Keesokan harinya, Ren He sudah berdiri di gerbang Sizhong pukul 3:40 subuh. Yang pertama tiba justru Liu Jiamin, membuat Ren He terkejut karena seorang gadis menjadi yang paling awal datang.
Saat hanya ada Liu Jiamin dan Ren He di gerbang sekolah, Liu Jiamin tiba-tiba berkata: "Jika saya lulus ujian klub, ajari saya memainkan piano."
Setelah lama berpikir dan menanyakan banyak guru serta teman, dia menyadari tak ada guru yang memiliki level permainan seperti Ren He saat itu. Perlahan dia mulai mengingat pemuda yang pernah berpapasan dengannya - jika bukan kecelakaan, itulah orang yang dicarinya.
Saat acara penyambutan, Liu Jiamin kembali melihat Ren He bermain gitar di panggung. Perasaan mengandung perasaan dalam musik itu persis seperti hari itu. Saat itulah dia paham: meski alat musiknya berbeda, Ren He adalah orang yang dicarinya.
Sizhong memang menyimpan naga dan harimau, bisa menguasai beberapa alat musik bukanlah hal yang sulit dibayangkan.
Ren He mengecap-ngecap mulut berkata: "Bicara setelah lulus ujian."
Yang tiba kedua dan ketiga ternyata Liu Bing dan Jiang Haoyang. Keduanya masih minum yogurt sambil makan roti belanjaan. Jiang Haoyang pamer: "Tak menyangka kami datang sepagi ini?"
Akhirnya, dari 37 pendaftar, hanya 18 orang yang sampai di gerbang Sizhong pukul empat dini hari. Bahkan bagi sebagian orang, bangun jam 3 pagi saja sudah terasa mustahil.
Bukan mereka benar-benar tidak bisa bangun, tapi mereka merasa hal-hal tertentu tidak sepadan untuk ditangani serius. Wawancara kerja mungkin batal karena hujan, soal ujian mungkin ditinggalkan setelah 20 menit tidak ketemu jawaban.
Tapi mereka tidak mengerti: Kesuksesan hidup justru terakumulasi dari hal-hal kecil semacam ini.
Ren He bisa membayangkan di kemudian hari banyak yang akan menertawakan komunitas Qinghe yang seperti orang gila menetapkan syarat seleksi sulit tak terhitung, hasilnya hanya menyisakan beberapa orang. Tidak perlu segitunya, komunitas ya komunitas biasa, buat heboh apa, seolah-olah sedang menambang tael emas.
"Berkat kedatangan kalian di subuh pukul empat, untuk 19 teman yang tidak hadir, mungkin komunitas Qinghe memang tidak terlalu bisa dipercaya sehingga tidak perlu diperlakukan serius. Tapi yang ingin kukatakan, sublimasi kehidupan manusia bukan tercapai melalui kesuksesan, melainkan melalui penderitaan dalam proses meraihnya," Ren He tersenyum: "Masih janji yang sama, yang mau bergabung ikuti, yang mau mundur silakan. Ujian kami adalah berjalan kaki 12 jam. Bagaimana kalau kita mulai sekarang membuktikan diri bukanlah pecundang sejati?"
Setelah berkata demikian, Ren He mulai berjalan ke depan. Semua saling pandang, apa ini serius? Ini kan akhir musim panas, jika berjalan selama 12 jam pasti akan melewati pukul 2 siang yang terpanas, setelah berjalan terus-menerus selama 12 jam kemungkinan besar semua akan kelelahan.
Saat ini juga sudah ada yang ingin mundur!
Akhirnya yang mengikuti langkah Ren He tanpa keraguan hanya Liu Jiamin seorang. Liu Bing dan Jiang Haoyang saling pandang sejenak sebelum akhirnya menggigit gigi dan ikut di belakang.
Pada subuh hari, berjalan kaki belum terasa apa-apa. Meski langkah Ren He cepat, masih bisa diikuti. Namun ini baru permulaan.
Olahraga berjalan kaki awalnya memang terasa ringan bagi semua orang. Tapi ketika garis waktu diperpanjang, otot tubuh yang tak mendapat istirahat wajar mulai kelelahan. Keletihan ini akan menguji kekuatan kehendak setiap orang.
