Klub-klub di Sizhong sangat mengutamakan senioritas. Hal ini sering dikritik siswa biasa yang merasa sistem elit klub-klub ternama seperti Phoenix Society menerapkan ujian ketat dan kebijakan eksklusif layaknya organisasi prestisius di universitas luar negeri.
Sebagian bangga bisa bergabung, sebagian lain mencela sistem ini sambil bergumam dalam hati: "Kenapa aku tidak terpilih?"
Liu Bing sebagai juara ujian kerajaan dari Bagian SMP Sizhong yang langsung naik ke SMA, berkat pertunjukan xiangsheng di acara penyambutan mahasiswa baru, sama sekali tidak ada masalah untuk bergabung dengan Klub Teater.
Sedangkan Jiang Haoyang sendiri memiliki identifikasi sebagai amatir 6 segmen, dan selama proses menantang ketua klub malah mendapat pengakuan mutlak yang menggilas... Bergabung dengan Klub Catur pun menjadi konsekuensi logis.
Ketika istilah "pengakuan mutlak yang menggilas" ini dipelajari oleh Ren He, frasa tersebut mengikuti Jiang Haoyang selama bertahun-tahun...
Siswa-siswa kelas 1 SMA yang masuk ke Sizhong, banyak yang sudah mendengar betapa terkenalnya klub-klub di sekolah ini. Maka mereka semua membawa semangat dan minat untuk mendaftar ke berbagai klub.
Ren He agak bingung, ia sendiri tidak tahu harus bergabung dengan klub apa. Sepertinya selain olahraga ekstrem, ia memang tidak memiliki hobi khusus. Dua hari terakhir muncul klub baru: Klub Kunlun, yang berisi para penggemar genre silat dari novel Kunlun atau penggemar game Kunlun. Awalnya Ren He berniat masuk untuk bersenang-senang, tapi setelah dipikir-pikir akhirnya dibatalkan, "tidak cukup" membuang-buang waktu.
Diam-diam ia bertanya pada Yang Xi klub apa yang menarik. Saran Yang Xi adalah bergabung dengan Orkestra Kamar atau sejenisnya. Sebenarnya dia sendiri bagian SMA punya klub apa saja, bahkan dirinya sendiri belum memutuskan ingin bergabung dengan klub mana, bahkan tidak berniat sama sekali mengingat waktu luangnya masih "sibuk".
Penyanyi harus terus berlatih untuk menjaga ketepatan nada dan warna suara. Banyak penyanyi bahkan mengalami fenomena fals atau kehilangan nada setelah tidak berlatih dalam waktu lama, ini sangat wajar. Jadi Yang Xi harus menyisihkan waktu tertentu di malam hari untuk latihan penting, juga berlatih gitar, bahkan melakukan terobosan dengan mempelajari alat musik lain.
Secara ketat, Orkestra Kamar bukanlah klub biasa melainkan ansambel profesional dengan kualifikasi ekstrem. Ada guru pembimbing sebagai konduktor, setiap posisi pemain terbagi menjadi 1 pemain utama dan 1 cadangan dengan kuota ketat yang tidak sembarang orang bisa masuk. Guru pembimbing orkestra ini memiliki reputasi nasional, karena Orkestra Kamar ini memang dikirim untuk kompetisi dan merebut penghargaan.
Ren He mencoba mendaftar Orkestra Kamar, namun yang terjadi cukup geli di selangkangan - dia mengaku bisa main gitar, sementara Orkestra Kamar membutuhkan klarinet, saksofon, dan alat musik sejenis...
Piano juga bisa dia mainkan, sayangnya kuota sudah penuh.
Ia juga tidak perlu benar-benar menunjukkan kemampuannya untuk berlagak dan mempermalukan orang lain. Bahkan jika ia masuk, itu berarti mungkin ada yang dikeluarkan dari regu karena dirinya. Lagipula, bukan hanya satu jalan yang bisa dipilih, mengapa harus mempengaruhi orang lain?
