Di pertengahan Agustus, siswa kelas atas belum mulai sekolah. Hanya murid baru kelas 1 yang datang. Pelatihan militer langsung dilaksanakan di lapangan Sizhong. Lebih dari seribu siswa berdiri dalam formasi berbasis kelas, di depan formasi terdapat tong besar berisi sup kacang hijau dan kotak-kotak obat herbal Huoxiang Zhengqi Shui...
Semua telah mengenakan seragam kamuflase dari sekolah. Matahari terik telah muncul di langit sejak pukul 8 pagi, menyinari permukaan tanah lapangan hingga berwarna keemasan. Para siswa merasa putus asa melihat matahari di langit.
Ren He dan Liu Bing masih bisa bertahan, tapi keringat Jiang Haoyang tak henti mengalir. Saat tiba waktunya, dia malah panik: "Bagaimana jika pura-pura sakit ketahuan sekolah? Jika dapat sanksi disiplin di hari pertama sekolah, sungguh tidak menguntungkan!"
“Sudah sampai tahap ini masih mau mundur, coba pikir kita harus berdiri di bawah terik matahari ini seharian penuh, apakah kau tidak merasa putus asa?” Liu Bing berkata dengan ekspresi kecewa seolah besi tak bisa ditempa.
Ren He sendiri tidak masalah, dia sudah memperhitungkan skenario jika Jiang Haoyang tiba-tiba mengingkari janji...
Menjelang siang, saat Jiang Haoyang masih ragu-ragu, ia terus merasakan bayangan aneh yang seolah menutupinya. Di hatinya bergelora perasaan krisis yang pekat, namun sumber ancaman itu tak bisa dilacak. Tiba-tiba perutnya terasa mual...
Huak! Jiang Haoyang langsung muntah di tempat! Keadaannya sungguh memprihatinkan!
“Lapor pelatih, teman Jiang Haoyang mengalami ketidaknyamanan fisik. Saya dan Liu Bing akan mengantarnya ke klinik!” Ren He segera melangkah maju dengan proaktif mengajukan permintaan tersebut.
Instruktur yang melihat Jiang Haoyang muntah seperti air mancur langsung terpaku. Selama bertahun-tahun melatih murid, dia pernah melihat yang pingsan, mimisan, kulit terkelupas karena terik, tapi belum pernah menyaksikan pemandangan sedahsyat ini...
Ren He sudah merencanakan ini sejak kemarin ketika dengan serius menanyakan apakah Jiang Haoyang bersedia "membayar harga" untuk kabur dari pelatihan. Sang pihak terkait sudah menyetujui, dan Ren He juga memastikan benda ini hanya menyebabkan muntah tanpa efek samping pada tubuh, kalau tidak dia tak mungkin menggunakan jurus ini pada teman sekelas.
Melihat keadaan hari ini, Ren He memutuskan dalam tiga tahun ke depan kecuali keadaan darurat, dia harus merahasiakan kemampuannya membuat orang muntah dari Jiang Haoyang. Kalau tidak, dengan tingkat kecerdasan sang korban, pasti akan muncul spekulasi liar tentang semua yang terjadi hari ini...
Sementara Jiang Haoyang sendiri masih dalam keadaan terpaku total. Kenapa tiba-tiba muntah? Tanpa persiapan sedikit pun!
Pada hari pertama masa orientasi siswa kelas 1 SMA, Jiang Haoyang langsung menjadi terkenal karena muntah, menjadi pemandangan unik di Sekolah Menengah Sizhong...
Ren He dan Liu Bing membopongnya menuju klinik sekolah. Pertunjukan harus diperankan sampai tuntas, klinik tetap harus dikunjungi. Tapi Ren He yakin bahkan dokter sekolah pun tak akan menemukan alasan di balik muntahnya Jiang Haoyang.
Ren He melihat durasi di ponsel: Jiang Haoyang muntah total 29 menit, 7 menit lebih lama dari Lin Hao. Apakah kondisi fisik target benar-benar mempengaruhi efektivitas mantra muntah? Tapi menurutnya 20 menit mungkin waktu patokan resmi, mengingat kondisi fisik Lin Hao jauh lebih baik dari Jiang Haoyang - mustahil selisihnya hanya 7 menit.
Jiang Haoyang berkata lemah: "Tak ada persiapan sama sekali... Mungkin sarapan pagiku terlalu banyak..."
"Iya, ke depan harus hindari makan berlebihan," kata Ren He dengan wajah terlalu serius.
Sekarang bahkan jika Jiang Haoyang meminta kembali ke regu, pelatih pasti akan menasihatinya untuk beristirahat lebih lama.
Bagian SMA Sizhong menyediakan katering yang cukup mewah. Karena masa PPL, pihak sekolah khusus membuka proyek masak kecil penyemangat yang bisa dibeli secara bebas. Porsinya sangat besar, bahkan tiga orang yang memesan tiga hidangan kecil mungkin belum tentu bisa menghabiskannya.
Ren He tentu tidak akan pelit dalam hal seperti ini. Didorong rasa bersalah, ia menarik Jiang Haoyang dan Liu Bing untuk mentraktir mereka makan guna memulihkan kondisi Jiang Haoyang...
Mayoritas siswa Sizhong berasal dari latar belakang luar biasa, mengingat ini adalah sekolah utama bagi keturunan pejabat ibukota. Namun, Ren He cukup terkejut menemukan bahwa baik Liu Bing maupun Jiang Haoyang di sekitarnya tidak menunjukkan sifat semena-mena. Mereka tidak pamer pakaian atau status keluarga, bahkan sengaja menghindari topik latar belakang keluarga seolah itu hal sepele. Yang lebih penting justru adalah bakat mereka sendiri.