Di kehidupan sebelumnya, banyak perusahaan top 100 dunia yang memberikan ujian lebih ketat daripada ini untuk program manajemen trainee. Bahkan ada yang benar-benar ekstrim dengan melemparkan trainee ke pulau terpencil untuk uji keselamatan. Namun para trainee terbaik ini akan cepat naik jabatan setelah lulus ujian. Dunia terus membuktikan satu logika: terkadang kenyataan hidup lebih absurd daripada novel.
Ketika jam menunjukkan pukul 2 siang, di belakang Ren He hanya tersisa 4 orang.
Dari 4 orang tersebut, dua di antaranya adalah Liu Bing dan Jiang Haoyang. Ren He sebelumnya tidak pernah menyangka klub Qinghe akan separah ini - brengsek, ini keterlaluan!
Baru datang ke Sizhong dengan ambisi besar untuk mengadu kemampuan dengan para ahli sejati, tapi malah mengalami Waterloo.
Ren He merasa sedikit terpuruk. Apakah ternyata memang yang gagal pada akhirnya tetap akan gagal? Saat ini Ren He mulai memahami satu alasan intrinsik kegagalan - sialan...
Namun sebenarnya ini belum tentu benar. Mungkin mereka hanya merasa tidak sepadan. Tidak ada kehidupan manusia yang kehilangan harapan sukses hanya karena gagal dalam satu ujian, apalagi ujian Ren He yang tidak sebegitu hebatnya. Yang bisa dilakukan Ren He hanyalah mendoakan kesuksesan mereka di masa depan, mengucapkan selamat tinggal, dan akhirnya melupakan.
Artinya, ketika jam menunjukkan pukul 4 sore, anggota Qinghe Society hanya tersisa 5 orang termasuk Ren He. Meski sudah mempersiapkan diri psikologis bahwa tidak akan banyak yang tersisa setelah ujian, jumlah ini tetap terasa terlalu sedikit.
Dua anggota lain selain Liu Bing dan Jiang Haoyang adalah Li Yifan - teman sekelas SMP Jiang Haoyang yang dipaksa ikut. Konon mereka bertemu karena sama-sama menyukai novel Kunlun. Awalnya Li Yifan ingin bergabung dengan band sekolah sebagai pemain bass, tapi akhirnya dibujuk dengan paksaan oleh Jiang Haoyang. Dialah yang paling keras berteriak "Lagi!" saat mengkoordinasi sorakan untuk Ren He di panggung...
Yang terakhir, dan yang paling mengejutkan bagi Ren He, jika yang lain memiliki hubungan sedikit dengan Ren He atau hubungan tidak langsung seperti Li Yifan, maka yang satu ini benar-benar sukarela.
Liu Jiamin, ternyata ada seorang gadis yang bertahan sampai akhir. Pada saat ini, bibir Liu Jiamin sudah mulai memucat.
Ren He menarik napas dalam-dalam sambil memandang anggota timnya yang sangat sedikit ini dengan perasaan antara ingin tertawa dan menangis...
Dunia ini, pada hari ini juga mengajarkan Ren He apa arti "idealisme itu subur, tapi realita hanya tinggal tulang"...
Tak ada orang yang begitu bodoh sampai mau menjadi mati-matian setiamu hanya karena beberapa kata. Bercanda, mana mungkin...
"Ahem, terima kasih atas dukungannya," Ren He tersenyum pasrah: "Sebagai ungkapan terima kasih, malam ini saya yang traktir makan."
Lokasi dipilih di buffet lantai satu Shangri-La, yang termasuk buffet kelas menengah atas di ibukota. Saat makan, Liu Jiamin tiba-tiba bertanya: "Bisa mulai mengajari saya main kecapi sekarang?"
Semua orang tertegun, apa ini? Ternyata ada kisah di balik ini? Keduanya jelas-jelas saling mengenal.
Sebagai satu-satunya perempuan di klub, Liu Jiamin tentu mendapat lebih banyak perhatian. Meski posturnya agak kurus, wajah baby face-nya yang cantik memberi nilai plus.
Liu Bing, Li Yifan, dan Jiang Haoyang duduk diam menanti gosip. Tiba-tiba Li Yifan si pemain bass tersentak: "Bukannya kamu itu siswa piano istimewa kelas Daoyuan, Liu Jiamin? Dulu sempat posting cari guru kan? Emang ada guru jempolan di sekolah kita? Udah ketemu belum..." Tiba-tiba ia membisu memandang Ren He. Baru saja Liu Jiamin minta diajari main kecapi sama Ren He?