Saat Yang Xi tiba di Sizhong, Ren He akhirnya bertemu dengan teman dekat legendaris Yang Xi, Song Ci - sama cantiknya, tapi Song Ci lebih sempurna secara proporsi. Yang Xi adalah tipe perempuan yang wajahnya menawan meski tidak menyilaukan, namun aura-nya sangat menonjol.
Sedangkan Song Ci adalah kecantikan klasik, termasuk postur tubuhnya, terutama sepasang kaki jenjangnya. Ketika Song Ci datang menjemput Yang Xi, Liu Bing sampai terbelalak matanya. Belakangan, saat membahas rencana mendekati Yang Xi dengan Ren He, Liu Bing mulai berharap Ren He bisa memikat Yang Xi agar nanti Song Ci bisa dikenalkan padanya...
Ren He tidak terlalu dalam mengenal Song Ci sehingga sama sekali tak tahu bagaimana kepribadiannya. Bagaimanapun, jika ia terus-terusan menanyakan Song Ci pada Yang Xi, pasti Yang Xi akan tidak suka...
Ren He masih memikirkan urusan klub. Liu Bing menatapnya penuh rasa ingin tahu: "Belum juga menentukan mau gabung klub apa? Kamu bisa masuk Klub Teater! Banyak cewek cantik. Cuma modal penampilanmu di acara penyambutan kemarin, pasti diterima! Jujur aja, Klub Teater ini susah masuknya. Di kelas kita saja lima enam orang yang gagal. Kamu harus hargai kesempatan ini."
"Lupakan saja!" Ren Helangsung geleng-geleng kepala. Meski Yang Xi itu anak mandiri, tapi rasa cemburunya gede banget. Dua hal ini sama sekali tidak kontradiksi. Kalau dia tahu aku masuk Klub Teater cuma karena banyak cewek cantik, bisa-bisa muncul berbagai masalah tak terduga.
Setelah satu minggu, kegiatan penerimaan anggota klub yang riuh itu hampir memasuki fase akhir. Sampai saat ini Ren He bahkan belum juga memutuskan klub mana yang akan dipilih untuk merasakan kehidupan klub di Sizhong.
Di fase ini, banyak teman sekelas yang bahkan belum berhasil masuk satu klub pun. Ren He melihat dan mengingatnya dalam hati. Tiba-tiba muncul ide di benaknya: Bagaimana kalau aku sendiri yang membentuk klub baru!
Klub sendiri mau main apa? Main olahraga ekstrem? Bisa! Tak cuma olahraga ekstrem, ada musik profesional, pengembangan game, bahkan bidang-bidang lain yang belum pernah Ren He sentuh.
Pokoknya dengan dukungan Sistem Hukuman Langit, hal-hal yang bisa ia mainkan benar-benar luas tak bertepi...
Banyak klub seperti Klub Studi Tur dananya berasal dari donasi masyarakat, sementara Ren He sendiri bisa mendonasikan klubnya untuk menjaga aliran dana tetap sehat dan aman. Dengan Kunlun dan Dota sebagai mesin pencetak uang, dirinya adalah orang kaya baru yang tak perlu meminta bantuan siapapun - bebas berkreasi sesuka hati!
Tampaknya kini ia baru sadar: membangun klub sendiri sangat memungkinkan. Di Sizhong yang penungguannya para ahli sejati ini, ketimbang bergabung dengan klub orang lain, jauh lebih langsung kalau bikin klub sendiri untuk menantang mereka semua!
Orang lain membutuhkan dana terbatas di klub untuk mengajak siswa elite bermain dengan hal-hal profesional, sementara Ren He duduk manis dengan dana yang nyaris tak terhingga bagi siswa SMA, lalu mengajak semua teman - baik elite maupun bukan - menantang zaman.
Menantang zaman ini, terdengar begitu menggemparkan.
Sangat menggoda!
Tanpa perlu menggunakan dana Qinghe Games, harga hak cipta Kitab Suci yang sudah mendekati 2 juta karakter terus meroket. Hak cipta film/TV saja sudah ditawar 4 juta yuan, sedangkan hak cipta game 2 juta yuan.
