Liu Jiamin berdiam diri di bawah ruang kecapi, mendengar suara yang bergema liar dari jendela lantai dua bagai gemuruh yang mengguncang seluruh kesadarannya.
Awalnya dia bisa masuk secara istimewa ke Sizhong karena kepala sekolah mendengar emosi dalam permainan kecapinya. Kini dia terpaku di sini, karena dari alunan itu terdengar gejolak emosi membara yang begitu kaya, tak menyengat malah menghangatkan hati.
Liu Jiamin seolah melihat peluru meriam berekor api panjang melesat bagai meteor di atas ruang kecapi, dentuman senjata bergema tak jauh, tubuh-tubuh berjatuhan, tanah air remuk berkeping-keping.
Namun di tengah itu, seorang dengan keras kepala tetap duduk memainkan piano.
Ini adalah resonansi spiritual yang sesungguhnya, perasaan ini begitu ajaib seolah-olah dunia spiritual dua orang sedang melebur perlahan, Liu Jiamin seketika masuk ke dalam dunia batin lawannya!
Soulmate? Bukan, Liu Jiamin bahkan merasakan seberkas demi seberkas kekaguman dalam hatinya, itu adalah tingkat kemampuan yang belum bisa ia capai saat ini.
Lagipula...karya piano ini terasa begitu asing, mengapa belum pernah mendengarnya sama sekali? Jangan-jangan ini ditulis sendiri oleh orang itu?!
Ini benar-benar tak terpercaya, Liu Jiamin merenung telah mendengar tak terhitung karya piano - baik yang baru dirilis maupun klasik, tapi khusus untuk yang satu ini belum pernah. Sebuah komposisi piano yang kilau permata seperti ini, jika pernah muncul di wawasan publik, mustahil tidak dikenal, karena ia begitu luar biasa!
Di dunia komposisi musik, bukan semakin sulit semakin jempolan. Kroasia Rhapsody sendiri pada kehidupan sebelumnya Ren He memang telah menempati posisi terhormat di antara karya-karya piano ternama.
Teknik permainan kecapi yang memukau, emosi yang meluap-luap, komposisi piano yang nyaris sempurna.
Bagi Liu Jiamin, ini adalah tiga lapisan hantaman sekaligus. Saat melodi piano memasuki fase akhir dan akhirnya berhenti, kekacauan perang di dunia spiritual pun tiba-tiba terputus. Dengan tak peduli apapun ia menyambar menaiki tangga - pastilah ini salah satu guru di Sizhong, pikirnya, bagaimana mungkin ada yang bisa memainkan melodi seindah ini? Hanya satu hal yang berkecamuk di benaknya sekarang: Bersumpah setia pada guru!
Jalan pertumbuhan seorang jenius pun tetap membutuhkan bimbingan ahli. Sepanjang perjalanan belajarnya, hasrat membara Liu Jiamin adalah menemukan guru yang benar-benar luar biasa untuk memberikan petunjuk. Namun para ahli di dalam negeri kini ada dua jenis: yang menolak menerima murid, atau yang mematok uang sekolah hingga ratusan ribu per tahun.
Bagaimana mungkin siswa seperti Liu Jiamin yang bahkan tak mampu membeli piano bisa menggapai angan-angan itu? Zaman telah berubah, di era ekonomi ini segala sesuatu mengikuti uang.
Tentu masih banyak guru terhormat yang mengajar siswa dengan tulus, namun dirinya pun tidak mengenal mereka.
Kini setelah akhirnya bertemu seseorang, Liu Jiamin harus memanfaatkan peluang ini! Dari lagu yang baru saja didengarnya, pemainnya benar-benar tak kalah dari para ahli!
Saat dia menaiki tangga, seorang pemuda berpenampilan rapi dengan daya tarik paling unik sedang turun dari lantai atas. Ia tersenyum padanya lalu melanjutkan langkah ke bawah. Dua insan ini berpapasan.
Ketika Liu Jiamin tiba di ruang musik, matanya terpaku pada ruang kelas yang kosong sama sekali. Hatinya serasa hampa dan perih tak tertahankan - guru itu ternyata telah pergi.
Liu Jiamin sama sekali tak menyangka bahwa lagu tadi dimainkan oleh pemuda yang baru saja berpapasan dengannya. Dia sangat paham bahwa bermain piano butuh latihan keras. Bukankah pria itu sama-sama siswa kelas 1 SMA seperti dirinya? Bagaimana mungkin memiliki kemampuan seperti itu?
Gedung sekolah ini memiliki empat pintu keluar yang saling terhubung, jadi sangat mungkin guru tersebut pergi melalui tempat lain. Tapi Liu Jiamin sekarang tidak sempat memikirkan hal itu, dia juga tidak punya kemampuan analisis. Yang ingin dia ketahui hanyalah: siapakah sebenarnya guru ini?
Akhirnya dia terpaksa meminta bantuan di forum sekolah. Ini pertama kalinya dia memposting di forum, dan itu menggunakan nama aslinya sendiri.
