Ini hal yang mau kubicarakan dengan kalian. Sekolah Sizhong tidak menerima siswa pinjaman, jadi aku harus pindah KK. Nanti saat Ujian Nasional bisa ujian di ibukota tanpa harus balik ke daerah asal. Kalian kan tahu nilai passing grade ibukota lebih rendah."
Hal ini memang patut dipertimbangkan. Lao Ren dan Ibu Ren saling pandang. Meski mereka merasa banyak keanehan dalam pusat rencana ini, masalahnya mereka tidak pernah mengurusi hal-hal administratif semacam ini sehingga tak tahu di manakah letak ketidakberesan itu.
Fakta bahwa Ren He bisa menjadi juara ujian masuk SMA sendiri sudah sesuatu yang tak terbayangkan. Mereka sengaja tidak pamer ke teman-teman soal ini, khawatir kalau-kalau kantor penerimaan SMA salah input nilai. Jika sampai terjadi, lelucon ini akan menjadi aib besar.
Bagaimana pun sampai sekarang sekolah Ren He juga belum menghubungi mereka untuk membicarakan beasiswa, selalu terasa aneh. Yang tidak mereka ketahui adalah, Kepala Liu dan Xie Miao Han saat ini setiap hari geli di selangkangan, sulit mempercayai fakta bahwa Ren He akan tetap bersekolah di sini. Jika mereka tahu Ren He sudah memutuskan pindah sekolah, mungkin akan menyalakan petasan untuk merayakannya.
Akhirnya Lao Ren dan Ibu Ren memutuskan ikut Ren He ke ibukota untuk mengurus masalah pendaftaran sekolah sebelum sibuk dengan urusan sendiri.
Setelah keputusan ini ditetapkan, batu di hati Ren He akhirnya jatuh. Yang penting orang tua setuju, nanti Lao Zhou akan berkoordinasi dengannya.
Saat memikirkan akan bersekolah di ibukota, Ren He merasa cukup antusias. Lingkungan baru, teman sekelas baru, dan Yang Xi.
Lagi pula Sizhong memang sekolah legendaris. Di kehidupan sebelumnya pun sudah begitu, setelah dipelajari di kehidupan ini Ren He menyimpulkan sekolah ini tetap legenda. Lahir tahun 1907, berapa SMA di negeri ini yang punya sejarah 100 tahun?
Dan SMA Negeri 4 Ibukota selalu menjadi pilihan utama keturunan para status di ibukota. Dari sana, ada sepuluh delapan nama besar di dunia politik yang pernah dijerat pasal ganda. Misalnya, seorang pria paruh baya bermarga Bo pernah kembali ke almamater SMA Negeri 4 Ibukota untuk berpidato.
Dunia sains, akademi—terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu.
Tak sedikit pula selebritas yang dikenal luas seperti Gao Xiaosong, Li Ao, Yu Dan, Chen Kaige—masing-masing memiliki kecerdasan ala Yahudi yang luar biasa dan sikap menyebut diri sendiri istimewa.
Dulu Ren He selalu bertanya-tanya: Mengapa siswa SMA di sekolah elite luar negeri bisa bermain banyak hal seperti dayung, kapal layar, musikal, drama, band, sedangkan siswa Tiongkok harus tenggelam dalam pembelajaran ala spoon-feeding?
Faktanya, SMA unggulan di dalam negeri juga berada di level yang sama!
Bagaimana pengujiannya ketika di satu kelas dengan 30 lebih siswa, setiap orang bisa memainkan satu alat musik?
Bagaimana rasanya menjadi kutu buku sekaligus penulis utama kelompok drama saat masih SMA?
Seperti apa pengalaman memiliki teman sekelas yang sudah menguasai lima bahasa sejak SMA dan sedang mempelajari bahasa keenam dengan intensif?
Ren He tidak pernah mengalaminya di kehidupan sebelumnya, juga tidak pernah terpikir untuk studi ke luar negeri. Tapi kali ini, begitu ada kesempatan, ia memutuskan untuk berkunjung sebentar ke SMA Negeri 4 Ibukota. Bertemu dengan para jenius-jenius legendaris itu, semoga mereka tidak mengecewakannya.