Tapi belum perlu buru-buru. Setelah kesuksesan adaptasi film dan game "Kunlun" di masyarakat, industri budaya akan menyambut lebih banyak investor besar. Saat itulah momentum emas sesungguhnya.
Tak akan lama lagi. Ren He menanti hari itu!
Seperti kata orang-orang: Inilah zaman terbaik.
……
Saat klub sibuk merekrut anggota baru, tiba-tiba sebuah spanduk terpasang di luar tembok gedung sekolah kelas 5 tingkat 1: "Sudah berapa lama kau tidak berkeringat deras di lapangan olahraga?"
Liu Bing dan Jiang Haoyang yang membantu Ren He memasang spanduk tak bisa menahan tanya: "Saudaraku... Haruskah setiap aksimu selalu spektakuler? Anggota baru biasanya mendaftar ke klub, tapi kau malah bikin klub sendiri... Lagipula spanduk ini sama sekali tidak seperti alat rekrutmen, bahkan nama klub pun tidak disebut."
"Tunggu saja hasilnya," Ren He tersenyum misterius tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Spanduk ini viral bukan karena lokasinya yang mencolok, tapi karena kalimatnya yang absurd. Meski banyak yang tersentuh membacanya, makna sebenarnya tetap membingungkan - apakah ini sekadar ajakan berolahraga?
Namun keesokan harinya saat siswa datang ke sekolah, mereka terkejut menemukan spanduk itu telah berganti pesan: "Sudah berapa lama kau tidak tertawa percaya diri?"
Baru pada saat ini semua orang menyadari bahwa spanduk ini ternyata diganti setiap hari! Waduh, lumayan menarik!
Banyak orang malah mulai penasaran apa yang akan dipasang di hari ketiga. Inilah formula yang dimainkan Ren He, efektivitasnya sudah terlihat. Wajar jika klub baru mahasiswa tidak diperhatikan, tapi aku takkan main-main—harus yang besar!
Hari ketiga: "Apakah kau pernah punya mimpi wuxia mengarungi dunia dengan pedang di tangan?"
Hari keempat: "Apakah kau pernah bercita-cita untuk naik ke panggung yang lebih besar?"
Hari kelima: "Apakah kau sedang kebingungan tak tahu harus berbuat apa? Bahkan terpikir untuk menyerah pada diri sendiri?"
Di titik ini, para elite sejati menanti-nanti kejadian apa yang akan muncul berikutnya. Sementara di hati teman-teman yang membuang diri, darah dingin itu perlahan mulai menghangat. Kata-kata ini bagai benih yang ditanam di relung hati mereka.
Hari keenam, kali ini bukan kalimat tanya: "Ini zaman terbaik, dia mengizinkan manusia memiliki mimpi. Namun ini juga zaman terburuk, semua orang dengan idealisme dikuburkan silih berganti."
Banyak orang merasakan getaran jiwa saat membaca kalimat ini, sensasinya bagai darah panas menerjang ubun-ubun!
Hari ketujuh: "Apakah kau pernah punya mimpi kesepian namun penuh darah panas? Jika ada, silakan bergabung denganku, Klub Qinghe."
Benih yang tertanam mulai berakar dan bertunas, mungkin suatu hari akan tumbuh menjadi pohon raksasa.
Bertahun-tahun kemudian, banyak yang terharu mengingat kenangan ini. Sejak itu terciptalah era Sizhong. Murid-murid angkatan lama selalu bersikeras menyebut diri mereka orang Sizhong meski masuk universitas ternama, seolah gelar Sizhong tak tertandingi.
Sejak saat itu, sebagian bahkan tak lagi sekadar menyebut diri orang Sizhong. Kelompok itu lebih sering berkata: "Kami adalah orang Sizhong Qinghe."
Saat seseorang tiba-tiba menoleh ke belakang dan membuka lembaran lautan cahaya dalam ingatan, mereka akan bercanda menyebut tujuh helai spanduk ini dalam sejarah Sizhong sebanding dengan 7 hari Tuhan menciptakan dunia.
