Misi yang terkait Permainan Pembunuhan pun datang: "Misi: Lakukan perjalanan lintasan rintangan kumulatif setengah jam dalam satu jam, batas waktu satu minggu. Hukuman: Inang bersin selama sebulan jika gagal."
Ya sudah, tak perlu dipikirkan lagi. Jika gagal, Ren He mungkin bisa mati karena bersin berlebihan.
Tapi bukankah misi ini sebenarnya menyuruhnya parkour? Cuma dibungkus istilah keren: lintasan rintangan...
Teknik yang dijejalkan Sistem Hukuman Langit ke Ren He secara terselubung membuktikan lokasinya - ternyata semua teknik parkour!
Faktanya bagi Ren He, deskripsi Sistem Hukuman Langit memang tidak masalah. Meskipun dalam parkour selalu ada kontroversi apakah harus membuatnya lebih estetis, beberapa orang bahkan menganggap fokus berlebihan pada keindahan justru menghilangkan esensi parkour sebenarnya, sehingga memunculkan banyak cabang dari disiplin ini.
Bagi Ren He, makna paling praktis parkour tetaplah melintasi medan dengan cepat, memanfaatkan setiap otot dalam tubuhnya untuk mencapai efisiensi pergerakan tertinggi. Ia orang yang pragmatis - menyelesaikan misi ya menyelesaikan misi, melakukan gerakan akrobatik indah pun tak ada yang menonton.
Pemilihan lokasi parkour juga memiliki seninya sendiri. Masak iya mau main-main di antara gedung pencakar langit?
Tampaknya semakin tinggi tingkat kesulitan medan, semakin tinggi pula evaluasi sistem. Ren He harus memilih lokasi yang tidak terlalu ekstrem namun juga tidak terlalu mudah. Tempat terlalu sulit berisiko membuat sang Pemula terluka, sementara lokasi terlalu sederhana pasti akan dianggap tidak memenuhi standar Sistem Hukuman Langit.
Ren He yakin bahwa jika ia berani mencari celah lagi, Sistem Hukuman Langit pasti tak akan melewatkan kesempatan untuk memberinya pelajaran berdarah...
Keesokan harinya di sekolah, fenomena merebak layaknya tren koleksi kartu dalam mi instan yang pernah terjadi di kehidupan sebelumnya Ren He - seluruh sekolah pun ikut mengumpulkannya.
Demikian halnya dengan permainan pembunuhan di Sizhong. Bahkan dalam 10 menit istirahat pendek atau 20 menit istirahat panjang, pemandangan belasan orang berkumpul main permainan pembunuhan terlihat di mana-mana.
Siapa pun akan langsung berteriak: "Aku polisi! Tadi malam aku dan rekan telah memverifikasi identitas No.3 - dia pembunuh bayaran yang sudah pasti. Tolong rakyat jelata jangan membagi suara, ayo kita dorong eksekusi No.3!"
Permainan pembunuhan pada dasarnya adalah konspirasi kekuasaan dan tirani mayoritas. Bagaimana game yang identik dengan tipu muslihat, sofisme, dan kontrol ini bisa mendunia?
Pada dasarnya ada masalah fundamental: Apakah ilmu pengetahuan sebenarnya berguna? Satu-satunya keunggulan yang dimiliki para pembunuh bayaran adalah mereka saling mengetahui identitas, dan menggunakan ini untuk membagi dunia menjadi "segenggam orang yang berkuasa" dan "mayoritas yang tak bersalah".
Ren He mengingat kembali permainan pembunuh yang pernah dimainkannya. Bagaimana rasanya memutuskan hidup-mati seseorang hanya berdasarkan satu tatapan, satu kecurigaan yang lemah, atau hasutan "Ayo voting orang ini untuk menguji pembunuh" - semua itu dilakukan dengan mudah di bawah "tirani mayoritas" yang mengatasnamakan demokrasi? Seberapa terpuaskah hasrat manipulasi dalam situasi seperti ini?
Memuaskan!
Sementara para elit sejati mengubah tatapan sederhana menjadi akting kompleks, memperbesar kecurigaan lemah menjadi pertarungan logika yang terstruktur.
Permainan pembunuh memberikan identitas berbeda kepada semua orang, lalu menggunakannya untuk memicu perang kecil.
Inilah alasan popularitasnya.
Di Sizhong, elit bisa dicengkeram segenggam besar. Setelah mereka yang menyebut diri sendiri luar biasa ini kontak dengan permainan, kenikmatan merasakan kekuasaan ekstrem dalam satu permainan membuat mereka kecanduan seperti pecandu narkoba.
Permainan ini mulai membuat Komunitas Qinghe bersinar terang di seluruh Sizhong. Tak ada diskusi tentang permainan pembunuhan tanpa menyebut Komunitas Qinghe.