"Halo senior-senior, saya siswa baru angkatan 06 Liu Jiamin. Setelah pelatihan militer hari ini, saya mendengar seseorang memainkan lagu asing yang sangat sempurna di bawah ruang musik. Kemampuan bermain kecapinya sudah melampaui teknik dan mencapai tingkat penyatuan dengan perasaan. Boleh tahu guru mana di sekolah kita yang menjadi pemain tersebut? Saya ingin bersumpah setia sebagai murid."
Postingan ini awalnya tidak terlalu menarik perhatian, mengingat banyak siswa Sizhong yang bisa bermain piano, tak sedikit yang sudah mencapai tingkat 10. Bagi mereka mungkin ini cuma kasus orang awam yang tiba-tiba mendengar permainan piano bagus lalu terkagum-kagum. Para maestro juga tidak akan meremehkan thread permintaan bantuan seperti ini, hanya merasa ini hal biasa, di Sizhong sering ada kejadian serupa.
Tak ada yang menertawakan keinginan Liu Jiamin untuk bersumpah setia pada guru sebagai hal konyol. Kultur belajar di Sizhong memang bagus, beberapa kutu buku dengan natural mengakui bahwa bertanya atau ditanya adalah cara utama mereka belajar. Kadang seorang kutu buku akan mendatangi orang dan bilang "Aku mau belajar sebentar, ada yang mau kau tanyakan padaku...?"
Saat masuk kelas tiga SMA bahkan ada yang lintas kelas untuk bertanya, di antara penanya ada si bodoh akademik maupun kutu buku.
Hubungan antara penanya dan yang ditanya umumnya tidak terkait dengan kedekatan personal. Mungkin sepasang pria dan wanita, mungkin hubungannya tidak terlalu dekat.
“Jadi ada yang baik hati menjawab Liu Jiamin: ‘Kalau guru-guru yang jago piano di sekolah sepertinya tidak jelas, mungkin kakak kelas Lin Zhichen yang kelas tiga? Di sekolah ini dia yang paling ahli main piano. Tapi ini juga aneh, bukannya kakak Lin Zhichen sedang memimpin studi tur di Afrika ya?’”
“‘Bukan juga kakak kelas Su Tiexi, dia ada di tim kakak Lin Zhichen...’”
Tiba-tiba seseorang bertanya: “Liu Jiamin? Yang bulan lalu memukau dengan keterampilan pianonya sampai diizinkan khusus masuk sekolah dan ditempatkan di kelas Dao Yuan oleh kepala sekolah?”
Waduh! Baru sekarang orang-orang teringat kejadian itu. Waktu itu di banyak grup kelas senior, wali kelas setelah mendengar permainan Liu Jiamin bahkan mengeluh di grup: “Tahun ini ada lagi iblis di bidang piano di antara murid baru. Kalian para pecundang ini masih belum termotivasi?”
Jadi banyak orang yang tahu kejadian ini!
Level seperti apa yang bisa membuat kepala sekolah terkesan, minimal pasti jauh lebih hebat dari siswa biasa. Orang yang bahkan membuat pihak lawan terpukau, bahkan menggunakan kata "sempurna" untuk menggambarkannya, seberapa kuat sih brengsek ini?!
"Jangan-jangan itu kepala sekolah, sialan!"
"Bisa jadi..."
Namun di luar dugaan semua orang, ID kepala sekolah 'Lao Liu Sizhong' tiba-tiba membalas di kolom komentar postingan: "Bukan saya, saya tidak bisa main kecapi."
Postingan langsung viral!
"Waduh, Lao Liu muncul!"
"Berhasil nangkep Lao Liu satu ekor!"
Lao Liu membalas: "Yang berkata kasar di lantai atas, dan Yuan Chaojun kelas 2-3 yang mau menangkap saya, kamu datang ke kantor saya saat tahun ajaran baru dimulai."
"Hahaha, enggak mau!"
Postingan biasa-biasa saja ini tiba-tiba menjadi viral, banyak guru juga ikut-ikutan berkomentar tidak jelas untuk menghibur diri.
Kadang suasana di Sizhong memang sebaik ini. Para guru mendorong siswa untuk menyeimbangkan belajar dan bersenang-senang, menikmati hidup. Suatu tahun saat salju turun sangat indah, sekolah sebenarnya melarang perang bola salju karena pernah terjadi kecelakaan sebelumnya. Tapi pagi itu mereka sengaja membatalkan studi pagi dan memanggil seluruh siswa dari tiga tingkat turun ke bawah untuk bermain perang salju. Para siswa masih ingat jelas ada guru yang berdiri di lantai bawah berteriak sekuat tenaga: "Kelas tiga SMA cepat turun! Jangan belajar lagi!" Juga setelah studi pagi berakhir, saat naik ke lantai atas melihat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah berdiri di jendela memandangi siswa di lapangan dengan wajah penuh kasih sayang...
Tak ada yang menyangka hanya karena kejadian ini, Sizhong justru mendapat gelombang euforia di dunia maya sebelum tahun ajaran baru dimulai.
Tapi Liu Jiamin masih merasa kehilangan, karena dia tetap tidak tahu siapa orang itu.
Baru pada saat ini dia tiba-tiba tersadar: Mungkinkah benar-benar pemuda yang senyumnya begitu menawan itu?
……
