Yang Xi mau bergabung dengan komunitas Qinghe yang sudah kolaps ini?
Setelah Yang Xi mengucapkan kalimat itu, kelas langsung terhisap masuk ke dalam keheningan mematikan. Brengsek, siapa sangka akan muncul hal tak terduga seperti ini.
Sebelumnya berapa banyak orang yang proaktif mengundang Yang Xi masuk komunitas? Orang lain susah payah ingin gabung, giliran Yang Xi malah ketua yang langsung mengundang.
Hasilnya Yang Xi menolak semua tawaran dengan sopan: Terlalu sibuk, tidak punya waktu luang untuk kegiatan komunitas.
Tak terhitung orang datang dengan harapan, pulang dengan penyesalan. Tentu mereka paham, Yang Xi sedang dalam masa puncak karier. Setelah satu album selesai, harus langsung siapkan yang berikutnya. Ini tidak bisa berhenti, wajar kalau sibuk.
Tapi sekarang tiba-tiba gabung komunitas gagal buat apa...
Ren He menatap sorot mata serius Yang Xi. Pihak lain tidak membicarakan apapun sebelumnya namun mengambil keputusan sendiri. Keteguhan dalam tatapan itu tak bisa ditolak.
Ia selalu memikirkan hal apa yang bisa dilakukan untuk Yang Xi. Sebenarnya Yang Xi juga sama, sangat ingin melakukan sesuatu untuk Ren He, setiap hari memikirkannya.
Dulu ia pernah mengikuti Yang En ke berbagai tempat berbahaya. Saat di Libya, sebuah peluru meriam meledak tak jauh dari kedutaan. Awalnya panik dan takut, perlahan berubah menjadi tenang.
Dalam suatu kekacauan perang, seorang pria kulit putih bersujud di depan Kedutaan Besar Tiongokol, memohon dengan putus asa agar istrinya diizinkan masuk mengungsi. Dirinya tak perlu masuk, asal istrinya selamat.
Saat itu Yang En memutuskan sedikit melanggar prinsip: mengizinkan sang istri berlindung di balik garis peringatan tanpa masuk kedutaan. Sudah cukup aman.
Sedangkan pria kulit putih sebagai target operasi pengepungan itu, tanpa ragu kembali ke lautan api perang melanjutkan pelarian.
Perasaan seperti apa yang membuat seseorang rela tidak menjaga nyawanya sendiri demi menukar keselamatan sang istri?
Saat itu Yang Xi seolah telah memahami: Cinta adalah berkorban, bukan menuntut.
Dalam peristiwa penculikan sebelumnya, ia tetap tenang sama sekali tidak menunjukkan kepanikan yang seharusnya dimiliki gadis seusianya, karena ia pernah menyaksikan situasi yang lebih kejam. Hanya ketika Ren He berlari masuk, barulah ia ingin berteriak hingga serak memperingatkan Ren He: "Buruan kabur!"
Ren He telah terlalu banyak berbuat untuknya, karena itu ia pun ingin membalas budi dengan intensitas yang sama.
Tuan Ksatria, kita masih memiliki banyak waktu. Senang bisa membantumu sedikit. Di hati terdalam Yang Xi, kebahagiaan ini bahkan melebihi saat ia berdiri di atas panggung.
“Selamat bergabung, hmm... tapi kamu terlalu sibuk, anggap saja sebagai anggota kehormatan,” Ren He tahu gadis kecil Yang Xi ini sedang gegabah datang untuk mendukungnya, tapi dia juga tak bisa mengganggu urusan resminya. Cukup ajak dia bermain bersama saat ada hal seru. Dengan begini dia juga tak perlu lagi berjalan kaki selama 12 jam, bisa dianggap sebagai pengecualian.
Lagipula aturan tak boleh dilanggar, tahun depan mungkin baru kesempatan sejati Qinghe untuk berkembang, tahun ini tidak berencana menerima pendatang baru lagi.
Tahun ini dia memang bermaksud mengandalkan 5 orang di klub ini untuk membuat kejutan, sekarang dengan ditambah Yang Xi totalnya menjadi enam.
Tidak hanya membuat kejutan, tapi kejutan yang besar! Liu Bing tentu saja menyambut meriah bergabungnya Yang Xi, dia sejak lama sudah mengincar teman dekat Yang Xi yaitu Song Ci. Kalau ada acara klub, Song Ci mungkin juga akan ikut bukan?
Percakapan sederhana ini telah membuat bergabungnya Yang Xi ke Komunitas Qinghe menjadi fakta. Mereka yang bahkan tidak hadir saat proses seleksi mulai menyesal – seandainya datang, bukankah ada kesempatan masuk Qinghe? Bahkan yang menyerah di tengah jalan pun geli di selangkangan, seandainya bertahan lebih lama lagi?
Tapi kehidupan tidak memiliki obat penyesalan. Seringkali saat mengejar mimpi, orang akan menyerah karena tak melihat harapan, atau karena tak melihat manfaat dari mimpi tersebut.
Manusia pada dasarnya sangat realistis. Saat atasan meminta mengerjakan sesuatu di tempat kerja, karena tidak diberitahu berapa uang lembur atau kemungkinan promosi, akhirnya kamu menolak.