Siang tadi, Kepala Sekolah tua memanggil lebih dari sepuluh guru ke kantor. Semua mengira akan ada rapat, tapi malah mendengar Kepala Sekolah berkata: "Sepertinya ada hal baru yang menarik di sekolah kita. Kalian dengar belum? Namanya permainan pembunuhan."
Apakah ini berarti Kepala Sekolah merasa murid-murid menjadi lalai karena permainan ini, sehingga ingin melarangnya di sekolah? Teori ini masuk akal. Sekarang guru-guru di mana-mana melihat murid berdiskusi dengan wajah terlalu serius tentang permainan pembunuhan, setelah kelas berakhir berkumpul bermain, jumlah pengunjung perpustakaan jelas berkurang.
Kepala sekolah tua melihat ekspresi mereka lalu berkata dengan tenang: "Saat sesuatu muncul secara tiba-tiba, kita harus berpikir dulu tentang logika di baliknya. Ayo, kita mainkan beberapa ronde untuk mencoba."
Kepala sekolah tua telah menjabat 31 tahun di Sizhong. Ia memahami betul bahwa tugas terpenting Sizhong adalah tidak menekan sifat alami anak-anak. Pernah ada film menarik tentang antagonis yang suga mengurung pemuda berbakat dengan kemampuan khusus agar menjadi kalah mencolok, sementara tokoh utama berjuang melawannya.
Ketika mendengar sinopsis film itu dulu, kepala sekolah tua terkejut: "Bukannya tindakan antagonis ini persis seperti yang dilakukan Kementerian Pendidikan brengsek?"
Tentu ini hanya candaan, tapi seluruh warga Sizhong mencintai kepala sekolah tua justru karena prinsipnya untuk tidak mengekang sifat alami murid.
Di lapangan saat ini, kepala sekolah tua malah mengumpulkan belasan guru untuk bersama-sama memainkan permainan pembunuhan ini! Ia ingin tahu mengapa siswa begitu tergila-gila pada permainan ini.
Semua yang telah memahami situasi dua hari ini tahu permainan pembunuhan. Ketika Kepala Sekolah mengeluarkan setumpuk kertas bertulisan di belakang untuk diambil setiap orang, semua langsung masuk ke dalam keadaan. Mereka tahu watak kepala sekolah - jika serius bermain, harus melupakan identitas sebagai guru. Kini setiap peserta hanyalah pemain biasa.
Kepala Sekolah mendapatkan peran polisi. Dengan kesungguhan luar biasa, selama proses permainan ia mengoptimalkan kecerdasan dan aktingnya semaksimal mungkin.
Namun akhirnya ia malah terjebak dalam ritme yang dibawa seorang pembunuh bayaran, diposisikan berhadapan dengan rakyat jelata dalam sesi PK. Akhir cerita - ia keluar dari permainan...
Kepala Sekolah mengangkat alis sambil menghirup napas dingin. Saat permainan berlanjut, ia terus merenungi segala sifat yang terungkap dari permainan ini.
Saat seluruh permainan usai, tiba-tiba ia tertawa: "Lumayan menarik."
Ia adalah orang yang hidup dengan pemahaman, sehingga langsung menyadari bagaimana permainan ini memuaskan hasrat manusia. Permainan ini sangat cocok untuk siswa-siswa Sizhong yang menyebut diri sendiri luar biasa. Tidak, lebih dari itu, bahkan mungkin akan merajai dunia seperti kartu remi.
Ini hasil penelitian siswa kelas 1 SMA? Kepala sekolah tiba-tiba sedang tertarik pada murid ini.
"Kepala sekolah, masih izinkan siswa bermain?" Wakil kepala sekolah bertanya.
"Biarkan," kepala sekolah berdiri dengan kedua tangan di belakang sambil memandang ke jendela tempat siswa-siswa yang sedang duduk lesehan memainkan permainan pembunuhan, tersenyum: "Cepat atau lambat mereka harus belajar cara menipu dan bermain kekuasaan dengan dunia ini."
Benar adanya, Sizhong tidak pernah campur tangan berlebihan terhadap permainan berlabel kekerasan ini. Bahkan para guru pun ikut memainkannya.
Yang Lan yang sedang santai rutin mengunjungi Kelas 5 Tingkat 1 setiap sore untuk langsung bermain bersama anggota Komunitas Qinghe. Dalam proses ini, ia tiba-tiba menyadari liciknya Liu Bing, Ren He, Jiang Haoyang, dan Li Yifan - keempat anak ini benar-benar tak pernah setengah-setengah, selalu menjadi pembunuh tegas.
Jika kebetulan mereka mendapatkan peran identitas yang sama dalam satu permainan, para pemain lain praktis tak punya jalan keluar.
Bermain dengan beberapa siswa malah lebih menegangkan daripada dengan guru - apakah para pengajar di Sizhong ini terlalu polos?!
……