Karena di kehidupan lalu Ren He punya teman yang bersekolah di SMA Negeri 4 Ibukota, ia sangat paham: Fakta-fakta yang beredar di daring itu benar adanya. Mustahil menyangkal keberadaan sekelompok orang yang sudah memesona sejak awal masa SMA mereka.
Tak seorang pun menyangka bahwa keputusan Su Ruqing memindahkan sekolah Yang Xi akan mengubah Ren He menjadi hiu raksasa yang menerjang masuk ke sekolah bergengsi berusia 100 tahun yang terkenal melahirkan generasi jenius. Tempat itu penuh legenda, namun bertahun-tahun kemudian ketika murid Sizhong mengenang kembali, apakah benar-benar ada sosok menakjubkan yang diakui secara universal di era itu? Mereka mungkin akan menjawab semua penanya: Ren He, karena kau takkan pernah tahu batas maksimal orang itu sampai ia proaktif memberitahumu.
Ren He berangkat ke ibukota tanpa pamit pada teman sekelas. Ia hanya diam-diam meninggalkan Luocheng bersama Lao Ren dan Ibu Ren, menuju tempat tujuannya. Hanya Xu Nuo si pria gemuk yang tahu kepergiannya. Saat melepas kepergian Ren He, pria itu menangis dengan ingus dan air mata berlelehan sambil berpesan: "Pastikan sering kembali ke perusahaan game Qinghe, jangan sampai jadi manajer penginapan yang melemparkan tanggung jawab sampai habis tak tersisa..."
Saat Duan Xiaolou pergi, banyak teman sekelas yang datang. Mereka satu per satu memberikan kartu ucapan dan doa untuknya, berharap di Australia ia bisa menjaga dirinya baik-baik, sukses dalam studi dan karir.
Ketika memasuki pintu keamanan bandara, Duan Xiaolau menoleh melihat kerumunan yang mengantarnya, lalu menghela napas perlahan. Orang itu akhirnya tak datang sama sekali untuk melepas kepergiannya.
Duan Xiaolau berbalik memasuki pintu pemeriksaan keamanan hingga menghilang. Ren He sedang melaju ke utara, sementara Duan Xiaolau terbang ke selatan dengan pesawat Boeing raksasa, terpisah di ujung langit yang berbeda.
Inilah ringkasan kehidupan. Di masa apapun, siapapun yang pernah kau sukai atau tidak sukai, pada akhirnya akan berpisah.
Dalam proses ini kita perlahan belajar berpamitan dengan orang lain, lalu melangkah dengan tekad bulat ke zaman yang terbiasa dengan perpisahan. Mungkin kau masih mengingat mereka, tapi kau juga sangat paham: mengingat tidak memiliki makna apa pun.
Mungkin suatu hari di kota yang sama akan bertemu kembali. Saat itu, kita akan sangat polos bahkan hampir tidak ingat satu sama lain.
Karena yang kau ingat hanyalah sebuah Simbol: Tanda yang pernah muncul dengan jujur dan terbuka dalam hidupmu serta membawakanmu kebahagiaan.
Lalu kalian akan berpisah lagi setelah basa-basi, pulang ke rumah kita dan mengirim pesan ke kawan atau teman dekat: "Aku bertemu si Anu, sudah beberapa tahun tidak jumpa perubahannya luar biasa hahaha."
Tapi kau sudah tidak begitu menyukainya lagi, bahkan tidak memahami mengapa dulu pernah menyukainya.
Namun ia tetap menjadi KEBERADAAN yang tak tergantikan dalam hidupmu, sampai kau menaruhnya di kotak kecil hatimu, sampai debu menutupinya menunggu ingatan itu dibuka kembali.
Saat itu langit biru nan luas bagai hati yang riang, awan-awan adalah kenangan yang melayang-layang samar-samar, kau akan tertawa lepas dalam hati karena hal lain sepertinya tak lagi penting.