Tapi hasilnya membuktikan, rekan kerja lain yang menyelesaikan tugas itu akhirnya naik jabatan.
Di dunia ini, seringkali balasan tidak langsung terpampang di depan mata. Ini bukan permainan dimana kamu bisa melihat hadiah misi.
Kabar masuknya Yang Xi ke klub Qinghe tersebar cepat, membuat para kutu buku dan pemimpin klub yang sebelumnya mengirim ucapan selamat hanya bisa terdiam. Ucapan selamat yang awalnya bermaksud mengejek kini berubah menjadi sungguh-sungguh...
Kuncinya siapa sangka Yang Xi akan bergabung dengan mereka? Sungguh tak ada persiapan sedikit pun!
Kini saat melihat kembali postingan ucapan selamat mereka, semua merasa geli di selangkangan: "Moderator ada? Aku bayar lima yuan bisa hapus post ini?"
Namun mereka tak tahu, selain game Kunlun yang mereka mainkan adalah karya Ren He, bahkan Yang Xi - bintang kelas yang mereka kagumi - juga diantar naik ke awan hijau langsung oleh Ren He.
Di hati Yang Xi sendiri, dia hampir menganggap diri sebagai calon pengantin anak hasil asuhan Ren He...
Makanya membina Loli itu memang seru...
Komunitas Qinghe kembali menjadi sorotan panas karena masalah bergabungnya Yang Xi, tapi kali ini semua orang tidak banyak berkomentar, malah mulai membicarakan ketua Komunitas Kunlun: "Konon ketua Komunitas Kunlun berusaha menghibur Ren He sampai menangis sendiri, jarang ada pahlawan baik hati seperti ini."
Ketua Komunitas Kunlun langsung mengompol melihat postingan ini, ingin menjelaskan tapi tak bisa, bahkan dirinya pun tak tahu kenapa saat itu bisa terlalu larut dalam perannya!
Faktanya, komunitas elite sejati hanya menganggap Ren He mendapat keuntungan dari statusnya sebagai teman sekelas, tak ada yang mengira hubungannya dengan Yang Xi bisa begitu dekat.
Selain itu, undangan mereka ke Yang Xi juga hanya untuk menambah cincin cahaya komunitas, bukan berarti dengan bergabungnya Yang Xi akan benar-benar membuat perubahan berarti.
Tidak bisa membawa lebih banyak donasi sosial untuk komunitas, juga tidak menambah nilai tambah untuk wawancara masuk universitas ternama saat memilih studi ke luar negeri nanti.
Bilang "Tolong terima saya karena saya satu komunitas dengan Yang Xi"? Mereka pun tidak tahu siapa Yang Xi.
“Jadi gelombang isu ini akan segera berlalu, bahkan teman sekelas di Kelas 5 Tingkat 1 hanya menganggap Ren He dapat nasib baik cukup, lagipula Yang Xi dan Ren He jarang bicara satu kata pun sehari-hari, sama sekali tak ada hubungan lebih banyak.”
Liu Bing tiba-tiba bertanya: “Lalu klub kita sebenarnya ngapain sih?”
“Bermain,” Ren He menjawab dengan berdiri di atas kebenaran: “Mainin semua yang bisa dimainin.”
Sebenarnya esensi klub sekolah adalah kelompok minat, kamu bisa melakukan penelitian, bisa juga jalan-jalan, main Kunlun ya jadi Klub Kunlun, main pingpong jadi Klub Pingpong, main basket jadi Klub Basket, klub studi tur yang terlihat bergaya sebenarnya juga bermain, cuma cara mainnya lebih boros uang saja.
Di masa siswa, keren tidaknya sebuah klub tergantung pada sejago apa permainanmu, cukup seru atau tidak, cukup inovatif atau tidak, cukup bergaya atau tidak.
“Contohnya?” Liu Bing bingung, “Skalanya agak luas ya, Anda.”
Di waktu-waktu wajib sekolah yang tak bisa dihindari, tak boleh pergi jauh, tak boleh mengajak semua bermain terlalu berbahaya, tapi tetap harus bermain dengan cara baru, kira-kira bisa main apa?
Pernah ada permainan yang menggemparkan dunia dengan fenomena khas: sangat populer di kalangan ber-IQ tinggi. Sebab permainan ini membutuhkan daya observasi, memori jangka pendek, imajinasi, kemampuan analisis dan penilaian, ekspresi verbal, serta kemampuan penalaran logis.
Semakin tinggi IQ seseorang, semakin besar rasa percaya diri. Mereka selalu yakin akan menang dalam permainan, tapi kenyataannya belum tentu...
Justru ini memicu psikologis kompetitif mereka.
Ini memang permainan yang bisa dimainkan sembarangan untuk hiburan, tapi juga bisa dianalisis dengan gaya intelektual. Daya tularnya sangat tinggi, sampai-sampai bisa membuat seluruh Sizhong ikut-ikutan bermain!
Ren He tersenyum lebar kepada Liu Bing dan Jiang Haoyang: "Aku akan ajarkan permainan bernama Permainan Pembunuhan!"
Pembunuhan?! Liu Bing melototkan bola matanya, ini mau apa sebenarnya?
……