Tak bisa dipungkiri, Ren He cukup mengagumi hal ini. Jika seseorang benar-benar ingin tumbuh, pertama-tama harus paham: yang benar-benar milikmu adalah kemampuanmu sendiri. Kejayaan orangtua tetaplah milik orangtua. Kemuliaan leluhur tidak bisa memberi kenikmatan sejati pada dunia spiritualmu. Sebaliknya, jika terbuai dalam bayang-bayang itu, malah akan terjerumus dalam kekosongan.
Tiga orang memesan tiga hidangan: Muxu Rou (daging tumis telur dan jamur), Yuxiang Rousi (daging iris saus asam manis), dan Xiqin Jiza (ayam cincang dengan seledri Tiongkok). Porsinya besar dan mengenyangkan.
Saat makan, Ren He baru tahu bahwa Liu Bing yang tampak biasa ini ternyata adalah juara pertama ujian masuk SMA Bagian SMP Sizhong. Bisa dibilang dia adalah seorang "juara ujian kerajaan" yang nilai akademisnya jauh lebih tinggi dibanding gelar Ren He sendiri.
Dari mulut Liu Bing - 'orang lama' Sizhong, Ren He memahami sisi lain sekolah bergengsi ini. Sizhong bagaikan gunung yang megah: Satu sisinya menghadap cahaya keemasan matahari, tempat tumbuhan berkembang subur dengan fotosintesis maksimal. Namun di sisi bayangan, meski tetap berada di puncak, tanaman-tanaman itu sering tak sengaja terlupakan.
Liu Bing pada suatu waktu tiba-tiba terharu: "Di Sizhong, siswa yang baru masuk secara alami langsung terbagi kelas. Satu golongan adalah para putri-putra kaya rupawan, kutu buku, pemimpin klub, berbagai generasi kedua. Sisanya secara alami masuk golongan lain. Sizhong punya kegiatan klub yang sangat kaya, bahkan universitas pun Tak Tertandingi. Tapi banyak orang biasa hanya bisa jadi penonton. Apakah mereka benar-benar biasa? Belum tentu. Semua dulunya adalah bintang cemerlang di sekolah masing-masing, hanya di lingkungan Sizhong terlihat agak biasa saja. Kami menyebut mereka transparan. Aku sendiri pernah jadi bagian dari mereka. Waktu itu, kutu buku 10 besar di kelasku setahun pun tak sampai 10 kalimat bicara denganku. Apa kau masih mengira ini Sizhong yang dikenal orang luar? Bukan. Sejak saat itu aku mulai bangkit, menembus sampai jadi juara tingkat usia. Awalnya kupikir setelah jadi juara pertama akan mengejek para kutu buku, tapi setelah benar-benar mencapai posisi pertama, hatiku malah jadi tenang."
Liu Bing tersenyum masam pada dirinya sendiri: "Sebenarnya hidup memang seperti ini. Jika kau menyerah pada diri sendiri, orang lain pun akan meninggalkanmu. Sizhong bukanlah lembaga amal. Yang bisa kau lakukan adalah - jika kau mendambakan kehidupan yang berkecukupan, rebutlah dengan tanganmu sendiri. Sekarang kusadari, dulu sebenarnya mereka tidak merendahkanku. Ketika aku bertanya, mereka dengan sabar menjelaskan. Generasi kedua juga tidak pernah sengaja membahas identitas asli mereka, biasanya baru akan meledakkan skandal besar saat wisuda, misalnya mengungkap siapa cucu dari tokoh tertentu. Tapi mereka... tidak pernah menolakku. Dulu akulah yang menolak diriku sendiri."
“Bicara soal pesta dansa SMP dulu, aku melihat mereka yang bahkan di SMP sudah bisa mengenakan setelan Armani puluhan ribu yuan sambil menggandeng pacar cantik dari sekolah lain, sementara kamu bahkan tak bisa masuk karena tak punya pasangan. Waktu itu aku merasa inferior, tapi sekarang sama sekali tidak. Aku punya keunggulanku sendiri - matematikaku jago, tapi aku tak akan iri atau cemburu pada kemampuan Fisika orang lain. Menurutku pelajaran terbesar yang Sizhong berikan padaku adalah cara memandang dunia dengan tenang. Tentu, perasaan setiap orang akan berbeda.”
“Sekarang aku yakin betul dengan pepatah yang sering digunakan untuk menggambarkan Sizhong: Jiwa-jiwa menarik pada akhirnya akan berkumpul. Sizhong adalah tempat seperti ini. Ketika kau cukup luar biasa, di sinilah panggung yang paling cocok untukmu. Selamat datang di Sizhong!”
Ren He mendengar penuturan ‘orang lama’ Sizhong ini. Merenungkan perjalanan Liu Bing yang bisa dibilang penuh rintangan di masa sekolahnya.
Jiang Haoyang tiba-tiba bertanya, "Sampai sekarang kami belum pernah mendengar Ren He bercerita tentang dirimu sendiri, ini agak tidak jujur. Mulutmu terlalu tertutup, kalau punya kemampuan harusnya diperlihatkan ke semua orang, bukan?"
Ren He tersenyum dan berkata, "Aku ini si bodoh akademik legendaris yang tak bisa dibandingkan dengan kalian. Tak ada yang perlu diceritakan, ayo makan, makan."
Hal yang paling dinantikannya sekarang adalah Yang Xi segera menyelesaikan albumnya dan kembali ke sekolah untuk ber-reuni dengannya.
